Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Guru Kontrak BWI Mengajar Belum Jelas

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Ilustrasi Guru Kontrak

TEGALSARI – Para tenaga guru honor yang terjaring dalam program Banyuwangi Mengajar sejak 2014, kini mulai kebingungan. Sebab, masa kontrak sudah habis dan belum ada kepastian untuk perpanjangan.

Salah satu guru honor, Fatmawati Nadiroh, 28, asal Dusun Sumbergayam, Desa Dasri, Kecamatan Tegalsari, yang sebelumnya membantu mengajar di daerah Mbaung (hutan) tepatnya di SDN 8 Barurejo, Kecamatan Siliragung. mengatakan sejak habis masa kontraknya di tahun ajaran baru 2017/2018 ini belum tahu akan mengajar di mana.

“Saya belum tahu akan kemana,” katanya. Fatmawati mengaku sebenarnya ingin melanjutkan mengajar SD di daerah Mbaung itu. Tapi, itu sulit dilakukan karena dukungan finansial yang kurang mencukupi.

“Kalau mengandalkan dari sekolah, jelas tidak cukup,” ujarnya. Pihak sekolah, terang dia, sebenarnya sudah menyambut baik keinginan Fatmawati untuk tetap mengajar. Hanya saja, sekolah keberatan jika harus memberikan honor seperti yang diterima dari Banyuwangi Mengajar.

“Saya tahu sekolah tidak ada dana,” cetusnya. Fatmawati menyebut melalui program Banyuwangi Mengajar itu bersama sembilan guru lainnya menerima honor hampir Rp 2 juta sebulan. Jika dihitung dengan jarak dan kondisi medan menuju sekolah, nilai uang itu dirasa cukup.

“Sebulan sepeda itu kadang rusak tiga kali, biaya operasional tinggi,” katanya. Dalam mengajar itu, terang dia, yang diprioritaskan itu sebenarnya bukan pada nilai honor. Hanya saja, biaya untuk operasional dalam bertugas bisa tercukupi.

Seandainya bisa diterima di sekolah yang lebih dekat dengan rumahnya, tentu tidak harus digaji seperti saat di Mbaung bisa dimaklumi. “Saya inginnya mengajar lagi,” terangnya. Kepala SDN 8 Mbaung, Desa Barurejo, Kecamatan Siliragung, Sugiyono, keberadaan guru bantu melalui program Banyuwangi Mengajar, sangat membantu sekolahnya.

“Sangat membantu dan dibutuhkan,” ungkapnya. Untuk memaksimalkan proses belajar dan mengajar di sekolah, dia berharap keberadaan guru dari Banyuwangi Mengajar itu bisa diteruskan. Sebab, kika sekolah harus mendanai untuk honor sangat tidak mungkin.

Dengan jumlah siswa sekitar 50 anak dan tenaga pendidik berjumlah lima orang PNS dan empat guru honorer, sekolah hanya mampu memberikan honor sekitar Rp 200 ribu sebulan. “Sekolah mampu memberi honor maksimal Rp 200 ribu sebulan,” cetusnya.(radar)