Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Saat Ikan Melimpah Malah tak Bisa Melaut

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

saatUjian nelayan di kawasan Muncar terus berlanjut. Sebelumnya, mereka mengalami paceklik ikan berkepanjangan. Kali ini saat musim ikan melimpah, mereka tak bisa melaut gara-gara solar langka.

PULUHAN jeriken berjejer di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) Muncar siang kemarin (15/4). Beberapa jeriken sudah terisi solar, sedangkan deretan panjang jeriken yang lain masih kosong. Sejumlah nelayan langsung me ngangkut jeriken yang sudah berisi solar tersebut. Para nelayan itu langsung membawa bahan bakar di esel itu ke slerek masing-masing. Begitu dapat solar, mereka langsung bersiap melaut.

Di bagian lain, beberapa orang berkumpul di sekitar SPBN. Tampaknya me reka masih menunggu pasokan solar dari Pertamina. Meski tak jelas kapan solar akan dikirim, mereka tetap setia menunggu. Selama stok solar kosong, praktis karyawan di SPBN tersebut tidak beraktivitas. Sejumlah petugas yang mengenakan seragam biru juga tampak santai. Mereka terlihat mendiskusikan kelangkaan solar tersebut.

Terkait kelangkaan solar itu, para nelayan dilanda kegalauan. Betapa tidak, rencana melaut terpaksa ditunda. Bahkan, bisa jadi mencari ikan pada musim padangan (terang bulan, red) ini gagal total. Padahal, kali ini ikan tidak begitu sulit didapat. Artinya, dalam beberapa hari terakhir, nelayan sering mendapatkan ikan. ‘’Ikan mulai ada, tapi solarnya yang gak ada. Nelayan jadi susah,” keluh Suhdi, salah satu nelayan Muncar, kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi kemarin.

Kondisi tersebut membuat mayoritas ne layan waswas. Bayangkan, para nelayan te rancam tidak bisa melaut gara-gara tidak ada bahan bakar. ‘’Ya gak bisa melaut kalau gak ada solar. Apa mau pakai dayung,” ujar Suhdi yang tinggal di Dusun Kalimati, Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, itu. Menurut Suhdi, setiap kali melaut dibutuhkan empat drum bahan bakar. Setiap drum biasanya berisi 6 jeriken. ‘’Iya, kalau dulu pakai perahu kecil bisa didayung, sekarang gak bisa,” terangnya.

Dia menyebut, nelayan mampu mendapat kan ikan hingga berton-ton. Satu slerek yang membawa 30 hingga 40 anak buah kapal itu bisa mengangkut ikan satu ton hingga dua ton. ‘’Sekarang memang musim ikan,” terangnya. Sementara itu, Yudi, salah satu pemilik slerek mengakui, akhir-akhir ini memang ikan mulai banyak. Tetapi, tidak semua nelayan bisa membawa pulang ikan dengan jumlah yang memuaskan. ‘’Saya sudah tujuh kali melaut, tapi hanya dua kali yang terakhir dapat ikan,” katanya di SPBN Muncar kemarin.

Yudi menceritakan, mayoritas nelayan memang tengah aktif melaut. Hal itu karena banyak nelayan lain yang mendapat ikan. ‘’Tapi, gara-gara solar sulit didapat, proses mencari ikan tidak lancar,” terang warga Kampung Duwaraan, Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, itu. Dia menjelaskan, saat truk tangki Pertamina datang, antrean panjang tidak bisa di hindari. Sebab, jika tidak antre, nelayan tidak akan mendapatkan solar. “Kalau da tang malam, orang-orang ya antre panjang,” katanya. Meski solar di SPBN itu kosong, tapi nelayan tetap menaruh jerikennya di dekat me sin pengisian.

Hal itu sebagai upaya antre mendapatkan solar. ‘’Yang paling dekat dengan mesin, berarti itu yang akan diisi pertama,” ungkapnya. Selain itu, para nelayan juga kroscek ke SPBU lain untuk mencari solar. ‘’Kalau di tempat lain gak ada, ya terpaksa menunggu di sini,” katanya. Salah satu petugas SPBN setempat, Topan mengakui, dalam beberapa hari terakhir pasokan solar memang terbatas. Padahal, permintaan terhadap solar cukup tinggi. ‘’Sekarang mulai banyak ikan, para nelayan banyak yang beli solar,” terangnya. Menurut dia, sehari sebelumnya, solar yang diterima berjumlah 16 Kilo Liter (KL). Tapi, belum genap 1×24 jam, solar ter sebut sudah ludes terjual. ‘’Biasanya tiga hari solar habis, tapi sekarang cepat habis. Kalau sepi ikan, habisnya solar lama,” paparnya. (radar)