
Tradisi panjer kiling tersebar di beberapa wilayah di Banyuwangi, khususnya untuk masyarakat Oseng. Tidak semua orang bisa membuat kiling. Hanya beberapa orang yang kini masih bertahan membuat kiling.
Salah satu pembuat kiling itu adalah Sutari, 77, warga Dusun Kemiren Barat, RT04, RW02, Desa Kemiren, Glagah. Sutari mulai membuat kiling sejak berumur 35 tahun. Untuk menghasilkan sebuah kiling yang tahan lama dan menghasilkan suara yang bagus diperlukan sebuah kayu yang berkualitas.
“Hanya kayu meranti yang dapat bertahan lama. Karena di hutan sangat jarang sekali maka sekarang biasanya menggunakan kayu rambutan dan mahoni,” ujar Sutari.
Untuk membuat satu kiling, Sutari hanya membutuhkan waktu satu hari saja. Hal paling sulit dalam pembuatan kiling yakni pada saat membengkokan salah satu sisi kiling dengan menggunakan api. Jika kiling terlalu bengkok maka akan mudah patah saat ditiup angin. Kalau sampai kurang bengkok, maka tidak akan menghasilkan suara dengungan.
“Untuk penyelesaian akhir diberi Warna dengan menggunakan arang yang dicampur dengan getah pohon jarak,” ungkap Sutari.
Lanjutkan Membaca : 1 | 2