RadarBanyuwangi.id – Penerapan kebijakan Zero Over Dimension Over Load (ODOL) oleh pemerintah mendapat protes keras. Kebijakan yang bertujuan meningkatkan keselamatan transportasi dan efisiensi distribusi logistik nasional itu ditolak oleh para sopir, Rabu (18/6).
Kalangan sopir truk logistik di Jawa Timur, termasuk di Banyuwangi, melakukan aksi mogok kerja untuk memprotes kebijakan zero ODOL yang dinilai tidak memikirkan nasib sopir. “Kami ajak mogok kerja, biar pemerintah tahu jika sopir logistik tidak jalan, apa dampaknya,” kata salah satu koordinator aksi, Matrawi, 50, ditemui di titik aksi di Terminal Wiroguno, Desa Setail, Kecamatan Genteng.
Matrawi yang masuk dalam komunitas Satu Keluarga Besar Driver Indonesia (SKBDI) menjelaskan, dalam aksi itu ada empat komunitas yang ikut. Selain SKBDI, ada Armada Sopir Angkutan (ASAB) Banyuwangi, Komunitas Driver Laros Banyuwangi (KDLB), dan Persatuan Pengemudi Truk Indonesia (PPTI). “Kami minta solidaritasnya, agar semua bersatu menolak aturan ini,” katanya.
Dalam aksi yang juga dilakukan di Kecamatan Wongsorejo, Kecamatan Banyuwangi, Kecamatan Genteng, dan Kecamatan Glenmore, masih kata dia, puluhan sopir melakukan sweeping dengan meminta pengendara truk logistik yang sedang melintas untuk berhenti. “Pokoknya truk logistik, kami utamakan yang luar kota, mereka kami ajak untuk parkir dulu,” katanya.
Baca Juga: Protes Kebijakan ODOL yang Dinilai Tak Realistis, Sopir Truk Ajak Mogok Massal
Ratusan truk logistik, terparkir di dalam terminal yang sudah puluhan tahun mangkrak. Matrawi menyebut, aksi itu akan dilakukan hingga malam. “Akan kami tahan dulu di sini, sopir, baik dari komunitas maupun non komunitas akan kami beri penjelasan, karena kebijakan zero ODOL ini tidak hanya merugikan sopir logistik, tapi semua sopir,” tandasnya.
Matrawi menyampaikan, sebelumnya sudah memberikan sosialisasi berupa sebaran brosur. Dalam brosur yang dibagikan pada Selasa (17/6) itu, para sopir diberi informasi terkait rencana demo tersebut. “Tindak lanjut dari ini demo lebih besar lagi, itu menunggu dari Gerakan Sopir Jawa Timur (GSJT) Surabaya,” ungkapnya.
Selain melakukan mogok kerja dan sweeping, Matrawi mengatakan ada sejumlah tuntutan dalam aksinya itu, diantaranya stop razia ODOL, pengaturan regulasi angkutan logistik, revisi UU Lalu Lintas dan Jalan (LLAJ) tahun 2009, brantas pungli dan premanisme terhadap sopir. “Kami juga meminta pemerintah untuk memberikan kesejahteraan dan kesetaraan perlakuan hukum,” tuntutnya.
Sopir truk lain yang ikut aksi di wilayah Kecamatan Glenmore, Hariyanto, 43, mengungkapkan, sudah ada 200-an truk yang berhenti untuk melakukan mogok kerja. “Di Glenmore ini penyekatan yang dari arah barat ke timur, juga truk yang sempat lolos dari penyekatan rekan-rekan di Genteng,” terangnya.
Ratusan truk yang diminta berhenti untuk satu suara menolak aturan itu, diparkir di parkiran Pabrik Sinergi gula Nusantara (SGN) Glenmore atau IGG. “Sejak pukul 15.00, sudah ada yang diminta berhenti, kebetulan saat sore truk logistik dari barat sangat banyak,” katanya.
Kapolsek Glenmore, AKP Budi Hermawan mengatakan, aksi yang dilakukan para sopir itu buntut dari aksi yang dilakukan komunias sopir truk (GSJT) di Surabaya. Menurutnya, para sopir sebelumnya juga sudah membagikan brosur terkait informasi tersebut. “Tidak sampai macet, arus lalin lancar. Kami di sini melakukan pengamanan sekaligus pengaturan arus lalin,” katanya.(sas/abi)