Radarbanyuwangi.id – Harga kebutuhan pokok terus ada yang naik. Kini, harga beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) naik. Malahan, kenaikan itu sudah terjadi sejak awal Mei 2024..
Salah satu pedagang toko sembako di Pasar Induk Genteng 1, Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng, Miswati, 54, mengatakan harga beras SPHP naik sejak awal Mei.
Bila sebelumnya harga eceran tertinggi (HET) beras SPHP Rp 54.500 per lima kilogram, kini menjadi Rp 62.500 per lima kilogram. “Sekarang semua naik, beras SPHP juga naik dari Bulog,” katanya.
Kenaikan harga beras SPHP per lima kilogram itu, terang dia, mencapai Rp 8.000. Sebelumnya, harga beras SPHP Rp 10.900 per kilogram dan kini menjadi Rp 12.500 per kilogram. “Harganya naik cukup tinggi per kilogramnya, selisih harga beras SPHP Rp 1.600 per kilogram,” ujarnya.
Kenaikan harga beras itu, masih kata dia, berdampak terhadap para pedagang. Barang yang dibeli berkurang, karena harganya berubah. “Kita menjual masih pakai harga lama,” kata Miswati.
Sebelumnya, Miswati mengaku membeli beras sekitar 50 sak hingga 100 sak beras SPHP. Setelah ada kenaikan harga ini, hanya mengambil barang lebih sedikit dibanding sebelumnya, yakni sekitar 15 sak hingga 20 sak beras SPHP.
“Saya tidak mau mengambil barang banyak sekarang, karena modal kurang dan pembelian tidak sebanyak dulu,” ungkap Miswati.
Secara umum pembelian beras di tokonya mengalami penurunan. Tidak hanya karena ada kenaikan beras SPHP, tetapi masa panen raya menjadi faktor pembelian beras menurun. “Stok beras masyarakat masih banyak,” katanya.
Staf Pasar Induk Genteng 1, Arif Kurniawan mengatakan, perubahan HET beras SPHP tertuang pada Surat Badan Pangan Nasional Nomor: 142/TS.02.02/K/4/2024 tertanggal 29 April 2024. “Sesuai dengan surat yang diterbitkan, HET beras SPHP saat ini Rp 12.500 per kilogram,” cetusnya.
Kenaikan HET beras SPHP itu, jelas dia, terjadi sejak 1 Mei 2024. Harga beras SPHP di gudang Bulog Rp 11 ribu per kilogram, sedangkan HET beras SPHP di tingkat konsumen Rp 12.500.
“Kenaikan harga beras jelas berpengaruh, karena modal juga bertambah. Tetapi itu sudah instruksi dari Bulog untuk pedagang, yang penting pedagang masih masih bisa menjual,” tandasnya.(rei/abi)
