Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Stok Air Melimpah, Petani di Banyuwangi Mulai Menanam Padi – Radar Banyuwangi

stok-air-melimpah,-petani-di-banyuwangi-mulai-menanam-padi-–-radar-banyuwangi
Stok Air Melimpah, Petani di Banyuwangi Mulai Menanam Padi – Radar Banyuwangi

RadarBanyuwangi.id – Musim hujan tengah berlangsung membuat persediaan air di sawah melimpah. Hal tersebut dimanfaatkan oleh para petani untuk menanam padi.

Salah satu buruh tani di Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Gunawan mengatakan, setelah panen padi saat musim panas lalu, para petani menunggu musim hujan datang.

Kini, saat musim hujan tiba, para petani pun mulai menanam padi.

Gunawan menyebut, tanaman padi yang baru ditanam membutuhkan air banyak. Jika kekurangan air, maka akan memengaruhi pertumbuhan padi.

”Jika air kurang, maka pertumbuhan padi tidak optimal,” ujarnya.

Sementara itu, sejumlah petani mulai memanfaatkan alat mesin pertanian (alsintan) dalam bertani. Termasuk menggunakan rice transplanter.

Rice transplanter adalah alat mesin pertanian yang digunakan untuk menanam bibit padi secara otomatis. ”Sekarang bertani itu mudah, sudah canggih, dan tidak ribet,” aku Gunawan seraya menyebut bahwa mesin rice transplanter yang dia gunakan merupakan milik salah satu kelompok tani.

Gunawan mengatakan, dengan memanfaatkan rice transplanter, proses menanam padi jadi lebih efisien.

”Jika biasanya menanam padi di lahan persawahan satu hektare membutuhkan 12 orang dalam satu hari, saat menggunakan rice transplanter hanya membutuhkan tiga orang dalam sehari. Tapi semua tergantung cuaca, jika hujan turun lebat, maka memengaruhi kecepatan saat bekerja,” lanjutnya.

Gunawan menyebut, harga sewa mesin rice transplanter sekitar Rp 2,5 juta per hektare (ha). Harga tersebut sudah termasuk bibit padi.

Jika dibandingkan biaya yang dikeluarkan apabila memanfaatkan tenaga buruh tandur, selisihnya relatif kecil.

Saar ini upah buruh sekitar Rp 90 ribu per orang per hari. Apabila dikali 12 orang, maka biaya tanam satu hektare lahan sebesar Rp 1,08 juta, belum termasuk pembelian bibit padi.

”Untuk satu hektare lahan minimal membutuhkan uang Rp 500 ribu untuk membeli benih. Setelah benih ditabur, masih harus menunggu benih tersebut tumbuh hingga bibit padi siap ditanam,” bebernya. (cw3/sgt/c1)

Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.


Page 2


Page 3

RadarBanyuwangi.id – Musim hujan tengah berlangsung membuat persediaan air di sawah melimpah. Hal tersebut dimanfaatkan oleh para petani untuk menanam padi.

Salah satu buruh tani di Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Gunawan mengatakan, setelah panen padi saat musim panas lalu, para petani menunggu musim hujan datang.

Kini, saat musim hujan tiba, para petani pun mulai menanam padi.

Gunawan menyebut, tanaman padi yang baru ditanam membutuhkan air banyak. Jika kekurangan air, maka akan memengaruhi pertumbuhan padi.

”Jika air kurang, maka pertumbuhan padi tidak optimal,” ujarnya.

Sementara itu, sejumlah petani mulai memanfaatkan alat mesin pertanian (alsintan) dalam bertani. Termasuk menggunakan rice transplanter.

Rice transplanter adalah alat mesin pertanian yang digunakan untuk menanam bibit padi secara otomatis. ”Sekarang bertani itu mudah, sudah canggih, dan tidak ribet,” aku Gunawan seraya menyebut bahwa mesin rice transplanter yang dia gunakan merupakan milik salah satu kelompok tani.

Gunawan mengatakan, dengan memanfaatkan rice transplanter, proses menanam padi jadi lebih efisien.

”Jika biasanya menanam padi di lahan persawahan satu hektare membutuhkan 12 orang dalam satu hari, saat menggunakan rice transplanter hanya membutuhkan tiga orang dalam sehari. Tapi semua tergantung cuaca, jika hujan turun lebat, maka memengaruhi kecepatan saat bekerja,” lanjutnya.

Gunawan menyebut, harga sewa mesin rice transplanter sekitar Rp 2,5 juta per hektare (ha). Harga tersebut sudah termasuk bibit padi.

Jika dibandingkan biaya yang dikeluarkan apabila memanfaatkan tenaga buruh tandur, selisihnya relatif kecil.

Saar ini upah buruh sekitar Rp 90 ribu per orang per hari. Apabila dikali 12 orang, maka biaya tanam satu hektare lahan sebesar Rp 1,08 juta, belum termasuk pembelian bibit padi.

”Untuk satu hektare lahan minimal membutuhkan uang Rp 500 ribu untuk membeli benih. Setelah benih ditabur, masih harus menunggu benih tersebut tumbuh hingga bibit padi siap ditanam,” bebernya. (cw3/sgt/c1)

Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.