Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Tradisi Unik Dukuh Andong, Rebutan Ayam Sebagai Lambang Persaingan Hidup

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Warga Dusun Andon membawa 9 tumpeng ke tempat keramat yang mereka sebut petaunan. (Foto: timesbanyuwangi.com)

BANYUWANGI – Untuk menghadapi persaingan hidup di masa modern ini, nenek moyang warga Dukuh Andong, Desa Taman Suruh, Kecamatan Glagah,  Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur sebetulnya telah memberi ajaran bagaimana menghadapinya. Mereka mengajarkan agar anak-anak mereka di Dukuh Andong memiliki tujuan dalam hidup dan bekerja keras mencapai tujuan itu.

Hal itu yang tertuang dalam acara Tumpeng 9 Dukuh Andong dimana 4 ayam panggang atau disebut warga Banyuwangi sebagai Pitek Peteteng, ditaruh dalam bahtera buatan dari pohon pisang emas.

Pemuda Dusun Andong memperebutkan daging ayam panggang sebagai lambang kompetisi dalam kehidupan. (Foto: timesbanyuwangi.com)

Perahu buatan itu, bersama 9 tumpeng diarak dari salah satu perempatan desa ke tempat keramat dusun yang disebut petaunan. Pitek Peteteng dalam bahtera yang dibawa di arak-arakan dengan jarak tempuh sekitar 300 meter itu menggambarkan impian masing-masing manusia di tengah lautan kehidupan.

“Pisang emas melambangkan kemakmuran dan masa keemasan. Sebelumnya yang memasak tumpeng tidak boleh berbicara sebagai lambang kefokusan dalam bekerja mencapai tujuan, ” kata Ismail, tokoh adat setempat, Minggu ( 13 / 8 / 2017) .

Setelah berdoa bersama di petaunan yang berupa batu besar di atas bukit kecil itu, bahtera buatan dan 9 tumpeng yang dibawa gadis-gadis setempat diarak keliling kampung, yang disebut ‘ider bumi’, hingga kembali ke perempatan.  Di situ doa bersama kembali dipanjatkan dan tumpeng dibuka untuk dimakan bersama.

Sedangkan Pitek Peteteng di bahtera buatan, sengaja dibawa satu per satu ke arah kerumunan pemuda setempat untuk diperebutkan. Disini makna sesungguhnya bahawa hidup harus berkompetisi, harus memiliki tujuan dan harus bekerja keras dalam meraihnya.

“Yang berhasil mendapatkan ayam, menurut kepercayaan orang terdahulu akan mendapatkan rizky yang banyak,” ujar Ismail.

Ismail menceritakan telah turun temurun bersih desa dilakukan dengan acara seperti itu, yang merupakan kegiatan yang juga dilakukan nenek moyang mereka saat membabat hutan dan membuka pemukiman.

Ismail mengatakan nenek moyang warga Andong dulu suka berkumpul dan ngobrol di petaunan sehingga kegiatan itu dilestarikannya dengan acara 9 tumpeng Andong. (timesbanyuwangi.com).