RADARBANYUWANGI.ID – Dalam masyarakat Jawa, Bulan Suro bukan sekadar momentum spiritual. Ia adalah ruang waktu yang sakral, tempat manusia diminta menahan diri, menundukkan hawa nafsu, dan menjaga laku hidup dari segala yang bersifat berlebihan.
Maka tak heran, segala bentuk aktivitas, bahkan hal-hal kecil seperti tidur pun diatur dengan penuh kehati-hatian.
Di antara mitos yang masih dipercaya banyak orang, terutama di kalangan orang tua dan pelaku tirakat, adalah larangan menaruh benda tertentu di bawah bantal saat tidur, terutama di Bulan Suro.
Salah satu yang paling sering disebut, gunting.
Kenapa Gunting?
Gunting bukan sekadar benda tajam. Dalam filosofi Jawa, gunting adalah simbol dari sesuatu yang memotong, memisahkan, dan mengakhiri.
Ia bukan hanya memotong kain atau rambut, tapi secara spiritual dipercaya bisa “memutus” jalur energi.
Karena itu, meletakkannya terlalu dekat dengan kepala apalagi di bawah bantal, dianggap tindakan yang bisa membawa gangguan energi.
Terutama saat Bulan Suro, ketika dunia nyata dan dunia gaib diyakini berada dalam kedekatan paling tipis.
Baca Juga: Menguak Mitos Larangan Jemur Pakaian di Malam Hari Saat Bulan Suro
Cerita-cerita dari masyarakat menyebutkan, orang yang tidur dengan gunting di bawah bantal sering kali mengalami mimpi buruk, sulit bangun, atau bangun dengan rasa sesak tanpa sebab.
Beberapa bahkan mengaku melihat sosok tak dikenal dalam mimpi.
Tak hanya gunting, cermin kecil, pisau lipat, dan logam mengilap lainnya juga masuk daftar benda yang sebaiknya tidak diletakkan di sekitar kepala atau tempat tidur.
Dalam pandangan kejawen, benda-benda ini bisa “menyerap” atau “memantulkan” energi baik dari diri sendiri maupun dari makhluk lain yang kebetulan mendekat.
Bayangkan jika sebuah cermin kecil di bawah bantal memantulkan wajah kita saat tidur, dan dalam momen setengah sadar, kita bermimpi melihat wajah berbeda dari milik kita.
Page 2
Mitos menyebut, itu bisa jadi pertanda bahwa ada yang ikut tidur bersama kita, meski tak terlihat.
Pesan Luhur di Balik Larangan
Seperti banyak mitos Jawa lainnya, larangan ini bukan semata soal horor.
Ia menyimpan pesan luhur yang bersifat praktis. Secara fisik, tidur dengan benda tajam jelas berbahaya.
Gunting bisa melukai diri sendiri saat terdesak bantal atau tanpa sengaja tersentuh saat berguling.
Secara psikologis, benda seperti gunting, pisau, dan logam mencolok bisa memberi tekanan bawah sadar, terutama bagi orang yang tidur dalam kondisi lelah, stres, atau terbiasa mengalami mimpi buruk.
Ketakutan tak sadar itu bisa menjelma menjadi mimpi mengerikan, rasa tidak nyaman saat tidur, atau bahkan gangguan tidur jangka panjang.
Dalam tradisi tirakat Suro, ruang tidur dianggap sebagai tempat suci.
Bantal dan kasur bukan hanya tempat istirahat, tapi juga tempat seseorang “bertemu” dirinya sendiri dalam mimpi.
Maka menjaga kebersihan energi di kamar, termasuk tidak meletakkan sembarang benda di bawah bantal, menjadi bagian dari laku spiritual itu sendiri.
Jika tinggal di lingkungan yang masih kental budaya Jawanya, larangan ini bisa jadi masih dijalankan dengan penuh penghormatan.
Namun, bahkan jika tidak sepenuhnya percaya, ada baiknya tetap menghormati nilai-nilai ini sebagai bagian dari kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun.
Daripada menyimpan gunting di bawah bantal demi alasan keamanan, letakkanlah di tempat aman lain.
Atau jika merasa perlu menyimpan sesuatu di dekat tempat tidur, pastikan itu benda yang netral dan tidak membawa unsur tajam, bayangan, atau simbol perpisahan.
Karena dalam kepercayaan masyarakat Jawa, apa yang dibawa ke tempat tidur bukan hanya benda fisik, tapi juga energi yang bisa ikut terbawa ke alam mimpi dan kadang, lebih jauh dari itu.
Disclaimer: Artikel ini disusun berdasarkan cerita rakyat, kesaksian warga, dan pandangan spiritual yang hidup di kalangan masyarakat adat Jawa. Tidak ada klaim ilmiah atau pembuktian empiris atas keberadaan kebenarannya. Pembaca disarankan untuk menyikapi isi artikel secara bijak sebagai bagian dari tradisi lisan dan kepercayaan lokal.
Page 3
RADARBANYUWANGI.ID – Dalam masyarakat Jawa, Bulan Suro bukan sekadar momentum spiritual. Ia adalah ruang waktu yang sakral, tempat manusia diminta menahan diri, menundukkan hawa nafsu, dan menjaga laku hidup dari segala yang bersifat berlebihan.
Maka tak heran, segala bentuk aktivitas, bahkan hal-hal kecil seperti tidur pun diatur dengan penuh kehati-hatian.
Di antara mitos yang masih dipercaya banyak orang, terutama di kalangan orang tua dan pelaku tirakat, adalah larangan menaruh benda tertentu di bawah bantal saat tidur, terutama di Bulan Suro.
Salah satu yang paling sering disebut, gunting.
Kenapa Gunting?
Gunting bukan sekadar benda tajam. Dalam filosofi Jawa, gunting adalah simbol dari sesuatu yang memotong, memisahkan, dan mengakhiri.
Ia bukan hanya memotong kain atau rambut, tapi secara spiritual dipercaya bisa “memutus” jalur energi.
Karena itu, meletakkannya terlalu dekat dengan kepala apalagi di bawah bantal, dianggap tindakan yang bisa membawa gangguan energi.
Terutama saat Bulan Suro, ketika dunia nyata dan dunia gaib diyakini berada dalam kedekatan paling tipis.
Baca Juga: Menguak Mitos Larangan Jemur Pakaian di Malam Hari Saat Bulan Suro
Cerita-cerita dari masyarakat menyebutkan, orang yang tidur dengan gunting di bawah bantal sering kali mengalami mimpi buruk, sulit bangun, atau bangun dengan rasa sesak tanpa sebab.
Beberapa bahkan mengaku melihat sosok tak dikenal dalam mimpi.
Tak hanya gunting, cermin kecil, pisau lipat, dan logam mengilap lainnya juga masuk daftar benda yang sebaiknya tidak diletakkan di sekitar kepala atau tempat tidur.
Dalam pandangan kejawen, benda-benda ini bisa “menyerap” atau “memantulkan” energi baik dari diri sendiri maupun dari makhluk lain yang kebetulan mendekat.
Bayangkan jika sebuah cermin kecil di bawah bantal memantulkan wajah kita saat tidur, dan dalam momen setengah sadar, kita bermimpi melihat wajah berbeda dari milik kita.