RadarBanyuwangi.id – Kegiatan Pengabdian Masyarakat Program Pengembangan Desa Binaan (PPDB) Batch II Lanjutan telah sukses dilaksanakan di KUD Mina Blambangan, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi.
Dengan mengusung tema “Peningkatan Kapasitas Mitra Nelayan dalam Pengolahan dan Pemasaran menggunakan Aplikasi Mobile” acara ini sukses dihadiri oleh 15 peserta yang berprofesi sebagai nelayan dan pedagang asli Muncar.
Kegiatan ini mencakup tiga agenda utama yakni Penguatan Kelembagaan Kelompok, Pembentukan Poklahsar (Kelompok Pengolah dan Pemasar), Peningkatan Kapasitas Nelayan dalam pengolahan ikan, serta Peresmian Desa Binaan.
Momen puncak acara ditandai dengan pemotongan pita oleh Siti Nuraini selaku Ketua Pelaksana Pengabdian Masyarakat, perwakilan dari perangkat desa Kedungrejo, perwakilan dari pengurus KUD Mina Blambangan, perwakilan dari Dinas Perikanan Banyuwangi yakni Bapak Irfan, S.E., M.Si, serta seluruh nelayan dan pedagang yang hadir sebagai peserta, menjadi simbol resmi peresmian Desa Binaan.
Pada kesempatan yang sama, tim pengabdian masyarakat Universitas Airlangga juga melakukan serah terima Aplikasi Mobile ‘SmartSea’ kepada perwakilan Desa Kedungrejo dan Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi. Siti Nuraini selaku ketua pelaksana pengabdian masyarakat menjelaskan bahwa aplikasi ini dikembangkan khusus untuk membantu masyarakat nelayan dalam proses pengolahan dan pemasaran hasil tangkapan.
“Kami berharap aplikasi SmartSea dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat nelayan Muncar. Ke depannya, pengelolaan aplikasi ini akan diserahkan sepenuhnya kepada Desa Kedungrejo dan Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi agar dapat berkelanjutan dan berkembang sesuai kebutuhan masyarakat,” ujarnya.

Dokumentasi Peresmian Desa Binaan. Foto: Tim Pelaksana
Pada sesi pertama, Bapak Irfan, Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat Perikanan (PMP) Dinas Perikanan Banyuwangi, menyampaikan materi tentang pentingnya penguatan kelembagaan dan pembentukan Poklahsar.
Ia menjelaskan bahwa Poklahsar adalah kelompok berbadan hukum yang berperan dalam pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Dengan sinergi antara pelaku usaha perikanan, Poklahsar diharapkan mampu meningkatkan efisiensi usaha, memperluas jaringan, dan meningkatkan daya saing produk perikanan.
Bapak Irfan juga menekankan bahwa pembentukan kelembagaan ini harus memenuhi sejumlah kriteria, termasuk legalitas administrasi dan struktur organisasi yang jelas, agar dapat diakui secara resmi dan mendapatkan dukungan pemerintah maupun pihak terkait.
“Pembentukan kelompok ini harus memenuhi kriteria minimal 10 anggota aktif yang berdomisili di wilayah sama dengan visi-misi yang selaras dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan,” jelasnya.

Dokumentasi Materi Penguatan Kelembagaan Kelompok. Foto: Tim Pelaksana
Irfan menambahkan bahwa kelompok yang terbentuk akan mendapat pendampingan intensif mulai dari persiapan hingga penilaian kemampuan. “Proses ini meliputi identifikasi potensi, sosialisasi, verifikasi syarat, hingga penetapan kelompok yang difasilitasi oleh penyuluh perikanan,” ujarnya.
Sesi berikutnya dipandu oleh Lailatul Lutfiyah, S.Pi., M.Si., dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Dalam kesempatan ini, Lailatul memaparkan pentingnya diversifikasi produk perikanan sebagai strategi untuk meningkatkan nilai tambah hasil laut.
Page 2
“Nugget ikan merupakan produk olahan yang diminati masyarakat karena praktis dan bergizi tinggi. Pembuatannya relatif mudah dengan bahan utama daging ikan yang dapat berasal dari berbagai jenis seperti lele, patin, nila, atau tongkol,” paparnya. Produk olahan seperti nugget ikan, abon ikan, hingga produk berbasis limbah perikanan tidak hanya memperluas pangsa pasar tetapi juga mendukung pengelolaan yang lebih berkelanjutan.

