Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Bermodal Cangkul dan Gerobak Dorong, Warga Singonegaran Banyuwangi Turun ke Sungai: Keruk Sedimen Kalilo

bermodal-cangkul-dan-gerobak-dorong,-warga-singonegaran-banyuwangi-turun-ke-sungai:-keruk-sedimen-kalilo
Bermodal Cangkul dan Gerobak Dorong, Warga Singonegaran Banyuwangi Turun ke Sungai: Keruk Sedimen Kalilo

Radarbanyuwangi.id – Puluhan warga yang tinggal di sekitar Sungai Kalilo Rabu (31/7) membersihkan sampah dan sedimentasi di sepanjang sungai yang membelah kota Banyuwangi. Mereka membawa beberapa peralatan seperti cangkul dan gerobak dorong.

Bersih-bersih sungai dilakukan karena sebentar lagi musim hujan. Kegiatan yang dikemas dalam program padat karya kali ini difokuskan untuk mengangkat sedimen tanah yang memenuhi aliran sungai.

Sejak pagi, warga menyusuri sungai yang mulai dangkal. Material tanah yang sudah dicangkul kemudian diangkut menggunakan gerobak, lalu dipindahkan ke sisi sungai lain untuk menangkal aliran air. Program padat karya akan dilaksanakan selama 15 hari untuk mengurangi pendangkalan Kalilo.

Ketua RT 2 RW 2, Lingkungan Singomayan Timur, Kelurahan Singonegaran, Saiful Bahri mengatakan, kegiatan padat karya tersebut merupakan program dari Dinas PU Pengairan. Beberapa warga yang tinggal di dekat aliran Sungai Kalilo ikut membersihkan sungai dari endapan material yang sudah menumpuk.

Baca Juga: Tender Ulang, Proyek Revitalisasi Pasar Banyuwangi Molor: Tunggu Pemenang Lelang, Bulan Agustus Mulai Dikerjakan

”Ada beberapa bagian yang sudah mulai dangkal. Ini yang dibersihkan warga. Jaraknya sekitar 200 meter di sepanjang Kalilo,” jelas Saiful.

Dengan pembersihan endapan, diharapkan aliran sungai kembali lancar. Sampah-sampah yang biasanya menghambat aliran air bisa disalurkan dengan lancar.

Selain itu, wilayah Kalilo selama ini menjadi tempat hiburan masyarakat dengan memancing ikan. Jika sungai dangkal, ikan juga sulit ditemukan.

Baca Juga: Usut Hilangnya 4 ABK Kapal Nelayan Sumber Risqi, Polairud Banyuwangi Akhirnya Turun Tangan: Terjun ke Laut karena Merasa Bosan

”Pagi sampai sore ada saja warga yang memancing di sini. Kita biarkan asal tidak dijaring dan disetrum. Ini menjadi lokasi hiburan juga,” kata Saiful.

Selama turun ke sungai, warga dibekali dengan kaus tangan dan sepatu karet untuk memudahkan pekerjaan. Setiap pekerja mendapat upah Rp 75 ribu sehari.

”Mereka ikut padat karya mulai pagi sampai siang, jadi masih bisa melanjutkan pekerjaan lainnya,” tandas Saiful. (fre/aif/c1)