Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Pria Tak Punya Lubang Anus asal Desa Kandangan Banyuwangi Akhirnya Dirujuk ke Surabaya

pria-tak-punya-lubang-anus-asal-desa-kandangan-banyuwangi-akhirnya-dirujuk-ke-surabaya
Pria Tak Punya Lubang Anus asal Desa Kandangan Banyuwangi Akhirnya Dirujuk ke Surabaya

Radarbanyuwangi.id Setelah sempat terkendala surat pernyataan miskin (SPM), Budi akhirnya dirujuk ke RSUD dr Soetomo, Surabaya, pukul 15.30 Rabu (7/2).

Pria asal Dusun Sumberjambe, Desa Kandangan, Pesanggaran yang memiliki kelainan tidak punya lubang anus tersebut sempat menjalani observasi semalam di ruang UGD RSUD Blambangan.

Sebelum ditangani dokter RSUD dr Soetomo, pria yang sehari-harinya bekerja sebagai penderes karet itu lebih dulu transit di rumah singgah milik Pemkab Banyuwangi di Surabaya.

Persyaratan untuk rujukan memang terkesan rumit. Harus ada tanda tangan dari ketua RT, kepala desa, dan rekomendasi dari Dinas Sosial Banyuwangi.

Setelah semua lengkap, masih menunggu input data pada aplikasi SPM.

Meski penuh liku-liku, keberangkatan Budi ke Surabaya berlangsung lancar.

Dia didampingi Paini (ibunya) dan dua kerabatnya, Sopyan Efendi dan Nurahman. Pukul 15.30, rombongan diangkut mobil milik RSUD Blambangan menuju Surabaya.    

”Setelah hari pertama (7/2) datang ke RSUD Blambangan, Budi langsung ditangani dan diperiksa oleh dokter. Beberapa kali petugas medis melihat kondisi lubang buatan di perut Budi. Pemeriksaan untuk memastikan tidak ada lagi keluhan selama perjalanan ke Surabaya,’’ kata Sopyan.

Baca Juga: Kisah Penyadap Karet di Desa Kandangan Banyuwangi yang 30 Tahun Hidup Tanpa Anus, Kebelet BAB Cari Sungai yang Lebih Tinggi dari Lubang Perut

Sebelum dikirim ke Surabaya, Budi dianjurkan berpuasa agar lambungnya lebih bersih sehingga lebih netral dalam menjalani pemeriksaan.

Sopyan bersyukur selama hampir dua hari di RSUD Blambangan, Budi dan ibunya yang mendampingi, tidak mengalami masalah yang rumit.  

”Selama perjalanan dari rumah, Budi memang merasa meriang. Lubang di perutnya sempat dirasa kurang nyaman. Setelah diperiksa dokter, semua terpantau baik dan pemeriksaan lancar,” ujar Sopyan.

Sopyan mengakui, proses mengurus SPM agak sedikit terkendala akibat sistem di komputer yang lambat.

”SPM yang kami perlukan untuk rujukan ke Surabaya sempat terhambat karena sistem yang lambat. Akhirnya bisa diantisipasi dengan pembuatan SPM manual dulu, sehingga rujukan bisa kami terima,” ungkapnya.  


Page 2


Page 3

Sopyan berharap, di Surabaya nanti Budi bisa menjalani pengobatan dengan maksimal. Sopyan mengucapkan terima kasih atas bantuan semua pihak yang telah membantu proses operasi Budi.

”Ketika baru datang di RSUD Blambangan, Budi merasa ngilu di perut. Setelah diinfus, kondisinya  sudah sehat,” tandas Sopyan.

Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Banyuwangi Henik Setyorini mengaku lega Budi bisa dirujuk ke Surabaya.

Begitu menerima laporan ada warga miskin dari Kandangan yang terkendala SPM, Henik langsung bergerak.

Pihaknya langsung berkoordinasi dengan Camat Pesanggaran, RSUD Blambangan, dan Dinas Kesehatan Banyuwangi untuk membantu proses mengirim Budi ke Surabaya.

”SPM-nya memang sempat terkendala sistem, tapi sudah teratasi. Yang pasti Pemkab Banyuwangi langsung bergerak cepat membantu Budi,’’ kata Henik.

Baca Juga: Kisah Penyadap Karet di Banyuwangi yang 30 Tahun Hidup Tanpa Anus, Kesulitan Biaya Putus Sekolah hingga Kerap Dibully

Wakil Direktur RSUD Blambangan Abdul Latief melalui humasnya, Virnanda Virgo Riani mengatakan, Budi dirujuk ke Surabaya pukul 15.30 dengan dikawal driver dan orang tuanya.

Semua persyaratan administrasi untuk ke RSUD dr Soetomo sudah lengkap. ”Kondisi pasien juga stabil. Begitu sampai RSUD dr Soetomo, pasien akan masuk poli bedah digestif. Alhamdulillah, administrasi menggunakan SPM sudah ter-cover,’’ kata Virma. 

Hidup selama 30 tahun tanpa lubang anus. Itulah yang dirasakan Budi, warga Dusun Sumberjambe, Desa Kandangan, Kecamatan Pesanggaran.

Kata dokter, Budi mengalami kelainan atresia ani. Sejak bayi, Budi buang air lewat lubang buatan pada bagian perut sebelah kiri.

Budi sempat menjalani operasi pada usia 25 tahun. Operasi pertama dilakukan di RSUD dr Soetomo Surabaya.

Gara-gara terbentur biaya, operasi berikutnya tidak dilakukan. Budi akhirnya memilih hidup tanpa lubang anus di rumahnya Desa Sarongan.

Penderitaan yang dirasakan Budi akhirnya mengundang perhatian Abdul Kadir. Mantan pejabat Pemkab Banyuwangi itu menemukan Budi ketika blusukan ke desa-desa terkait pencalegan.

Kadir benar-benar iba melihat penderitaan yang dialami anak pasangan Paini dan almarhum Geger tersebut. (tar/aif/c1)