Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Dulu Bau Pipis Kuda, Kini Minimal 50 Pengunjung Sehari

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

MAKIN banyak saja tetenger Kota Penyu. Setiap taman (ruang terbuka hijau) di Bumi Blambangan selalu ada tetenger. Yang terbaru adalah tetenger warna-warni Kalilo Banyuwangi di Jalan Kapten Ilyas. Dulu, kawasan itu tidak banyak dilirik warga. Kalau pun terpaksa harus jalan kaki lewat sana, warga biasanya harus mempercepat jalan kaki.

Mereka melainkan jalan kaki untuk menghindari bau pesing. Kawasan “Jembatan Suasana” di Jalan Kapten Ilyas itu memang dikenal sebagai lokasi parkir dokar. Area parkir dokar itu sudah berlangsung selama puluhan tahun. Aroma amoniak pun sangat keras terasa menyengat hidung. Karena setiap parkir, selalu ada saja kuda yang pipis sembarangan.

Meski sudah disiram, saat kering nantinya bekas pipis itu tetap mengeluarkan aroma amoniak yang khas.  Tapi itu dulu. Sudah lama berlalu. Kini, dokar sudah tidak terlihat lagi di sana. Populasinya sudah menyusut dari tahun ke tahun. Banyak pula penarik dokar yang alih profesi menjadi ojek kuda di pantai-pantai wisata.

Sisa dokar yang hanya segelintir pun sudah berubah jadi dokar wisata. Lantas, lokasi parkir kuda itu kini menjadi ramai. Banyak kendaraan roda dua yang parkir. Pemiliknya adalah muda-mudi yang ingin berfoto ria di tetenger baru, landscape warna-warni Kallio Banyuwangi.

Tetenger ini sebenarnya hanya merombak sedikit sisi selatan “Jembaran Suasana”. Pengunjung diberi semacam sky walker untuk lokasi berfoto. Latar belakangnya adalah aliran sungai Kalilo dan plengsengan warna-warni. Rumah-rumah warga di atas plengsengan juga penuh warna.

Dari pondasi, tembok, pintu, jendela, atap, hingga gentingnya pun penuh wama.  Sejak saat itu, pamor Kallio kian menanjak menjadi objek tujuan “wisata foto”. jumlah pengunjung semakin hari semakin tinggi. Landscape Letter bertuliskan KaliLo Banyuwangi menjadi spot yang diserbu oleh para wisatawan.

Selama masa libur tahun baru 2017 lalu, puluhan remaja datang ke lokasi itu untuk mengambil gambar dengan background tulisan dan kawasan sungai dengan bangunan berwarna-warni. Sampai sore hari, warga masih terlihat berdatangan untuk berswafoto maupun sekadar mengambil gambar.

Saking banyaknya pengunjung, tukang parkir yang ada di sekitar jembatan itu sampai harus menghalau beberapa mobil yang parkir di pinggir jembatan. Banyaknya pengguna mobil yang ingin mengambil landscape Kallio Banyuwangi itu sempat membuat jalan di atas jembatan itu full kendaraan.

Bayu, 22, seorang penjaga parkir di dekat jembatan itu mengatakan, pengunjung paling suka datang pada sore hari. Jumlah pengunjung menurutnya terus meningkat dalam satu minggu terakhir. Dia bersama beberapa temannya pun ikut membantu mengatur parkir sambil mengais rezeki. jika di hari biasa, pemuda itu mengatakan bahwa pengunjung yang datang sekitar 20 sampai 30 orang, tapi sejak pekan lalu, jumlah pengunjung rata-rata 50 orang per hari.

“Saya hanya menghitung kendaraan. Ada kalau 30 unit sepeda motor setiap sore. Lumayan sulit kalau mobil ikut parkir di sini,” ujarnya.  Sementara itu, perubahan tatanan lingkungan itu juga membawa berkah bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM).

Tetenger Kalilo itu juga menjadi sumber pendapatan bagi warga sekitar. Ramainya pengunjung memburu beberapa pedagang kaki lima merapat di sekitar lokasi. Bagas Romadhon, 18, mengatakan, dirinya senang punya penghasilan dari tugas menjaga parkir. Kegiatan menjaga dan mengatur parkir sudah dilakukan sejak sebulan lalu.

“Setiap hari saya jaga parkir di sini. Lumayan buat nambah pendapatan. Saya kerja ndak sendirian tapi bertiga. Biasanya kalau ramai bisa dapat Rp 45 ribu sampai Rp 50 ribu per hari,” jelasnya.  Hamim, 38, juga bertugas mengatur parkir di sekitar jembatan. Sejak adanya spot foto cantik itu, kata dia, beberapa anak muda yang dulunya menganggur kini menjadi punya pekerjaan.

“Lebih baik mereka seperti itu daripada sibuk dengan hal-hal yang negatif. Saya baru seminggu ngatur parkir di sini. Semua tukang parkir yang kerja di sini sudah dapat izin dari lurah,” ungkapnya. Sementara itu, Cucuk Supiyah, pemilik kios mini pukis mengatakan, kue jualannya lebih banyak laku jika berjualan di tempat tersebut.

“Dulu saya jualan pukis di depan toko Jamu Jago. Penghasilan ketika berjualan di sana jauh lebih kecil daripada sekarang. Alhamdulillah ada peningkatan rezeki di sini. Biasanya sehari bisa dapat Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu,” jelasnya.

Selain pedagang kaki lima yang merasakan peningkatan omzet, pelaku usaha menengah pun terkena imbasnya. Jumari, pemilik toko yang menjual topi, poster, dan kalender juga menyambut baik tetenger baru itu. Jumari mengatakan, pendapatannya bertambah sejak banyak warga yang berkunjung ke jembatan. Suasana yang kini lebih dikenal sebagai jembaran Kallio.

“Biasanya sepi, ndak terlalu banyak yang datang. Sejak ada tulisan (Kalilo Banyuwangi) itu, pemah sehari dagangan saya laku sampai Rp 600 ribu,” katanya.  Hal positif juga dirasakan Andi, pemilik gerobak kue sempol. Andi mengatakan, tulisan Kallio Banyuwangi tersebut sudah jadi dan jadi spot foto yang dikenal. Semakin banyak yang datang ke sana, semakin banyak pula yang mampir ke gerobak kue sempol.

“Sehari saya sampai jual 600 tusuk kue sempol,” tukasnya. (radar)

Kata kunci yang digunakan :