Dokumentasi Demonstrasi Pembuatan Nugget Ikan. Foto: Tim Pelaksana
Dalam demonstrasi pembuatan nugget ikan, peserta diajarkan langkah-langkah praktis dari proses pengolahan hingga pengemasan produk. Proses ini dirancang agar mudah diterapkan oleh para nelayan, dengan memanfaatkan ikan lokal seperti tongkol dan tenggiri yang melimpah di wilayah Muncar.
Sihat Aftarjo, peserta pelatihan, menyampaikan apresiasi atas dukungan Universitas Airlangga dan Dinas Perikanan Banyuwangi. “Di Muncar ada pengolahan, penjualan, penangkapan, hingga distribusi ikan dan tiram. Kami berharap kolaborasi dengan Universitas Airlangga dan Dinas Perikanan Banyuwangi dapat membantu memperluas pangsa pasar ke level nasional melalui aplikasi mobile yang disediakan,” ungkapnya.
“Kami juga berharap dapat dibentuk kelompok berbadan hukum agar keberadaan kami diakui dan mendapat perhatian lebih dari pemerintah untuk peningkatan kapasitas mutu nelayan,” tambah Sihat.
Kegiatan ini merupakan implementasi nyata dari upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan, dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui diversifikasi produk perikanan, masyarakat nelayan tidak hanya mendapat alternatif sumber pendapatan yang lebih beragam, tetapi juga kesempatan untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Program pengembangan berbagai produk berbasis hasil laut ini berperan strategis dalam menjamin ketersediaan pangan bergizi dan terjangkau bagi masyarakat. Dengan adanya pelatihan pembuatan produk olahan seperti nugget ikan, bakso ikan, sarden, dan abon ikan, program ini juga berkontribusi pada peningkatan keterampilan dan kapasitas masyarakat nelayan melalui pendidikan non-formal yang aplikatif dan berorientasi pada kebutuhan pasar (*)
(Author: Ahmad Danang Sagita (Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Airlangga)
Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.
Page 3
RadarBanyuwangi.id – Kegiatan Pengabdian Masyarakat Program Pengembangan Desa Binaan (PPDB) Batch II Lanjutan telah sukses dilaksanakan di KUD Mina Blambangan, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi.
Dengan mengusung tema “Peningkatan Kapasitas Mitra Nelayan dalam Pengolahan dan Pemasaran menggunakan Aplikasi Mobile” acara ini sukses dihadiri oleh 15 peserta yang berprofesi sebagai nelayan dan pedagang asli Muncar.
Kegiatan ini mencakup tiga agenda utama yakni Penguatan Kelembagaan Kelompok, Pembentukan Poklahsar (Kelompok Pengolah dan Pemasar), Peningkatan Kapasitas Nelayan dalam pengolahan ikan, serta Peresmian Desa Binaan.
Momen puncak acara ditandai dengan pemotongan pita oleh Siti Nuraini selaku Ketua Pelaksana Pengabdian Masyarakat, perwakilan dari perangkat desa Kedungrejo, perwakilan dari pengurus KUD Mina Blambangan, perwakilan dari Dinas Perikanan Banyuwangi yakni Bapak Irfan, S.E., M.Si, serta seluruh nelayan dan pedagang yang hadir sebagai peserta, menjadi simbol resmi peresmian Desa Binaan.
Pada kesempatan yang sama, tim pengabdian masyarakat Universitas Airlangga juga melakukan serah terima Aplikasi Mobile ‘SmartSea’ kepada perwakilan Desa Kedungrejo dan Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi. Siti Nuraini selaku ketua pelaksana pengabdian masyarakat menjelaskan bahwa aplikasi ini dikembangkan khusus untuk membantu masyarakat nelayan dalam proses pengolahan dan pemasaran hasil tangkapan.
“Kami berharap aplikasi SmartSea dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat nelayan Muncar. Ke depannya, pengelolaan aplikasi ini akan diserahkan sepenuhnya kepada Desa Kedungrejo dan Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi agar dapat berkelanjutan dan berkembang sesuai kebutuhan masyarakat,” ujarnya.

Dokumentasi Peresmian Desa Binaan. Foto: Tim Pelaksana
Pada sesi pertama, Bapak Irfan, Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat Perikanan (PMP) Dinas Perikanan Banyuwangi, menyampaikan materi tentang pentingnya penguatan kelembagaan dan pembentukan Poklahsar.
Ia menjelaskan bahwa Poklahsar adalah kelompok berbadan hukum yang berperan dalam pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Dengan sinergi antara pelaku usaha perikanan, Poklahsar diharapkan mampu meningkatkan efisiensi usaha, memperluas jaringan, dan meningkatkan daya saing produk perikanan.
Bapak Irfan juga menekankan bahwa pembentukan kelembagaan ini harus memenuhi sejumlah kriteria, termasuk legalitas administrasi dan struktur organisasi yang jelas, agar dapat diakui secara resmi dan mendapatkan dukungan pemerintah maupun pihak terkait.
“Pembentukan kelompok ini harus memenuhi kriteria minimal 10 anggota aktif yang berdomisili di wilayah sama dengan visi-misi yang selaras dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan,” jelasnya.

Dokumentasi Materi Penguatan Kelembagaan Kelompok. Foto: Tim Pelaksana
Irfan menambahkan bahwa kelompok yang terbentuk akan mendapat pendampingan intensif mulai dari persiapan hingga penilaian kemampuan. “Proses ini meliputi identifikasi potensi, sosialisasi, verifikasi syarat, hingga penetapan kelompok yang difasilitasi oleh penyuluh perikanan,” ujarnya.
Sesi berikutnya dipandu oleh Lailatul Lutfiyah, S.Pi., M.Si., dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Dalam kesempatan ini, Lailatul memaparkan pentingnya diversifikasi produk perikanan sebagai strategi untuk meningkatkan nilai tambah hasil laut.