Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Adaptive Sports Camp in Banyuwangi – Menghapus Batas

adaptive-sports-camp-in-banyuwangi-–-menghapus-batas
Adaptive Sports Camp in Banyuwangi – Menghapus Batas

Banyuwangi, (11-12 Agustus 2025) – Perkins International kali ini hadir dengan kegiatan Kamp Olahraga Adaptif dengan tema Sports Without Limit. Perkins International, Pavic, Parents Support Group, SLBN Banyuwangi, SLBN Tamanagung, SLB Matahati, SLB PGRI Jajag dan SLBN Panggungsari Trenggalek, bekerjasama dengan Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur wilayah Kabupaten Banyuwangi serta Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banyuwangi menggelar kegiatan ini selama 2 hari. Dimulai dengan pengenalan konsep UDL (Universal Design Learning), praktek pembelajaran, permainan, malam api unggun hingga sharing dan diskusi antara orang tua anak-anak berkebutuhan khusus dengan para narasumber.

Kamp ini bertujuan untuk mempromosikan inklusi dan kesetaraan bagi anak-anak berkebutuhan khusus melalui olahraga adaptif. Dalam sambutannya, Chen Min Perera ( Lead Educational Consultant Perkins International – Asia Pasific ) melaluiTuti Hendawati, Project Manager Perkins School for The Blind di Asia Pasific menyatakan, “Kamp ini adalah perayaan inklusi, kekuatan, dan keyakinan bahwa setiap anak berhak untuk belajar dan berkembang. Olahraga adaptif memberikan manfaat fisik dan emosional bagi anak-anak berkebutuhan khusus, seperti meningkatkan kekuatan dan koordinasi, meningkatkan kepercayaan diri, dan meningkatkan rasa memiliki.”
“Perkins percaya bahwa setiap anak dapat belajar dan memiliki hak untuk hidup, bermain, mencintai, dan bekerja. Dengan dukungan dari semua pihak, kita dapat membuat olahraga adaptif menjadi lebih dapat diakses oleh anak-anak berkebutuhan khusus,” tambah Chen Min Perera.

Dalam paparan materinya Dr. Lauren Lieberman, Distinguished Service Professor dari State University of New York menjelaskan konsep UDL (Universal Design Learning) yang merupakan pembelajaran dengan pendekatan kebutuhan serta kemampuan anak. Lauren menekankan pentingnya detil instruksi dan cara pengajaran. “Sangat penting bagaimana Anda mengajarkan olahraga ini. Ada anak-anak yang mudah memahami dengan contoh langsung, ada yang mudah memahami dengan musik dan ada pula yang memerlukan gambar-gambar petunjuk,” ujar Lauren. Keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan olahraga yang menyenangkan juga menjadi hal penting, anak tidak hanya menjadi objek pengajaran namun juga bagian utuh dari kegiatan.

“Kadang kita melihat ada anak-anak yang bermain dan ada yang hanya berdiri di sisi tepi, kita ingin semua anak ikut terlibat” tambahnya.

Mr. Roden, Vice President PAVIC Filipina, membagi semangatnya dalam mendampingi anaknya yang mengalami hambatan penglihatan. “Anak saya sangat suka mendaki gunung,” ujarnya mengawali sesi. Menurut Roden, kamp ini akan membantu anak-anak berkebutuhan khusus tak hanya lebih kuat secara fisik namun juga membangun rasa percaya diri, keterampilan social, kerja sama tim, kemandirian, dan rasa senang. “Mereka adalah atlet, pemimpin dan pembelajar, berikan mereka ruang untuk tumbuh. Biarkan mereka ambil resiko, karena justru dari situlah kepercayaan diri yang sejati muncul,” tambah Roden mengajak orang tua untuk mendukung anak-anaknya. Roden juga merupakan Coach untuk Adaptive Sports yang digagas oleh Perkins.

Di kesempatan ini juga, Muhamad Jaenudin, M.Pd., Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Cabang Dinas Kabupaten Banyuwangi memberikan apresiasinya atas kegiatan ini. Jay, sapaan hangatnya, menyatakan optimis bahwa metode pembelajaran olah raga ini akan memberikan banyak kemajuan untuk dunia olah raga di Banyuwangi. Dikaitkan dengan Kurikulum Pembelajaran Mendalam, Jay merasa konsep kegiatan ini sangat sesuai. “Baik olahraga maupun pembelajaran harus sesuai dengan need anak, jadi bukan anak yang menyesuaikan dengan guru namun guru yang mempelajari apa yang dibutuhkan anak, olahraga apa yang bisa diberikan kepada anak,” ujarnya. “Guru-guru terutama yang berlatar pendidikan PLB pasti sudah terbiasa dengan pola Special Need Education,” tambah Jay saat ditanya kesiapan para pengajar PLB di Banyuwangi.
indah