Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Situs Sumber Jeding Belum Tergarap

Sumber Jeding di Dusun Sidomukti, Desa Yosomulyo oleh warga dikeramatkan.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Sumber Jeding di Dusun Sidomukti, Desa Yosomulyo oleh warga dikeramatkan.

GAMBIRAN- Sumber jeding di Dusun Sidomukti, Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, selama ini dikeramatkan oleh warga. Mereka banyak yang menggelar ritual di tempat yang disucikan itu.

Lokasi yang oleh warga dianggap sakral itu, baru dibangun cukup megah. Selain bangunan cukup besar dengan cat yang mencolok, di lokasi itu juga dibangun patung gandrung yang kental dengan suasana Budha.

Salah satu tokoh masyarakat setempat, Sumardianto, mengatakan sumber jading itu oleh warga disakralkan sebagai pepunden. Warga sekitar lokasi, melakukan ritual di tempat itu setiap akan melaksanakan hajatan.

“Banyak orang yang menikahkan anaknya bawa sekul anget (nasi angat) ke situ,” katanya. Meski sudah sering dikunjungi warga dengan berbagai tujuan, jelas dia, sumber jeding masih tetap belum popular. Sehingga, warga yang datang hanya karena akan punya hajatan.

“Kita pernah mengusulkan sebagai daerah tujuan wisata religi,” ujarnya. Di sumber jeding itu, lanjut dia, bagi umat Budha sangat Setiap akan melakukan perayaan hari raya Waisak, mereka menggelar pengambilan air suci dari tujuh mata air, yang salah satunya di sumber jeding. “Air di sumber jeding itu termasuk air suci,” ungkapnya.

Kepala Desa Yosomulyo, Didik Kartika, mengungkapkan upaya pemerintah desa untuk mengangkat sumber jeding sebenarnya sudah ada. Pihaknya telah meminta menyusun deksripsi mengenai sejarah yang baku mengenai sumber jeding.

“Saya minta untuk digodok sejarahnya, biar ada dasarnya yang jelas,” cetusnya. Menurut Didik, sumber Jeding itu situs yang disakralkan warga dusun, bukan warga penganut kepercayaan atau agama Budha saja, tapi juga warga dari agama lain.

Hal ini terkait dengan tradisi nyadran yang sudah berlangsung turun temurun setiap akan hajatan. Hanya saja, tempat itu cukup ramai ketika ada kegiatan umat Budha. “Sumber jending itu milik semua agama, tempat itu biasa digunakan untuk nyadran,” tegasnya.

Didik berharap upaya menyusun sejarah sumber jeding bisa dilakukan dengan baik. Sehingga pijakan data dan sejarah pendukung bisa maksimal. “Belum kita angkat karena dasarnya belum ada. Dulu di lokasi itu milik kerajaan atau apa, itu masih dilakukan kajian,” ungkapnya. (radar)