Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Bangkitkan Industri di Tengah Terpaan Resiprokal dan Efisiensi Melalui Pendidikan Vokasi

bangkitkan-industri-di-tengah-terpaan-resiprokal-dan-efisiensi-melalui-pendidikan-vokasi
Bangkitkan Industri di Tengah Terpaan Resiprokal dan Efisiensi Melalui Pendidikan Vokasi

Industri sebagai Lokomotif Kemandirian Bangsa

Di tengah gejolak global dan kebijakan yang kerap merugikan negara berkembang, seperti kebijakan resiprokal dan efisiensi, Indonesia dituntut untuk fokus pada kemandirian ekonomi. Kegaduhan kebijakan Trump tidak ada artinya bila Indonesia mau saja fokus pada ekonomi berdikari dimana rakyat memiliki industri yang mampu memenuhi semua kebutuhannya. Apalagi ada kemauan bangkitkan industri yeng berdaya saing tinggi penuhi diversifikasi pasar global.

Kunci dari kemandirian ini terletak pada penguatan sektor industri sebagai lokomotif utama pembangunan nasional. Di berbagai negara, termasuk Indonesia, kemajuan industri menjadi penentu kesejahteraan masyarakatnya. Namun, tantangan utama bukanlah teknologi, peralatan industri, efisiensi atau kegaduhan kebijakan Trump sekalipun, melainkan pada kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mengelola dan menggerakkannya.

Indonesia masih menghadapi kenyataan di mana industri kerap mengandalkan pekerja asing karena kurangnya tenaga lokal yang kompeten. Buruknya pelayanan, rendahnya keselamatan kerja, bahkan degradasi moral dan lingkungan, menjadi bukti bahwa industri yang besar tanpa SDM yang berkualitas hanya akan menghasilkan ketimpangan jauh dari kerja layak. Ini menunjukkan perlunya revitalisasi sistem pendidikan untuk mencetak SDM yang tidak hanya cakap secara teori, tetapi juga terampil dan adaptif terhadap kebutuhan dunia industri.

Pendidikan Vokasi: Jawaban atas Tantangan Industri

Pendidikan vokasi hadir sebagai solusi strategis untuk menjawab kekurangan SDM kompeten di sektor industri. Sayangnya, masih banyak yang memandang pendidikan vokasi setara dengan pendidikan akademik, padahal keduanya memiliki orientasi yang sangat berbeda. Pendidikan vokasi menekankan pada praktik langsung, pengembangan soft skill, dan keterampilan teknis yang aplikatif. Di sinilah pentingnya membangun sistem pendidikan vokasi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan mampu membangkitkan industri.

Dosen vokasi idealnya berpengalaman dan berpengetahuan, misalnya praktisi industri yang mampu mengajarkan keahlian berbasis pengalaman nyata, sehingga lebih banyak di laboratorium yang tidak semata-mata basisnya literasi di kelas ataupun perpustakaan. Dosen vokasi sebaiknya cenderung menggunakan model pembelajaran learning by doing, sehingga laboratorium menjadi prioritas kebutuhannya. Penelitian vokasi pun harus bersifat terapan—menghasilkan produk nyata seperti paten, HAKI, dan solusi teknis yang langsung bisa digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri. Membangun jejaring dengan industri, menarik investasi untuk lahirnya industri baru, mendorong hilirisasi dan komersialisasi produk-produk inovatif menjadi orientasi pendidikan vokasi. Kampus vokasi juga harus sering melakukan expo hasil luarannya yang revolusioner ke masyarakat industri. Kegiatan pengabdian masyarakat vokasi pun perlu diarahkan pada bentuk-bentuk yang mendukung pertumbuhan industri, seperti workshop teknis, pelatihan keterampilan, hingga pendampingan produksi yang meyakinkan industri terus berkembang maju. Pendidikan vokasi diarahkan untuk menjawab permasalahan nyata bangsa mulai dari lapangan pekerjaan, profesionalitas pekerja, pemimpin industri yang kreatif, hingga berkembangnya industri-industri baru yang berkelanjutan.

Kampus Vokasi: Kawah Candradimuka SDM Profesional

Sehubungan dengan hal itu, untuk mencetak SDM profesional yang siap memimpin, pendidikan vokasi harus dikelola oleh pimpinan yang visioner. Kampus vokasi harus memiliki laboratorium multifungsi yang tak hanya untuk pelatihan, tapi juga unit bisnis, pusat pendidikan, penelitian, dan simulasi pengabdian masyarakat yang melahirkan pemimpin untuk kemajuan industri suatu bangsa. Melalui laboratoriumnya tersebut terlahir sdm profesional yang matang, ulet, disiplin, bertanggung jawab, jujur, berkarakter, dan tidak mudah menyerah yang akan memimpin industri dan melahirkan industri-industri baru yang lebih kreatif. Di sini gemblengan pendidikan vokasi sudah berbeda dengan pendidikan dasar, yaitu dituntut menghasilkan atau menciptakan bukan lagi mendapatkan.

Gen Z sebagai Penggerak Industri Masa Depan

Dengan sistem ini, kampus vokasi tidak sekadar mencetak pekerja, tetapi melahirkan pemimpin industri yang profesional dan inovatif. Pendidikan vokasi tidak lagi menjadi pelengkap, melainkan motor penggerak industri dan menggerakkan masyarakat ke peradaban dunia. Melalui pendekatan vocational driven—di mana kampus vokasi menjadi pusat inovasi dan keunggulan terapan bangsa yang mengarahkan industri untuk berdaya saing tinggi. 

Pendidikan vokasi yang kuat akan melahirkan pengusaha muda, Gen Z yang kreatif dan tangguh, yang tidak hanya bekerja di industri, tetapi membangunnya. Mereka akan mendorong industri untuk tidak hanya bertahan di fase matang, tetapi terus berevolusi dan berinovasi. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan vokasi harus berkontribusi mengarahkan dan memciptakan bukan bersandar ke industri. Untuk mampu mengarahkan dan menciptakan industri, pendidikan vokasi harus memiliki nilai lebih dari industri baik fungsi laboratoriumnya maupun kompetensi pendidiknya hingga mengahasilkan outcome mahasiswa yang nilainya tinggi.

Sudah saatnya pendidikan vokasi menjadi garda depan kebangkitan industri Indonesia berbasis SDM yang profesional, berkarakter, difasilitasi laboratorium dan keterampilan pendidiknya berbasis literasi, dan berdaya saing global. Bambang Suharto, Guru Besar Industri Pariwisata dan Perhotelan, Pengajar pada Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.