Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Ramadan dan Pendidikan: Menanamkan Nilai-Nilai Kemanusiaan pada Generasi Muda

ramadan-dan-pendidikan:-menanamkan-nilai-nilai-kemanusiaan-pada-generasi-muda
Ramadan dan Pendidikan: Menanamkan Nilai-Nilai Kemanusiaan pada Generasi Muda

BAGAIMANA generasi muda hari ini?

Tulisan ini menjadi tepat diawali dengan pertanyaan di atas. Bagaimana hari ini generasi muda selalu menjadi trending topic yang serius di berbagai media diskusi online maupun tongkrongan kopi. Sebut saja salah satunya menjadi objek perbincangan diskusi hangat di media Kompas.

Secara gamblang disebutkan melalui data dari Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) pada Kementerian Komunikasi dan Informatika, pada 2045 mendatang Indonesia diperkirakan akan mendapatkan bonus demografi. Terbilang jumlah penduduk Indonesia berada dalam usia produktif (15–64 tahun) sebanyak 70 persen. Sementara sisanya berusia di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun. 

Tantangan di atas oleh generasi muda harus bisa dimanfaatkan dengan baik. Sehingga, butuh disiapkan dari waktu ke waktu dengan sistemik menuju impian Indonesia menjadi Generasi Emas 2045. Dan penulis melihat momentum bulan Ramadan tahun ini menjadi awalan yang tepat generasi ini dididik dengan intens.

Kali ini kita semua telah menapaki pada 10 malam terakhir Ramadan. Dan Sang Kekasih dari riwayat Aisyah saat memasuki etape ini mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malam-malam dengan beribadah dan membangunkan keluarganya.

”Pada malam sepuluh terakhir, Rasulullah SAW (lebih) bersungguh-sungguh (untuk beribadah), melebihi kesungguhan pada malam lainnya,” (HR. Muslim).

Sudah barang tentu Rasul pada etape terakhir Ramadan ini mengencangkan ikat pinggang dan menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah, karena sebentar lagi bulan penuh maghfirah (ampunan) ini berkemas meninggalkan kita semua. Kita tidak menginginkan ditinggalkan bulan penuh rahmat kali ini, tanpa mendapatkan pembelajaran yang didawamkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sepanjang bulan suci ini tak lepas, penulis melihat, dan dapat disimpulkan kita sebagai generasi muda diajarkan penuh nilai-nilai kemanusiaan menjadi lebih baik. Setidaknya dapat disebutkan antara lain dengan tiga nilai utama: sabar, empati, dan kejujuran.

Kesabaran

Kata ”sabar” mudah untuk ditulis. Namun faktanya, belum terhitung semua generasi muda dapat melakukannya pada aktivitas sehari-hari. Sehingga, Allah SWT melatih kita dalam sebulan penuh tidak berbuka sebelum waktunya. Pun memaksa semuanya saat imsak dalam menjauhi aktivitas makan dan minum.

Dengan kekuatan modal ajaran kesabaran ini selain menggugurkan dosa-dosa yang ada dalam diri kita. Dan yang paling penting Nabi Muhammad SAW mengatakan fadhilah sabar dapat mendatangkan kemenangan yang diimpikan oleh Umat Muslim.

Setidaknya dari ibadah puasa ini yang terdekat di mata kita adalah menanti buka puasa. Sudah sama berarti momentum ini dengan hadirnya kemenangan setelah kita seharian penuh menahan dahaga dan lapar.

Empati

Secara mudah ”empati” ini melibatkan kemampuan kita dalam mengekspresikan perasaan. Dengan berbagi perasaan antar kita mampu membuka ruang bagi sesama, sehingga menciptakan hubungan lebih dalam.

Generasi muda seyogianya mulai berlatih dari Ramadan ini untuk saling berempati kepada saudara lainnya, terutama pada saudara yang tidak seberuntung kita. Ramadan adalah bulan penuh perjalanan agar terus berempati dan berbagi.

Bayangkan jika setiap generasi muda mampu memahami perasaan orang lain? Konflik yang terjadi karena kesalahpahaman bisa diminimalkan.


