Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Gempa Hancurkan Rumah dan Musala

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

musala-al-hadi-di-dusun-patoman-timur-rt-2-rw-3-desa-patoman-kecamatan-rogojampi

Trauma Tsunami, Warga Pancer  Lari ke Gunung

ROGOJAMPI- Getaran gempa dengan kekuatan 6,2 SR membuat panik warga Banyuwangi Rabu malam kemarin (15/11). Meski pusat gempa berada di tenggara Kabupaten Malang, efek guncangan begitu sangat terasa di Bumi Blambangan.

Tercatat, kekuatan gempa yang terjadi mencapai angka 6.2 skala richter (SR). Gempa tersebut mengguncang wilayah Banyuwangi kurang-lebih selama 42 detik sejak pukul 22.11. Karena kekuatan cukup besar, gempa juga sempat menimbulkan kerusakan di beberapa titik.

Dilaporkan, gempa bumi pada malam hari itu menyebabkan bangunan musala dan rumah milik warga di wilayah Kecamatan Rogojampi ambruk. Musala yang rusak berat karena diguncang gempa pada pukul 22.10 itu adalah Musala Al-Hadi di Dusun Patoman Timur, RT 2. RW 3, Desa Patoman, Kecamatan Rogojampi.

Rumah yang ambruk milik Mulyon, 51, warga Dusun Pendarungan, RT 1. RW3, Desa Karangrejo, Kecamatan Rogojampi. “Getaran gempa sangat keras,” cetus Mulyono, pemilik rumah yang ambruk. Saat ada gempa itu Mulyono beserta keluarga sudah beristirahat.

Guncangan yang kuat akibat gempa itu membuat keluarganya kebingungan. Kedua mertuanya yang sudah berusia lanjut langsung dievakuasi. “Bapak dan ibu mertuanya kami bopong ke luar rumah,” katanya. Mulyono mengaku tidak tahu bangunan rumahnya rusak.

Setelah dianggap aman, dia memeriksa seluruh bangunan rumah menggunakan lampu senter. Saat itu diketahui kayu blandar sudah lepas dan menggantung. Selain itu. dinding kamar yang ditempati orang tuanya dan bersebelahan dengan kamar mandi sudah miring.

“Karena tidak aman, ibu mertua kita ungsikan ke rumah tetangga,” katanya.  Semua barang yang berada di dapur, kamar, dan kamar mandi, dipindah ke tempat yang dianggap aman. “Setelah gempa itu perasaan tidak bisa tenang. Saya memilih tidur di luar rumah, sepertinya di rumah sudah tidak aman, terangnya.

Kekhawatiran Molyono terbukti, pada Kanis pukul 01.00 kayu blandar yang putus dan menggantung itu ambruk karena tidak kuat menyangga genting. Semua kayu dan atap juga ambruk. Sebagian dinding rumahnya roboh dan menghantam dapur rumah yang berada di belakang bangunan yang ambruk itu.

“Dapur rumah semi permanen, jadi terkena reruntuhan bangunan langsung ambruk ujarnya. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu. Saat bangunan itu ambruk, Suwarman, ayah mertua Mulyono, baru keluar dari kamar mandi.

“Saat mertua kembali ke ruang tamu, bangunan itu ambruk,” ungkapnya sambil geleng-geleng kepala. Kabar rumah ambruk itu dalam waktu cepat tersiar ke seluruh kampung. Pagi harinya, seluruh perangkat desa datang untuk meninjau kondisi murah korban yang ambruk tersebut. Pagi itu juga warga sekitar gotong-royong membersihkan puing-puing bangunan rumah.

“Kalau taksiran kerugian ya sekitar Rp 10 juta, sebut Mulyono. Selain di Kecamatan Rogojampi, kerusakan juga melanda Kecamatan Siliragung. Genting kantor Kecamatan Siliragung dilaporkan berjatuhan saat gempa melanda. “Selain karena gempa, kerusakan yang terjadi di dua kecamatan itu juga disebabkan konstruksi bangunan sudah tua,” terang Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi, Kusiyadi, melalui Kabid Kedaruratan dan logistik, Eka Muharam S.

Tidak hanya menimbulkan kerusakan, Karena gempa terjadi cakup lama, guncangan ini juga membuat warga Banyuwangi panik. Apalagi warga yang berada di Desa Pancer, Kecamatan Pesanggaran. Karena trauma tragedi tsunami di tahun 1994 lalu, warga pesisir Desa Pancer dilaporkan banyak yang berbondong-bondong lari ke gunung untuk menghindari terjadinya tsunami.

Mereka memilih menuju ke tempat yang lebih tinggi, pasca gempa pukul 22.11 kemarin malam terjadi. Eka Muharam menjelaskan, selain karena trauma adanya tsunami setelah gempa ternyata warga Desa Pancer yang berbondong-bondong menuju tempat yang lebih tinggi ini diindikasi menerima informasi palsu di media sosial (medsos).

Ditentukan bahwa ada sebuah foto di medsos yang menyebutkan bahwa setelah gempa pukul 22.11 akan terjadi gempa lagi yang pusatnya di perairan Kecamatan Pasangan. “Foto hoax itu dengan cepat menyebar di medsos dan dipercaya warga hingga akhirnya mereka panik. Padahal gempa yang terjadi tidak berpotensi tsunami.” jelasnya.

Meski begitu pihaknya tetap menganggap hal itu merupakan hal yang wajar karena trauma tsunami beberapa tahun silam. Namun, pihaknya mengimbau kepada agar tidak terlalu percaya begitu saja dengan informasi palsu yang disebarluaskan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Diharapkan masyarakat tetap menunggu infomasi resmi dari pihak pemerintah.

“Jangan mudah percaya dengan infomasi yang belum falid. Kebanyakan informasi palsu itu malah dilebih-lebihkan dari kenyataan. Alhamdulillah, akibat gempa ini, di Banyuwangi tidak ada korban jiwa,” imbuhnya. Sekadar diketahui, gempa bumi berkekuatan 6.2 SR berpusat di tenggara Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Gempa terjadi pada pukul 22:10:11. Rabu (16/11), kemarin. Situs resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) menyebutkan, lokasi episentrum gempa berada pada koordinat 9.32 LS. l 13.12 Bujur Timur atau 127 kilometer arah tenggara Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Gempa yang terjadi di kedalaman 69 kilometer itu dirasakan hingga Pulau Bali. “Penyebab gempa karena lempeng IndoAustralia menyusup ke bawah lempeng Eropa-Asia. Adanya pergerakan lempeng itu yang membuat gempa terjadi,” pungkasnya. (radar)