Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

ADA GUNDUKAN UNTUK PEMUJAAN

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

gundukanSELAIN panas matahari yang sanga terik, medan menuju lokasi gundukan di hutan Dusun Tangkup, Desa Watukebo, Kecamatan Wongsorejo cukup betat. Tumpukan rumput-rumput dan semak belukar yang sangat lebat di dalam hutan tidak menjadi halangan time ekspedisi untuk terus melanjutkan perjalanan.

Duri-duri rumput yang tajam menjadi tantangan tersendiri bagi tim ekspedisi. “Durinya menempel di kaki, rasanya gatal,” kata Pemimpin Redaksi Jawa Pos Radar Banyuwangi, Bayu Saksono sembari mencabut duri kecil yang menancap di kakinya.

Meski medan cukup berat, seluruh anggota tim ekspedisi tetap berjalan saja ketengah hutan untuk mendapatkan temuan-temuan lain. Jika sebelumnya tim menemukan beberapa pecahran tembikar, porselen, dan batu bata besar di sekitar hutan, kali ini tim menemukan dua buah gundukan yang mencurigakan di tengah hutan jati milik Perhutani tersebut.

Bentuk gundukan sangat presisi dan tertata. jika kita lihat dari bawah. “Sepertinya gundukan itu terbentuk karena buatan manusia,” duga Direktur JP-RaBa Samsudin Adlatvi yang ikut dalam rombongan tim ekspedisi.

Selain karena bentuk dari gundukan yang ada di dalam hutan tersebut, dugaan Samsudin tersebut mencuat kuarena sekitar gundukan tersebu kita lebih banyak lagi menemukan pecahan-pecahan porselen, tembikar dan temuan batu bata merah.

Bisa jadi, gundukan tersebut dulunya dijadikan sebagi tempat pemujaan atau tempat peribadatan pada zaman kerajaan. Dugaan itu hanya berdasarkan temuan-temuan di lapangan. Tim belum bisa memastikan gundukan tersebut apa.

Memang benar dulunya digunakan sebagai tempat pemujaan atau perbadatan bagi orang-orang pada zaman kerajaan. Karena yang dilakukan tim hanya sebatas ekspedisi, bukan melakukan penelitian. Perlu ada seorang peneliti yang bisa memastikan keberadaan gundukan tersebut.

Untuk mengecek dugaan adanya situs dikawasan hutan itu, kemarin administratur kantor Pemangkuan Hutan (KPH) Banyuwangi Utara Artanto turun langsung kelokasi. Dia ditemani 12 anggotanya dari Pethutani.

Rombongan juga bergerak menuju ke dalam hutan. Artanto sangat mendukung apa yang telah dilakukan tim ekspedisi Jawa Pos Radar Banyuwangi untuk menggali infomasi tentang temuan-temuan situs kerajaan tersebut.

“Kita dukung semua kegiatan dari Jawa Pos Radar Banyuwangi ini,” kata Artanto. Ada informasi menarik terkait dengan keberadaan hutan jati tersebut. Informasi dari petugas Perhutani menyebutkan, gundukan tersebut dulunya memang kerap digunakan oleh warga sekitar sebagai tempat ritual.

Kaur Humas Kantor Pemangkuan Hutan (KPH) Banyuwangi Utara, Bambang Hindarto menuturkan, gundukan tersebut dijadikan tempat ritual warga sebagai wujud sukur karena hasil panen melimpah. Di pucuk gundukan tersebut, warga mengubur kepala sapi.

Warga menamakan gundukan itu Gunung Lemah (tanah). Diameternya sekitara 40 meter. Kalau habis panen, warga selalu mengadakan ritual memotong sapi lalu mengubur kepala sapi di atas gundukan tersebut,”‘ cerita Bambang.

Ritual tersebut merupakan sebagai wujud syukur warga atas panen yang diterima oleh warga. Namun, seiring perkembangan zaman, ritual tersebut tidak pernah ada lagi. “Iya, ritual itu katanya sebagai wuJud syukur atas panen warga, tapi sekarang sudah tidak ada ritual itu,” imbuh Bambang.

Sementara itu, MH. QOWIM anggota tim ekspedisi menduga kalau bukit yang ditemukan itu merupakan tempat pemujaan, peribadatan, atau persemedian. Sebab, lokasi gundukan tersebut posisinya lebin tinggi dibandingkan daratan yang ada di sekelilingnya.

“Di kanan kiri dati gundukan ini juga terdapat tumpukan bata berundak, ” jelas Qowim menguatkan penjelasan petugas Perhutani. Meski begitu, bapak satu anak ini belum bisa memastikan kalau gundukan tersebut dulunya dipakai sebagai tempat pemujaan atau peribadatan.

Sebab, dugaan-dugaan yang muncul tersebut berdasarkan temuan-temuan tim ekspedisi di lapangan. ” Tapi ini tetap saja perlu diteliti lebih mendalam lagi. lni hanya dugaan, karena ini sekadar ekspedisi, kami sebatas memberikan informasi dan sedikit analisis sederhana berdasar temuan” pungkas Qowim. (radar)