BANYUWANGI – Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) Kementerian Keuangan mengajak 33 pejabat perencanaan dan keuangan dari sebelas daerah se-Indonesia untuk melihat pengelolaan keuangan di Kabupaten Banyuwangi. Daerah-daerah tersebut membangun kolaborasi dengan Banyuwangi.
Sebelas daerah tersebut berasal dari sembilan kabupaten, satu kota, dan satu provinsi. Yakni Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh, Agam Provinsi Sumatera Barat, Lampung Tengah Provinsi Lampung, Nias Selatan Provinsi Sumatera Utara, Pangandaran Provinsi Jawa Barat, Rokanhilir Provinsi Riau, Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah, Sabu Raijua Provinsi Nusa Tenggara Timur, serta Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selain juga, Kota Payakumbuh Provinsi Sumatera Barat, dan Provinsi Bangka Belitung.
“Kami membawa daerah-daerah ke Banyuwangi melihat pengelolaan keuangan. Mulai aspek pendapatan, perencanaan, penganggaran, hingga optimalisasi program. Termasuk aplikasi-aplikasi yang sudah sangat advance seperti e-planning, e-village budgeting, e-monitoring system,” kata Dr Sugiarto dari DJPK Kemenkeu yang juga ketua rombongan ini.
Menurut Sugiarto, pengelolaan keuangan di Banyuwangi telah terintegrasi dengan baik dalam sebuah sistem informasi perencanaan keuangan daerah.
“Sistem ini bisa mengontrol perencanaan program kegiatan hingga pelaksanaannya, sehingga pengelolaan keuangannya sangat transparan,” kata Sugiarto.
Selain belajar tentang pengelolaan keuangan, lanjut dia, mereka diajak belajar tentang inovasi pelayanan publik yang ada di Banyuwangi. Khususnya, tentang inovasi pengembangan potensi ekonomi daerah.
“Banyuwangi ini bagi kami contoh yang baik bagaimana daerah mengembangkan daerahnya. Semua program pembangunannya sangat terukur, inovasi yang dilakukan juga fokus pada target kinerja sehingga membawa hasil pada kinerja pembangunannya. Makanya kami pilih Banyuwangi supaya 11 daerah ini bisa membuat perubahan positif di wilayahnya usai dari sini,” ujar Sugiarto.
Rombongan tersebut berada di Banyuwangi selama dua hari. Mereka mengunjungi pusat infomasi pemerintahan yang berada di Lounge Pelayanan Publik, Mall Pelayanan Publik pertama di Indonesia yang dikembangkan pemerintah kabupaten, dan sejumlah desa yang bertransformasi menjadi Smart Kampung.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas berterima kasih atas kesempatan yang diberikan ke daerahnya untuk berbagi pengalaman mengelola keuangan. “Inilah bentuk kolaborasi antar daerah bersama Kemenkeu,” ujarnya.
Dia menjelaskan, upaya mendorong pengelolaan keuangan yang terintegrasi juga dilakukan di tingkat pemerintahan desa lewat program e-village budgeting dan e-monitoring system.
“Karena kami percaya ke depan desa adalah ujung tombak pelayanan pemerintahan, maka pengelolaan keuangan di desa juga harus dilakukan dengan baik, juga terukur,” katanya.