Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Manfaatkan Timah Bekas, Omzet Rp 15 Juta per Bulan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Kariyono-mengecat-umpan-pancing-berbahan-timah-di-Lingkungan-Sukowidi,-Kelurahan-Klatak,-Kecamatan-Kalipuro.

Umpan Pancing Metal Jig Made In Kariyono Menembus Pasar Nasional

KENDARAAN-kendaraan besar hilir mudik di jalan Raya Argopuro, Banyuwangi, sekitar pukul 09.30 kemarin (10/8). Begitu memasuki  salah satu gang kecil di jalan raya tersebut, yakni Gang Lombok, suasana berbalik 180 derajat.

Jalan beraspal yang melintas di wilayah Lingkungan Sukowidi, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, itu cenderung lengang. Meskipun masih pagi, balutan sinar matahari yang cukup terik membuat suhu udara di kawasan tersebut terasa cukup panas.

Dalam kondisi demikian, beberapa perempuan tampak duduk  seraya berbincang di salah satu teras  rumah warga. Melihat perempuan duduk-duduk  santai tersebut, saya langsung menarik tuas rem motor matik yang saya kendarai.

Bergegas saya memarkir sepeda dan menghampiri ibu-ibu tersebut untuk menanyakan rumah warga sekitar yang membuka usaha kerajinan umpan pancing. “Dua gang lagi dari sini, Mas. Rumahnya menghadap ke timur,”  ujar salah satu perempuan seraya menunjuk ke arah barat.

Dengan petunjuk tersebut, saya dengan mudah dapat menemukan rumah yang dimaksud. Kebetulan sekali, gerbang rumah yang saya cari itu tengah terbuka. Selain gerbang yang terbuka, di pelataran belakang rumah itu ada suara semprotan angin dan deru mesin  kompresor.

Setelah didekati, saat itu ada satu laki-laki tengah sibuk menge cat  benda-benda kecil berbentuk ikan  dan cumi-cumi dengan warna cerah. Pria itu adalah Kariyono alias Yono Bethuk, sang pemilik  rumah sekaligus pemilik usaha rumahan umpan pancing tersebut.

Dilihat sekilas, benda-benda hasil karya Yono itu mirip mainan anak-anak. Ternyata itu umpan pancing berbahan baku timah alias metal jig. “Ini sudah proses finishing, Mas. Umpan-umpan pancing ini akan saya kirim ke Lombok dan Bali,” ujarnya.

Yono mengatakan, dirinya memproduksi metal jig berbentuk ikan dan cumi-cumi dengan berbagai  ukuran. Ukuran terkecil seberat 40 gram hingga ukuran paling besar dengan berat 600 gram alias  6 ons. “Kalau sudah finishing seperti  ini, saya kerjakan sendiri. Saat proses pengamplasan ada dua  sampai tiga tetangga yang membantu  mengerjakan,” kata dia.

Yono menuturkan, setiap bulan  rata-rata dirinya mampu memproduksi 500 unit metal jig beragam ukuran. Bahan baku dia peroleh dengan cara membeli timah bekas kepada pedagang besi tua di wilayah Banyuwangi.

Memproduksi 500 unit umpan metal jig membutuhkan 100 Kg bahan baku seharga Rp 2,2 juta. Selain timah, dia juga membutuhkan sejumlah bahan baku lain, seperti cat mobil, stiker, hingga bubuk posfor. Dengan  bubuk posfor tersebut, umpan  pancing hasil kreasi Yono mampu memancarkan cahaya di dalam air.

“Jika ditotal, biaya produksi 500 unit metal jig itu sekitar Rp 4,5 juta. Itu sudah termasuk ongkos  pengerjaan,” akunya. Setelah jadi, umpan-umpan pancing itu dia jual dengan harga bervariasi antara Rp 25 ribu  sampai 80 ribu per unit, tergantung  ukuran.

“Jika dirata-rata, omzetnya Rp 15 juta per bulan,” aku suami Upik, 38, tersebut. Umpan pancing metal jig hasil kreasi Yono telah dipasarkan ke berbagai daerah di Tanah Air. Selain melayani pesanan toko di Surabaya dan Bali, umpan  yang diberi merek Necker Jig tersebut juga dijual secara online melalui media Facebook dan Instagram.

“Pesanan kadang datang dari Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lain,” kata ayah satu anak itu. Sementara itu, Yono mengaku  keterampilan membuat umpan  pancing metal jig itu dia peroleh secara otodidak. Awalnya, sekitar  dua tahun lalu, sepulang bekerja di bengkel mobil, Yono coba-coba membuat umpan pancing  sendiri.

“Ternyata prospek bisnis umpan pancing itu cukup menjanjikan. Karena itu, sejak sekitar 1,5 tahun terakhir saya memutuskan menggeluti usaha ini,” pungkasnya. (radar)

Kata kunci yang digunakan :