Tangkapan ikan di laut Banyuwangi melimpah. Di Kecamatan Muncar, tingginya tangkapan ikan berdampak penurunan harga terutama untuk jenis tongkol, layang dan buntut merah.
Anjloknya harga ikan terjadi sejak Desember 2023. Untuk jenis ikan tongkol dari harga Rp 18 ribu per kg anjlok hingga Rp 9.000 per kg, bahkan jenis ikan lainnya sempat tembus Rp 4.000 per kg. Akibatnya, nelayan menjerit lantaran harga ikan tidak sepadan dengan ongkos produksi.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi Alief Rahman Kartiono mengungkapkan, fenomena el nino salah satu penyebab produksi ikan di Banyuwangi meningkat khususnya, wilayah Muncar. Selain itu, konservasi juga mendorong ikan-ikan bermigrasi ke Perairan Banyuwangi.
“Kan kemarin kita ketemu la nina dengan suasana dingin, ikan tidak mau. Maunya dengan laut hangat. Dengan el nino lautnya hangat dimungkinkan plankton datang kesana dan ikan datang kesana. Kalau el nino kemarin kan ikan banyak yang pergi, bahkan ke india,” kata Alief, Kamis (18/1/2024).
Untuk mengatasi harga ikan yang anjlok, Dinas Perikanan Banyuwangi berupaya mengambil langkah dengan sasaran skala kecil yakni dengan mendorong diversifikasi produk.
![]() |
Ikan diolah menjadi produk jadi yang bisa dijual ke end user langsung. Intervensi ini lebih menyasar kepada kelompok ibu rumah tangga yang merupakan istri nelayan di pesisir.
“Kita mengarahkan ke diversifikasi produk, terutama untuk nelayan kecil. Karena kasihan biasanya mereka dapat ikan hanya untuk kebutuhan konsumsi dan menjual ke pasar. Terutama untuk kelompok perempuan, sehingga ini ada multiplier efek sih tidak hanya harga saja tapi juga ketahanan pangan bisa masuk di sana,” tambah Alief.
Upaya lain yakni dengan memperluas pasar dan jejaring. Serta mendorong masyarakat untuk makan ikan serta mendorong upaya penanganan stanting.
“Pertama memperluas pasar dan jejaring, kita sudah kerjasama dengan Aruna, tapi Aruna juga terbatas jenis komoditi yang mereka butuhkan terutama sejenis tongkol, dan lain lain. Sementara untuk lemuru dan sebagainya memang Muncar pusatnya, di situ ada pabrik-pabrik besar untuk ikan kaleng yang di ekspor dan sebagainya. Gerakan masyarakat makan ikan, penanganan stanting dan lain sebagainya,” jelasnya.
Untuk saat ini, menurut Alief, intervensi kepada nelayan belum bisa dilakukan dari sisi permodalan ekonomi ke nelayan langsung. Hal tersebut dikarenakan banyak nelayan terikat pada tengkulak. Hasil tangkapan mereka harus langsung disetor kepada tengkulak dengan harga rendah mengikuti harga pasar saat ini.
Simak Video “Bertemu 1.000 Kiai di Banyuwangi, Gibran Didoakan Menang Pilpres“
[Gambas:Video 20detik]
(erm/fat)