Page 2

Ramadan dan Pendidikan: Menanamkan Nilai-Nilai Kemanusiaan pada Generasi Muda

Jumat, 21 Maret 2025 | 02:40 WIB

Ramadan dan Jajan Lebaran

Ramadan dan Jajan Lebaran

Kamis, 20 Maret 2025 | 02:35 WIB

Sadar Posisi

Sadar Posisi

Rabu, 19 Maret 2025 | 09:00 WIB

Ramadan Penuh Rindu dan Cinta

Ramadan Penuh Rindu dan Cinta

Selasa, 18 Maret 2025 | 03:35 WIB

Sambut Ramadan dengan Gembira

Sambut Ramadan dengan Gembira

Senin, 17 Maret 2025 | 08:00 WIB

Kerupuk Ramadan

Kerupuk Ramadan

Jumat, 14 Maret 2025 | 06:00 WIB

Puasa dan Pertarungan Nafsu

Puasa dan Pertarungan Nafsu

Kamis, 13 Maret 2025 | 03:00 WIB

Perang Khandaq dan (Refleksi) Puasa Kita

Perang Khandaq dan (Refleksi) Puasa Kita

Rabu, 12 Maret 2025 | 07:00 WIB

Masjid, Jantung Peradaban Islam

Masjid, Jantung Peradaban Islam

Selasa, 11 Maret 2025 | 03:30 WIB

Ramadan dan Recharge Tri-Dimensi Ibadah

Ramadan dan Recharge Tri-Dimensi Ibadah

Sabtu, 8 Maret 2025 | 06:30 WIB

Puasa NPD

Puasa NPD

Jumat, 7 Maret 2025 | 03:30 WIB

Menciptakan Dai Cilik yang Profesional

Menciptakan Dai Cilik yang Profesional

Kamis, 6 Maret 2025 | 04:30 WIB

Program Mabur Banter di Bulan Ramadan

Program Mabur Banter di Bulan Ramadan

Rabu, 5 Maret 2025 | 05:00 WIB

Memikirkan Masjid Ramah Anak

Memikirkan Masjid Ramah Anak

Senin, 3 Maret 2025 | 02:30 WIB

Dampak Gawai untuk Anak-Anak

Dampak Gawai untuk Anak-Anak

Kamis, 6 Februari 2025 | 12:11 WIB


Page 3

BAGAIMANA generasi muda hari ini?

Tulisan ini menjadi tepat diawali dengan pertanyaan di atas. Bagaimana hari ini generasi muda selalu menjadi trending topic yang serius di berbagai media diskusi online maupun tongkrongan kopi. Sebut saja salah satunya menjadi objek perbincangan diskusi hangat di media Kompas.

Secara gamblang disebutkan melalui data dari Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) pada Kementerian Komunikasi dan Informatika, pada 2045 mendatang Indonesia diperkirakan akan mendapatkan bonus demografi. Terbilang jumlah penduduk Indonesia berada dalam usia produktif (15–64 tahun) sebanyak 70 persen. Sementara sisanya berusia di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun. 

Tantangan di atas oleh generasi muda harus bisa dimanfaatkan dengan baik. Sehingga, butuh disiapkan dari waktu ke waktu dengan sistemik menuju impian Indonesia menjadi Generasi Emas 2045. Dan penulis melihat momentum bulan Ramadan tahun ini menjadi awalan yang tepat generasi ini dididik dengan intens.

Kali ini kita semua telah menapaki pada 10 malam terakhir Ramadan. Dan Sang Kekasih dari riwayat Aisyah saat memasuki etape ini mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malam-malam dengan beribadah dan membangunkan keluarganya.

”Pada malam sepuluh terakhir, Rasulullah SAW (lebih) bersungguh-sungguh (untuk beribadah), melebihi kesungguhan pada malam lainnya,” (HR. Muslim).

Sudah barang tentu Rasul pada etape terakhir Ramadan ini mengencangkan ikat pinggang dan menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah, karena sebentar lagi bulan penuh maghfirah (ampunan) ini berkemas meninggalkan kita semua. Kita tidak menginginkan ditinggalkan bulan penuh rahmat kali ini, tanpa mendapatkan pembelajaran yang didawamkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sepanjang bulan suci ini tak lepas, penulis melihat, dan dapat disimpulkan kita sebagai generasi muda diajarkan penuh nilai-nilai kemanusiaan menjadi lebih baik. Setidaknya dapat disebutkan antara lain dengan tiga nilai utama: sabar, empati, dan kejujuran.

Kesabaran

Kata ”sabar” mudah untuk ditulis. Namun faktanya, belum terhitung semua generasi muda dapat melakukannya pada aktivitas sehari-hari. Sehingga, Allah SWT melatih kita dalam sebulan penuh tidak berbuka sebelum waktunya. Pun memaksa semuanya saat imsak dalam menjauhi aktivitas makan dan minum.

Dengan kekuatan modal ajaran kesabaran ini selain menggugurkan dosa-dosa yang ada dalam diri kita. Dan yang paling penting Nabi Muhammad SAW mengatakan fadhilah sabar dapat mendatangkan kemenangan yang diimpikan oleh Umat Muslim.

Setidaknya dari ibadah puasa ini yang terdekat di mata kita adalah menanti buka puasa. Sudah sama berarti momentum ini dengan hadirnya kemenangan setelah kita seharian penuh menahan dahaga dan lapar.

Empati

Secara mudah ”empati” ini melibatkan kemampuan kita dalam mengekspresikan perasaan. Dengan berbagi perasaan antar kita mampu membuka ruang bagi sesama, sehingga menciptakan hubungan lebih dalam.

Generasi muda seyogianya mulai berlatih dari Ramadan ini untuk saling berempati kepada saudara lainnya, terutama pada saudara yang tidak seberuntung kita. Ramadan adalah bulan penuh perjalanan agar terus berempati dan berbagi.

Bayangkan jika setiap generasi muda mampu memahami perasaan orang lain? Konflik yang terjadi karena kesalahpahaman bisa diminimalkan.