Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Perajin Genting Galau

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

pengerajinTEGAlDLIMO – Majunya pertanian hortikultura di Banyuwangi ternyata membuahkan kecemasan bagi para pengusaha genting. Hal ini dikarenakan sawah yang menjadi sumber bahan baku pembuatan genting semakin sempit. Biasanya para perajin genting memanfaatkan tanah sisa tanaman. Tanaman seperti padi dan tanaman musiman memiliki rentan waktu sekitar tiga bulan.

Seperti diungkapkan Siswanto, pria yang tainggal di Dusun Ringin Anom Desa Ringin Pitu ini. Dia mengaku sedikit kesulitan mencari bahan baku tanah. Hal ini dikarenakan banyak lahan ditanami buah naga. Sumber bahan baku itu dikhawatirkan menjadi berkurang. “Kita sekarang kesulitan bahan baku,” ujarnya. Di samping menyempitnya lahan, persaingan dengan perajin batu bata juga menjadi hambatan tersendiri.  

Dilema yang dialami perajin genting adalah tanah yang akan dibuat bahan baku genting harus benar-benar bagus. Hal ini yang menyulitkan mereka untuk mencari sembarang tanah. Berbeda dengan batu-bata yang bisa dibuat dari tanah apapun, untuk bahan baku genting mereka harus “berebut” tanah. “Tanah yang kita ambil harus bagus kualitasnya,” ungkapnya.

Selain itu, persoalan harga juga menjadi perhitungan. Biasanya, satu grandong tanah seharga Rp. 150 ribu untuk tanah yang diambil di sekitar daerahnya. Jika nanti harus mengambil dari luar daerah mereka takut harga yang dipatok tidak sesuai. “Standarnya Rp 150 ribu per grandong, kalau dari luar nanti apa ya kuat?,” kata Siswanto. Perajin lain, Hudi Hariyanto, 35 mengatakan, saat ini pasaran genting dianggap sedang sepi karena bukan musim proyek. Apalagi tren di beberapa kalangan masyarakat mulai menggunakan genting sintesis. 

Akhir-akhir ini dirinya mulai merasakan bahan baku produksi sedikit mengalami hambatan. Salah satunya pada bahan bakar, sepet (serabut kelapa).Sepet banyak yang masuk ke pabrik sepon di Rogojampi. “Sepet kadang agak sulit setelah ada pabri ke sepon,” ujarnya. Saat ini,para perajin genting bertahandengan mengandalkan pesanan dari per orangan. Genting yang masih banyak dicari penduduk adalah model Karangpilang dengan harga Rp 1,2 juta per 1000 biji. Dan model mantili mulai harga 1,6 juta per seribu biji. (radar)