Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Ingin Rasakan Tarung Bebas dengan Standar Internasional

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Viky-Yulianto-di-Pantai-Pulau-Merah,-Desa-Sumberagung,-Kecamatan-Pesanggaran,-Banyuwangi.

POSTUR tubuhnya cukup ideal. Dengan berat badan 74 kilogram dan tinggi 166 centimeter, bentuk tubuhnya cukup atletis. Dilihat dari raut wajahnya, banyak yang tidak percaya anak pertama dari empat bersaudara pasangan Mursyid, 47, dan Sudarmi, 45, itu seorang petarung bebas.

Itulah Viky Yulianto, lajang asal Dusun Silirbaru, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, yang kini tengah menekuni olahraga Rena  Mixed Martial Art (MMA). Berkat ketekunannya, pada September 2016 ini dia akan ikut laga  di Jakarta.

“Asalnya ikut olahraga silat,” katanya. Mengikuti ajang MMA itu, bagi Viky hanya ingin melihat dan merasakan pengalaman bertarung bebas dengan standar yang telah diakui internasional. Pengalaman bertarung  sudah diawali dengan mengikuti berbagai  kegiatan tarung bebas yang diadakan di sejumlah pesantren di Kabupaten Jember dan Kediri.

Dari pengalaman itu, akhirnya dia berkeinginan mengikuti pertarungan yang lebih serius dan bergengsi. “Kalau dulu sering ikut tarung bebas di Jember dan Lirboyo (Kediri),” kenangnya. Keinginan itu akhirnya muncul saat ada kompetisi  MMA Indonesia.

Sebelum memutuskan ikut dalam ajang tersebut, dia harus memastikan diri layak tanding. Di antaranya dengan menjaga kesehatan dan stamina tubuh. Selain itu, rangkaian yang harus dilakukan adalah mengikuti audisi di Solo.

“Saya ikut audisi di Solo pada 6 Agustus  kemarin,” ucapnya. Saat mengikuti audisi tersebut, Viky sempat mengalami sedikit hambatan. Meski pernah menjuarai beberapa kejuaraan silat yang cukup bergengsi, seperti juara 1 pada Piala Gubernur  tahun 2006 dan juara ketiga dalam kejuaraan  silat Internasional.

Tapi alumnus MTs Al Hidayah  Pesanggaran dan SMAN Pesanggaran itu harus ‘curi start’ dengan belajar pertarungan lantai, sebelum audisi dimulai. “Saya beberapa hari sebelumnya belajar ground fighting dulu, karena aturannya begitu,” jelasnya.

Bunga fortuna berpihak padanya, dalam  audisi itu dinyatakan lolos dengan kualifikasi  grade C. Menurut penuturannya, grade ini sebenarnya aman tapi ada di bawah. Untuk itu, dia harus meningkatkan kemampuan  baik secara stamina maupun kondisi tubuhnya  sebelum bertanding pada September nanti.

“Ini ada waktu sebulan untuk latihan,” ungkapnya.  Untuk memuluskan pertandingan yang akan dijalani, setiap hari melahap menu latihan  yang cukup ketat yang di antaranya dengan  lari minimal tiga kilometer. Di samping itu, menu wajib lainnya adalah sit up dan push  up sebanyak 30 kali dalam setiap sesi.

“Setiap hari lari, sit up, dan push up,” jelasnya.  Untuk persiapan mental dan nyali, mahasiswa  IAI Darussalam, Blokagung, Tegalsari, itu mengaku hanya mengandalkan pengalamannya  saat berlatih silat dengan teman-temannya. Dia juga menegaskan untuk olahraga ini tidak  memakai jimat dan sejenisnya.

“Tidak jimat-jimatan. Jimatnya itu doa orang tua, dan dukungan sampeyan, serta masyarakat  Banyuwangi,” ucapnya. (radar)