RADARBANYUWANGI.ID — Bulan Suro atau Muharram, dalam penanggalan Jawa dan Hijriah, kerap dianggap sebagai bulan yang penuh mistik sekaligus sakral.
Bagi sebagian masyarakat Jawa, khususnya yang masih memegang erat tradisi leluhur, bulan Suro diyakini sebagai masa di mana alam gaib sedang ‘berkeliaran’.
Tak terkecuali bagi perempuan hamil, ada sejumlah pantangan yang dipercaya dapat menjaga keselamatan diri dan janin.
Bulan Suro identik dengan berbagai ritual ruwatan, tirakatan, hingga laku prihatin. Warga Jawa percaya bahwa energi di bulan Suro sangat kuat antara baik dan buruk.
Sehingga butuh kehati-hatian dalam bersikap.
Ibu hamil, yang secara fisik dan spiritual diyakini rentan, sering diingatkan untuk tidak ‘melanggar’ batas-batas tertentu agar terhindar dari mara bahaya.
Berikut beberapa pantangan yang masih berkembang di tengah masyarakat Jawa, terutama di pedesaan.
Baca Juga: Baca Setiap Dzuhur dan Maghrib, Amalan Khusus Ibu Hamil di Bulan Suro Agar Bayi Selamat
Tidak Keluar Rumah Larut Malam
Ibu hamil dianjurkan tidak keluyuran setelah Maghrib hingga dini hari.
Konon, waktu ini adalah ‘waktu lelembut’ (makhluk halus) berkeliaran.
Ditakutkan, ibu hamil bisa ‘ketempelan’ atau diganggu sehingga bayi lahir dalam kondisi rewel, sakit-sakitan, atau bahkan cacat.
Hindari Mengunjungi Tempat Angker
Bulan Suro banyak digunakan orang untuk semedi atau ritual di tempat wingit seperti sendang, makam, atau alas (hutan).
Ibu hamil sebaiknya menjauhi lokasi-lokasi ini demi menjaga energi di sekitarnya tetap bersih dan positif.
Tidak Boleh Ikut Ritual Tertentu
Meski keluarga menggelar tirakatan atau ruwatan Suro, ibu hamil seringkali tidak dilibatkan secara langsung, kecuali hanya sekadar berdoa di rumah.
Page 2
Tujuannya agar tidak terpapar ‘hawa berat’ dari ritual yang bisa memengaruhi kondisi batin.
Larangan Potong Rambut atau Kuku Sembarangan
Ada juga kepercayaan, potong rambut atau kuku di bulan Suro, apalagi bagi ibu hamil, akan membuang ‘sengkolo baik’.
Artinya, sesuatu yang sebenarnya baik justru hilang kalau dilakukan sembarangan.
Bagaimana Pandangan Islam?
Dalam sudut pandang Islam, Muharram adalah bulan mulia bahkan salah satu bulan di mana umat dianjurkan banyak berbuat baik.
Tidak ada dalil yang secara khusus melarang ibu hamil melakukan aktivitas tertentu di bulan ini, selama tidak bertentangan dengan syariat.
Justru, Islam menekankan agar ibu hamil tetap menjaga kesehatan, memperbanyak doa keselamatan, dan menghindari hal-hal yang membahayakan diri.
Beberapa amalan yang sering dilakukan di bulan Muharram antara lain membaca doa keselamatan Nabi Yunus, berpuasa Asyura, dan bersedekah sebagai bentuk tolak bala.
Perlu dicatat, pantangan ibu hamil di bulan Suro adalah bagian dari warisan budaya Jawa yang sarat nilai kehati-hatian.
Meski tak tertulis dalam ajaran agama secara langsung, adat ini tetap bertahan karena dipercaya dapat membantu menjaga keselamatan ibu dan bayi.
Sebagai generasi yang hidup di era modern, kita patut menghormati kearifan lokal sambil tetap mengedepankan ilmu kesehatan dan ajaran agama.
Bagaimanapun juga, keselamatan lahir batin ibu dan anak harus tetap jadi prioritas utama.
Page 3
RADARBANYUWANGI.ID — Bulan Suro atau Muharram, dalam penanggalan Jawa dan Hijriah, kerap dianggap sebagai bulan yang penuh mistik sekaligus sakral.
Bagi sebagian masyarakat Jawa, khususnya yang masih memegang erat tradisi leluhur, bulan Suro diyakini sebagai masa di mana alam gaib sedang ‘berkeliaran’.
Tak terkecuali bagi perempuan hamil, ada sejumlah pantangan yang dipercaya dapat menjaga keselamatan diri dan janin.
Bulan Suro identik dengan berbagai ritual ruwatan, tirakatan, hingga laku prihatin. Warga Jawa percaya bahwa energi di bulan Suro sangat kuat antara baik dan buruk.
Sehingga butuh kehati-hatian dalam bersikap.
Ibu hamil, yang secara fisik dan spiritual diyakini rentan, sering diingatkan untuk tidak ‘melanggar’ batas-batas tertentu agar terhindar dari mara bahaya.
Berikut beberapa pantangan yang masih berkembang di tengah masyarakat Jawa, terutama di pedesaan.
Baca Juga: Baca Setiap Dzuhur dan Maghrib, Amalan Khusus Ibu Hamil di Bulan Suro Agar Bayi Selamat
Tidak Keluar Rumah Larut Malam
Ibu hamil dianjurkan tidak keluyuran setelah Maghrib hingga dini hari.
Konon, waktu ini adalah ‘waktu lelembut’ (makhluk halus) berkeliaran.
Ditakutkan, ibu hamil bisa ‘ketempelan’ atau diganggu sehingga bayi lahir dalam kondisi rewel, sakit-sakitan, atau bahkan cacat.
Hindari Mengunjungi Tempat Angker
Bulan Suro banyak digunakan orang untuk semedi atau ritual di tempat wingit seperti sendang, makam, atau alas (hutan).
Ibu hamil sebaiknya menjauhi lokasi-lokasi ini demi menjaga energi di sekitarnya tetap bersih dan positif.
Tidak Boleh Ikut Ritual Tertentu
Meski keluarga menggelar tirakatan atau ruwatan Suro, ibu hamil seringkali tidak dilibatkan secara langsung, kecuali hanya sekadar berdoa di rumah.