Radarbanyuwangi.id – Perjuangan para siswa SDN 8 Karangharjo, Kecamatan Glenmore ini luar biasa. Setiap hari, mereka harus ke sekolah dengan jarak sekitar 12 kilometer dari rumahnya, dengan melewati jalan terjal di tengah perkebunan kakau milik Kebun Treblasala.
Tidak ada angkutan umum yang bisa mengantarkan ke sekolah atau pulang. Satu-satunya transportasi, truk pengakut karyawan Kebun Treblasala. “Kita kalau ke sekolah atau pulang ya naik truk,” terang Naila, 10, salah satu siswa SDN 8 Karangharjo.
Para siswa yang berangkat atau pulang ke sekolah dengan naik truk itu, berjumlah sekitar 10 siswa. Mereka itu, tinggal di Dusun Sumberayu, Desa Karangharjo. Kampung yang ditempati para siswa itu, berada di tengah perkebunan lereng gunung. “Berangkatnya ya harus pagi, karena truknya berangkat pagi,” terangnya.
Naila menyebut, truk yang mengakut para karyawan kebun itu berangkat dari kampungnya sekitar pukul 05.30. Untuk ke sekolah, membutuhkan waktu sekitar satu jam. “Naik truk ramai-ramai, senang juga,” katanya.
Karena truk yang berangkat pagi, Naila mengaku setiap hari bangun tidur pukul 04.30. Usai bangun, langsung mandi dan mempersiapkan keperluan untuk ke sekolah. “Kalau telat ketinggalan truk, ya tidak sekolah,” cetusnya.
Siswa lainnya Rafa, 13, mengaku setiap hari bangun tidur sekitar pukul 04.30. Setelah bangun tidur langsung mandi dan salat subuh. Usai menyiapkabn kebutuhan sekolah, segera ke titik penjemputan truk. “Bangunnya ya pagi-pagi, kebetulan bapak dan ibu kerja di kebun juga,” ujar siswa SDN 8 Karangharjo kelas 12 ini.
Baca Juga: Universitas Bhakti Indonesia, Banyuwangi Gelar Seminar Nasional Strategi Pengelolaan PT Unggul dan Kompetitif di Era Digital
SABAR: Wartawan Jawa Pos Radar Genteng Agus Baihaqi (kanan) bersama para siswa SDN 8 Karangharjo, Kecamatan Glenmore menunggu truk di pos dekat sekolahnya tengah perkebunan kakao Jumat (2/8) (Agus Baihaqi)
Baca Juga: PLN UP3 Banyuwangi Pastikan Kesiapan Operasional, Gelar Pasukan dan Peralatan Bersama Mitra Kerja
Bagaimana kalau hujan? Rafa mengaku tetap berangkat ke sekolah. Agar tidak kehujanan, semua temannya mengenakan mantel dan tetap naik truk. “Kalau hujan malah tambah seru,” katanya sambil tertawa lebar.
Kepala SDN 8 Karangharjo Mustofa menyampaikan, sekolahnya termasuk berada di pinggiran. Lokasi sekolah di tengah perkebunan kakau yang dikelola Kebun Treblasala. “Para siswa rumahnya jauh-jauh,” terangnya.
Saat ini, lanjut dia, jumlah siswa di SDN 8 Karangharjo jumlahnya 58 siswa dengan 12 guru. Dari jumlah siswa itu, ada 10 siswa yang tinggal di daerah Dusun Sumberayu yang berjarak sekitar 12 kilometer. “Jaraknya 12 kilometer, ditempuh satu jam, naik truk jalannya terjal,” cetusnya.
Para siswa yang tinggal di tengah perkebunan kaku di Dusun Sumberayu itu, jelas dia, sebagian besar orang tuanya bekerja di kebun. Mereka setiap hari bangun pagi dank e sekolah berbarengan dengan orang tuanya pergi ke kebun. “Mereka itu bontrot, kadang hanya nasi saja, tanpa sayur atau lauk,” ungkapnya.(abi)