Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Bikin Kaget Penonton, Wajah Peserta Dipoles Arang

Bocah mendorong gerobak mengangkut meriam bambu di Desa, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, kemarin (2-9).
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Bocah mendorong gerobak mengangkut meriam bambu di Desa, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, kemarin (2-9).

RIBUAN warga Kecamatan Kalipuro merayakan hari Kemerdekaan Rl dengan menggelar acara karnaval. Kegiatan pawai Agustusan merupakan agenda rutin yang digelar setiap tahun. Para peserta pawai Agustusan itu tampak unjuk gigi dengan menampilkan kostum adat Nusantara.

Tidak ketinggalan, warga Kecamatan Kalipuro juga ikut andil dalam kemeriahan perayaan kemerdekaan tersebut. Sebanyak 25 kelompok peserta yang mengikuti karnaval kategori pelajar dan kelompok umum.

Jarak yang harus mereka tempuh peserta pawai sejauh 1,5 Kilometer (Km). Stan peserta dari Pasar Kalipuro hingga mencapai finish di Lapangan Kalipuro. Tak seperti pawai di daerah lain, ada sesuatu yang bikin berbeda acara karnaval perayaan ini. Pesona pawai kategori umum menampilkan kostum ala tentara.

Mereka juga “mempersenjatai” pasukannya dengan membawa meriam dari pipa. Meriam tersebut siap diledakkan sepanjang rute pawai, mulai stan hingga finish. Sayangnya, banyak peserta dan penonton yang tidak suka dengan aksi anak-anak tersebut. Sebab, suara ledakan meriam bambu itu selalu bikin kaget penonton.

Selain itu, ledakan gas karbit yang disulut di dalam pipa atau bambu itu bisa membahayakan. Bukan hanya remaja yang membawa meriam bambu tersebut. Banyak juga peserta anak-anak yang berusia di bawah 10 tahun yang ikut bermain meriam bambu.

Mereka tampak semangat menyalakan api meriam sehingga menimbulkan suara ledakan menggelegar itu. Peserta yang membawa meriam bambu itu lumayan banyak. Suara ledakan meriam mereka tak hanya bikin kaget penonton.

Atraksi kreatif peserta yang menampilkan kostum adat nusantara pun seolah tenggelam dalam ledakan pasukan meriam karbit itu. Apalagi, pasukan meriam ini tampil sambil berjoget mengikuti alunan musik disco.

“Sebaiknya lagu kemerdekaan saja yang dimainkan jangan lagu seperti itu. Karena keluar dari tema kemerdekaan,” ujar Sapto, 45, warga Kalipuro. Sementara itu, meriam yang bikin kaget penonton itu memang tidak meledak. Tidak pula melukai penonton. Namun, meriam semata-mata menghasilkan suara keras ledakan.

Suara itu muncul dari lubang pipa paralon berdiameter 8 centimeter (cm). Selanjutnya, pipa itu dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga wujudnya seperti meriam. Cara kerjanya, pipa paralon diisi dengan air. Lalu, karbit dimasukkan pipa. Terjadilah reaksi antara karbit dan air.

Karbit tergerus dan menghasilkan uap atau gas. Saat proses itu berlangsung, pipa ditutup rapat. Setelah satu menit kemudian, pipa sudah penuh berisi gas. Tutup bagian depan meriam pun dibuka. Pada bagian pangkal atas, ada lubang kecil yang dibuka dan disulut api. Terjadilah ledakan.

Suara menggelegar memekakkan telinga muncul dari moncong meriam. Saking kerasnya, suara mercon tersebut bisa terdengar hingga radius 2 Km. Mendengar suara menggelegar itu, banyak penonton yang menjauh dari rute karnaval tersebut.

“Kalau suaranya seperti itu, malah bikin takut warga. Ini cenderung urakan yang ikut karnaval,” papar Agnes, 17, salah satu peserta karnaval. Sebagian peserta karnaval sebeharnya menginginkan kondisi pawai yang kondusif dan bebas suara ledakan meriam bambu.

Mereka ingin pawai yang nyaman bagi para peserta maupun penonton. Selain itu, ledakan meriam bambu juga membahayakan para peserta itu sendiri. Jika meriam tiba-tiba meledak dan tidak terkendali, tentu saja berpotensi memakan korban.

“Takut kalau tiba-tiba meledak ketika mercon itu dinyalakan,” papar Ayumi, 17, salah satu peserta karnaval. Aroma rasa takut yang ditebar “pasukan meriam bambu” itu tak hanya berasal dari suara ledakan yang ditimbulkan.

Para peserta golongan umum yang membawa meriam bambu tersebut beraksi tanpa menghiraukan orang di sekitarnya. Suara yang mengagetkan membuat warga enggan mendekat. Selain itu, penampilan mereka semakin menakutkan lantaran wajah mereka dicoret-coret arang.

Wajahnya mirip tentara yang berangkat latihan perang. Mereka juga membawa gerobak dorong untuk mengangkut meriam mencon. “Jika diperhatikan juga tidak memberikan suasana nyaman. Namun bagaimana lagi, mereka juga ikut berpartisipasi meramaikan karnaval yang digelar oleh kecamatan,” papar Sunarto, warga Kalipuro. (radar)