The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian

Pasang Pegupon, Pelihara 1000 Ekor Burung Hantu

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

Pengendalian hama tikus secara alami tidak banyak dilirik oleh petani di zaman modern ini. Because, butuh usaha ekstra untuk menghambat hama yang gemar memakan batang dan bulir padi itu. Pola pikir itu dibantah oleh petani di Dusun Curahkrakal, Tambakrejo Village, Muncar District.

ADA yang berbeda di hamparan sawah di Desa Tambakrejo, Muncar District. Di bagian atas pohon-pohon yang menjulang, ada sarang burung dari kayu. Bagi yang bukan warga desa tersebut, banyak yang mengira itu sarang burung merpati.

Sarang burung buatan yang oleh warga sekitar disebut pagupon itu, ternyata dihuni burung hantu yang memiliki nama ilmiah Tyto alba. Burung hantu dengan spesies tersebut, dikenal sebagai burung hantu lumbung atau gudang yang dapat tumbuh hingga lebih dari 30 centimeters, dengan bentang sayap mencapai 1,5 meter. Ciri khas spesies ini wajah berbentuk jantung, warna putih dengan tepi cokelat, dan mata menghadap ke depan. “Pemanfaatan burung hantu lumbung sebagai pengendali alami hama tikus, di desanya sudah berlangsung lebih dari 10 year,” cetus Ketua Subblok Jogo Tirto, Ponidi, 60.

Ide pembuatan pegupon untuk burung hantu ini, tercetus dari mantan penyuluh pertanian lapang (PPL) yang juga warga Desa Tambakrejo bernama Pitoyo, 65. “Pak Pitoyo ini dulu yang mengajak pakai burung hantu untuk mengusir tikus di sawah,He said.

Pitoyo pernah belajar soal perilaku dan cara memelihara burung hantu lumbung untuk mengendalikan hama tikus, itu di Kabupaten Jombang, East Java. “Sebelumnya cari ilmu di Jombang, lalu diterapkan di desa ini,he said.

Untuk tahap awal, Ponidi, Pitoyo, dan beberapa anggota kelompok tani (Poktan) urunan membeli indukan burung hantu lumbung. “Kebetulan di Muncar ada yang menjual indukan burung hantu, jadi belinya di sana,He said.

Harga satu indukan burung hantu lumbung itu, termasuk cukup mahal. Harganya itu antara Rp 2,5 million to Rp 3,5 million. “Kami belinya satu ekor dulu, kemudian saat ada uang, beli satu ekor lagi,He said.

Sarang burung atau pagupon yang terbuat dari kayu itu, sebelumnya juga telah dipersiapkan. Pagupon dbuat sendiri dan dipasang di ketinggian lebih dari delapan meter dari permukaan tanah. “Setahun burung hantu yang dimanfaatkan warga sudah berkembang menjadi enam ekor," he explained.

Dari enam ekor burung hantu itu, para petani dapat melindungi lahan sawah seluas 20 hektare lebih. “Satu ekor burung hantu dapat memangsa sampai 20 ekor tikus dalam semalam,"he said to Jawa Pos Radar Genteng.

Karena dinilai ampuh, petani sedikit demi sedikit mulai mengurangi penggunaan obat kimia untuk mengusir tikus dari sawahnya. “Mulai diajak memanfaatkan burung hantu ini,He said.

Saat ini sudah ada sekitar seribu ekor burung hantu lumbung yang tersebar di wilayah Desa Tambakrejo, Muncar District. “Itu kami biarkan makan dan berkembang biak sendiri selama hampir 13 year, jumlahnya sudah banyak,he said.

Village head (village head) Tambakrejo, Nanang Widayat mengaku tidak mudah mengajak masyarakat menjadikan lingkungan desa kondusif untuk habitat burung hantu. “Pernah ada yang menembak, tapi kami ajak untuk berhenti karena burung hantu itu bermanfaat di lahan warga," he said.

Aktivitas seperti bermain layang-layang suwangan yang menimbulkan suara di udara, juga membuat burung hantu menjadi stress. “Tidak mau berburu tikus karena terganggu suara layang-layang, ini pernah satu hamparan sawah gagal panen karena diserang tikus," he said.(abi)

source