Sudah bukan rahasia lagi, di Kabupaten Banyuwangi ini setiap ada hajatan besar, hujan seperti bisa diatur. Termasuk saat kedatangan Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Maron, Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng pada Rabu (27/12).
SEPEKAN terakhir, wilayah Banyuwangi selatan khususnya di Kecamatan Genteng diguyur hujan deras. Hampir setiap sore, terlihat awan tebal. Tidak lama turun hujan deras. Tapi, itu berubah sejak sehari sebelum kedatangan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) ke RTH Maron, Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng. Sore yang biasanya hujan, hanya berawan.
Kondisi itu bertahan hingga keesokan harinya, Rabu (27/12). Atau saat Presiden Jokowi hadir di RTH Maron, Desa Genteng Kulon. Seharian cuaca cukup panas. Dan hujan baru turun pada sore hari, setelah rombongan RI 1 meninggalkan Banyuwangi. “Saya kembali dipercaya mengatur mendung agar tidak turun hujan,” ujar KRT Ilham Triadi Nagoro, pawang hujan yang juga Kurator Pusaka di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi.
Baca Juga: Presiden Jokowi Akan Temui Penerima Tora di RTH Maron, Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng
Sejak Selasa, Ilham sudah terlihat mondar-mandir dan berkeliling di seputaran RTH Maron, Desa Genteng Kulon sambil membawa sebilah keris dan dupa. Mulutnya tampak komat-kamit seperti sedang merapal mantra untuk memohon hujan ditunda. “Saya dihubungi panitia karena hujan deras, padahal ada persiapan yang harus dilakukan,” ungkapnya.
Pria yang tinggal di Kelurahan Kertosari, Kecamatan Banyuwangi itu menyebut, ini kali keduanya diminta untuk menunda hujan saat kedatangan rombongan RI 1 ke Banyuwangi. “Sebelumnya, saya diminta saat peringatan 1 Abad NU di Stadion Diponegoro Banyuwangi,” terangnya.
Selain untuk memperlancar kedatangan rombongan RI 1, jasa Ilham juga sudah sering dipakai oleh beberapa orang dan komunitas. “Mulai dari hajatan seperti pernikahan, shooting pembuatan film di Banyuwangi selama 21 hari pada 2019, dan event Banyuwangi Etno Carnival (BEC),” katanya.
Baca Juga: Pelaku Penista Agama yang Sempat Menghebohkan Warga Akhirnya membuat Permohonan Maaf dan Dibina di Pondok Pesantren
Banyak masyarakat yang masih percaya dengan jasa pawang hujan. Itu karena selama ritual berlangsung, ia tidak pernah meminta hal yang aneh. “Tidak pernah minta sesaji yang rumit. Yang terpenting, saya dikasih ruang untuk ritual sambil memantau pergerakan awan,” ujarnya.
Kolektor benda-benda pusaka itu menyampaikan, untuk menunda hujan, ia memiliki keris yang spesial. Sambil memegang keris, ia memohon agar hujan tidak turun untuk sementara waktu. “Saya ini sebenarnya hanya berharap. Pikiran dan ucapan atau doa-doa saya ini diselaraskan agar ada resonansi yang menggerakkan semesta, sehingga tidak turun hujan,” ujarnya.(abi)
Sumber: Jawa Pos Radar Genteng