Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Piawai Menaksir Jumlah Buah Setiap Pohon

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Jamal (kanan) bersama para penebas asal Situbondo menimbang buah di Lingkungan Sukowidi, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, kemarin (8-7).

HARI sudah mulai sore, sinar sang surya pun sudah mulai redup. Jarum jam menunjukkan pukul 16.00. Hilir mudik kendaraan yang melintasi jalan Yos Sudarso, Lingkungan Sukowidi, Kelurahan Klatak, Kalipuro, juga cukup padat. Maklum, sore itu bersamaan dengan jam pulang kerja kantor.

Ditengah padatnya arus lalulintas sore itu, sejumlah lelaki juga sibuk bekerja di tepi jalan raya. Para lelaki itu sibuk menimbang buah mangga. Satu per satu buah mangga itu dikeluarkan dari dalam keranjang untuk ditimbang.

Usai ditimbang, buah mangga itu selanjutnya dipilah-pilah oleh pekerja lainnya, untuk digolongkan sesuai ukuran. Lelaki yang juga pekerja lainnya juga langsung menyiapkan peti buah dari kayu.

Buah mangga yang telah dipilah, lalu dimasukkan ke dalam peti kayu. Setelah seluruh isi peti  tersebut penuh, baru kemudian ditutup dengan kertas koran, dan siap untuk dikirim ke beberapa kota besar di Jawa dan Bali.

Aktivitas para penebas buah mangga itu bukan sekadar menimbang. Sebelumnya, para pekerja juga telah berkeliling ke seluruh penjuru pelosok desa, untuk mencari buah mangga  yang sudah masak. Mereka  kulakan buah mangga dengan  sistem borongan per pohon.

“Saat ini yang sulit mencari buah mangga yang berbuah,” cetus Cahyo, 45, seorang penebas buah asal Desa Gelung, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo. Hujan yang kerap terjadi di wilayah kabupaten berjuluk The Sunrise Of Java ini, kerap menyusahkan dirinya sebagai penebas buah mangga.

Sebab, saat ini banyak buah mangga milik warga yang tidak berbuah normal. Gara- garanya, saat pohon mangga masih berbunga, banyak yang rontok akibat dihantam hujan disertai angin kencang.

Jika tahun lalu, dalam sekali jalan, dia mampu mendapatkan buah mangga sebanyak 200 Kg hingga 300 Kg. Kini, untuk dapat 50 Kg saja, sangat sulit didapat. Lantaran jumlah buah mangga banyak berkurang akibat bagian bunga buahnya rontok terkena hujan dan angin kencang beberapa bulan lalu.

Belum lagi, kata Cahyo, saat ini para pemilik pohon mangga juga mulai sulit didapat di pedesaan. Pohon buah mangga yang biasanya berbuah lebat, kini sudah jarang ditemukan akibat ditebang oleh pemiliknya.

Ada juga lahan yang biasanya ditumbuhi pepohonan, kini sudah berubah jadi lahan perumahan. Dampaknya, kini para pemburu buah mangga makin kesulitan  mendapatkan jumlah buah yang diinginkan.

Karena tanaman mangga milik warga yang di pelosok desa jumlahnya makin berkurang, dia juga harus jeli memelototi pohon mangga yang berbuah dan tidak. Untuk mencari keberadaan buah mangga itu, para penebas juga dituntut harus masuk ke  seluruh penjuru perkampungan.

Tak ayal, penebas juga harus mengenal medan jalan yang akan dan telah dilalui tersebut agar bisa kembali berkumpul dengan rekan-rekannya sesama penebas buah. “Kebetulan kami pos berkumpulnya di Lingkungan Sukowidi, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro ini,” jelasnya.

Saking sulitnya mencari buah mangga yang sedang berbuah dan siap panen, terkadang mereka pulang dengan tangan hampa. Padahal, mereka sudah seharian  berkeliling keluar masuk perkampungan tanpa membawa buah untuk disetorkan pada pengepul.

Para penebas buah juga dituntut bisa menaksir jumlah buah dalam satu pohon. Jika pemilik pohon di pedesaan rata-rata jika pohon  berbuah lebat harganya bisa  mencapai Rp.700 ribu per pohon. Tapi jika di perkotaan, harga buah per pohon paling murah dibanderol Rp 1 juta.

“Kalau saya, sudah biasa hitung buah di setiap ranting pohon. Begitu lihat sepintas sudah langsung bisa beri banderol harga,” terangnya. Kondisi makin berkurangnya jumlah tanaman mangga di Banyuwangi itu, juga dirasakan penimbang (pengepul) buah  mangga.

Jamal, 44, seorang pengepul buah mangga asal Desa Gelung, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo mengakui, saat ini sulit mendapatkan buah mangga di Banyuwangi. Jika musim buah seperti saat ini, biasanya Jamal bisa mengirim buah mangga satu truk dengan berat mencapai 6 Ton hingga 7 Ton. Namun untuk musim tahun  ini, dia sangat kesulitan mendapatkan buah mangga.

“Bisa kirim 1 Ton saja saat ini sudah bagus,” ujar lelaki yang sudah lima tahun menggeluti bisnis buah di Banyuwangi itu. Jika musim buah normal, harga buah mangga di Banyuwangi bisa  mencapai Rp 3 ribu per Kilogram.

Tapi saat ini, harga beli buah mangga bisa mencapai Rp. 7  ribu per Kg. Kalau hasil buah melimpah, dalam sehari dia bisa kirim ke sejumlah kota seperti ke Jakarta, Jogjakarta, dan Bali. “Berhubung sepi, tahun ini saya hanya kirim ke Bali saja yang terdekat,” katanya.

Buah mangga yang paling diburu pembeli yakni jenis mangga manalagi, mangga golek, dan mangga arum manis. Setiap musim buah di Banyuwangi, para penebas buah dari Situbondo  memilih Banyuwangi sebagai sasaran perburuan. Selain harganya lebih murah, mangga  asal Banyuwangi dinilai lebih manis dibanding mangga dari  kota lainnya.

“Mendingan harga mahal seperti ini jualnya mudah. Daripada panen raya, harga murah, barangnya banyak, dan  susah menjualnya,” tandas bapak tiga anak itu.(radar)