Banyuwangi, Jurnalnews.com – Komunitas Peternak Lebah Banyuwangi menggelar pertemuan penting guna membahas berbagai persoalan yang dihadapi para peternak serta merancang program komunitas ke depan. Acara ini berlangsung di kediaman salah satu peternak, Yon Haryono, yang berlokasi di Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo, pada Selasa (11/2/2025).
Ketua Komunitas Peternak Lebah Banyuwangi, Budi Amboyna, mengungkapkan bahwa selama ini para peternak kerap menghadapi kendala dalam pemasaran dan modal usaha. Padahal, menurutnya, potensi madu dari Kecamatan Wongsorejo, khususnya di Desa Alasbuluh, sangat luar biasa.
“Saya sebagai ketua, awalnya hanya membeli madu dari para peternak. Namun, saya juga ikut memikirkan dan membantu menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi di lapangan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Budi menyoroti bahwa banyak madu dari Banyuwangi yang dijual keluar daerah, namun ketika kembali ke Banyuwangi, keasliannya sudah diragukan. Oleh karena itu, komunitas ini dibentuk untuk memperkuat posisi peternak madu lokal.
Sementara itu, Pengawas Komunitas Lebah Madu Banyuwangi (KLMB), Andre Waluyo, menegaskan bahwa madu Banyuwangi memiliki kualitas unggul dibandingkan produk dari daerah lain. Sayangnya, banyak peternak yang harus gulung tikar akibat tingginya biaya operasional.
“Makanya, kami mendorong agar komunitas ini memiliki badan hukum, supaya pemerintah bisa hadir dan memberikan dukungan kepada para peternak lebah,” terang Andre.
Pemerintah Desa (Pemdes) Alasbuluh pun menyatakan dukungannya terhadap komunitas ini. Melalui Sekretaris Desa, Zaenal Arifin, Pemdes menyambut baik terbentuknya komunitas peternak lebah madu.
“Kami sangat mendukung komunitas ini dan siap memberikan bantuan ke depan,” ujar Zaenal.
Ia menambahkan bahwa pihak desa akan berupaya menghubungkan komunitas ini dengan pemerintah pusat guna memperoleh bantuan yang dapat meningkatkan kesejahteraan para peternak.
Di sisi lain, salah satu peternak lebah asal Alasbuluh, Sundari, mengungkapkan keluhannya terkait kesulitan modal untuk keberlanjutan usahanya.
“Setiap bulan saya membutuhkan satu sak gula untuk pakan lebah, namun biaya yang harus dikeluarkan cukup besar,” keluhnya.
Dengan adanya komunitas ini serta dukungan dari pemerintah desa, para peternak berharap dapat memperoleh akses yang lebih baik terhadap pasar dan bantuan yang mereka butuhkan agar usaha mereka dapat terus berkembang. (Venus Hadi).