Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Pemkab Banyuwangi dan CLOCC Norwegia Dorong 17 Desa Kelola Sampah Mandiri – Radar Banyuwangi

pemkab-banyuwangi-dan-clocc-norwegia-dorong-17-desa-kelola-sampah-mandiri-–-radar-banyuwangi
Pemkab Banyuwangi dan CLOCC Norwegia Dorong 17 Desa Kelola Sampah Mandiri – Radar Banyuwangi

RadarBanyuwangi.id – Pengelolaan sampah di Banyuwangi akan didorong secara mandiri berbasis desa.

Kamis (5/12), Pemkab Banyuwangi melakukan penandatanganan bersama Clean Oceans Through Clean Communities (CLOCC) untuk pendampingan desa agar bisa melakukan pengelolaan dan pengolahan sampah secara mandiri.

Penandatanganan program dari pemerintah Norwegia itu dihadiri beberapa perwakilan NGO fundraising dari Norwegia.

Seperti Direktur Sirk Norge Kare Fostervold, Program Manager CLOCC Oda Kristin Korneliussen, dan Technical Director ISWA Aditi Ramola.  

Penandatanganan ini menunjukkan keseriusan pemerintah Norwegia untuk memastikan program pengolahan sampah.

Asisten Bidang Sosial dan Perekonomian Banyuwangi Dwi Yanto mengatakan, program ini selaras dengan kebijakan Bupati Ipuk Fiestiandani untuk menyelesaikan persoalan sampah dari tingkat desa. CLOCC secara kebetulan juga memiliki program penyelesaian masalah sampah berbasis desa.

”Mereka memberikan pendampingan dan advice kepada pemerintah desa. Targetnya 17 desa ini bisa mengelola sampah secara mandiri, dengan komitmen dari kepala desa program ini akan berjalan dengan maksimal,” kata Dwi.

Ke depan, pemkab berharap program ini bisa terus berkembang. Sehingga, 189 desa di Banyuwangi bisa mengelola sampah secara mandiri.

Dengan begitu, target penghentian open dumping (pembuangan sampah terbuka) berhenti pada 2030 bisa terlaksana. Sebab, semua pengolahan sampah bisa dilakukan di desa tanpa harus ke TPA.

”Untuk prototipe pengolahan sampah di desa bisa dibantu dengan DD dan ADD. Kita berharap pengolahan sampah bisa memiliki nilai ekonomis saat diolah di desa,” kata Dwi Yanto.

Ketua Yayasan Rijig Pradana Wetan Bibit Suwidji mengatakan, sejak tahun 2023 ada 13 desa di Banyuwangi yang sudah didampingi  menggunakan metode pengolahan sampah.

Desa-desa tersebut adalah Sidodadi, Glagah, Tamansari, Segobang, Purwodadi, Kelurahan Bakungan, Tembokrejo, Setail, Genteng Kulon, Genteng Wetan, Kluncing, Bajulmati, dan Kebondalem.

Tahun ini ada tiga desa dan satu kelurahan yang didampingi, yaitu Kelurahan Kertosari, Desa Pesanggaran, Karangdoro, dan Olehsari.

Target output dari program ini adalah desa bisa melakukan pengelolaan sampah secara mandiri.

Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.


Page 2


Page 3

RadarBanyuwangi.id – Pengelolaan sampah di Banyuwangi akan didorong secara mandiri berbasis desa.

Kamis (5/12), Pemkab Banyuwangi melakukan penandatanganan bersama Clean Oceans Through Clean Communities (CLOCC) untuk pendampingan desa agar bisa melakukan pengelolaan dan pengolahan sampah secara mandiri.

Penandatanganan program dari pemerintah Norwegia itu dihadiri beberapa perwakilan NGO fundraising dari Norwegia.

Seperti Direktur Sirk Norge Kare Fostervold, Program Manager CLOCC Oda Kristin Korneliussen, dan Technical Director ISWA Aditi Ramola.  

Penandatanganan ini menunjukkan keseriusan pemerintah Norwegia untuk memastikan program pengolahan sampah.

Asisten Bidang Sosial dan Perekonomian Banyuwangi Dwi Yanto mengatakan, program ini selaras dengan kebijakan Bupati Ipuk Fiestiandani untuk menyelesaikan persoalan sampah dari tingkat desa. CLOCC secara kebetulan juga memiliki program penyelesaian masalah sampah berbasis desa.

”Mereka memberikan pendampingan dan advice kepada pemerintah desa. Targetnya 17 desa ini bisa mengelola sampah secara mandiri, dengan komitmen dari kepala desa program ini akan berjalan dengan maksimal,” kata Dwi.

Ke depan, pemkab berharap program ini bisa terus berkembang. Sehingga, 189 desa di Banyuwangi bisa mengelola sampah secara mandiri.

Dengan begitu, target penghentian open dumping (pembuangan sampah terbuka) berhenti pada 2030 bisa terlaksana. Sebab, semua pengolahan sampah bisa dilakukan di desa tanpa harus ke TPA.

”Untuk prototipe pengolahan sampah di desa bisa dibantu dengan DD dan ADD. Kita berharap pengolahan sampah bisa memiliki nilai ekonomis saat diolah di desa,” kata Dwi Yanto.

Ketua Yayasan Rijig Pradana Wetan Bibit Suwidji mengatakan, sejak tahun 2023 ada 13 desa di Banyuwangi yang sudah didampingi  menggunakan metode pengolahan sampah.

Desa-desa tersebut adalah Sidodadi, Glagah, Tamansari, Segobang, Purwodadi, Kelurahan Bakungan, Tembokrejo, Setail, Genteng Kulon, Genteng Wetan, Kluncing, Bajulmati, dan Kebondalem.

Tahun ini ada tiga desa dan satu kelurahan yang didampingi, yaitu Kelurahan Kertosari, Desa Pesanggaran, Karangdoro, dan Olehsari.

Target output dari program ini adalah desa bisa melakukan pengelolaan sampah secara mandiri.

Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.