Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Kisah Agus Hermanto, Guru Honorer Banyuwangi yang Jemput Murid dari Rumah demi Pendidikan di Pelosok

kisah-agus-hermanto,-guru-honorer-banyuwangi-yang-jemput-murid-dari-rumah-demi-pendidikan-di-pelosok
Kisah Agus Hermanto, Guru Honorer Banyuwangi yang Jemput Murid dari Rumah demi Pendidikan di Pelosok
Banyuwangi Selasa, 06 Mei 2025 20:30 WIB

Di tengah keterbatasan dan medan yang berat, Agus Hermanto, seorang guru honorer di Banyuwangi, menjadi sosok inspiratif karena dedikasinya terhadap pendidikan anak-anak di daerah terpencil. Pria berusia 36 tahun ini rela menjemput murid dari rumah ke rumah demi memastikan tak ada anak di desanya yang putus sekolah.

Agus mengajar di SMP 3 Satu Atap Wongsorejo, yang terletak di Dusun Pringgondani, Desa Watukebo, Kecamatan Wongsorejo, sebuah wilayah yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan. Sejak tahun 2009, ia konsisten mengabdi meski hanya berstatus guru honorer di daerah pelosok.

Ketulusan Guru Honorer Banyuwangi Dapat Apresiasi Bupati Ipuk

Dedikasi Agus Hermanto tidak luput dari perhatian Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, yang menyebut Agus sebagai potret ketulusan seorang guru yang layak dijadikan teladan.

“Masih muda, tapi pengabdiannya luar biasa. Di saat banyak orang seusianya mencari kenyamanan kerja, dia justru memilih tetap bertahan di daerah terpencil,” kata Bupati Ipuk saat mengunjungi rumah Agus, Senin, 5 Mei 2025.

Setiap hari, Agus menempuh jalan berbatu dan menanjak dengan sepeda motor, demi satu misi: memastikan anak-anak di desa tetap bersekolah, meski terkendala biaya maupun akses geografis.

Baca Juga

Menyalakan Harapan Anak Pelosok Lewat Pendidikan

Menurut Bupati Ipuk, perjuangan Agus bukan hanya soal mengajar, tapi soal menyalakan harapan dan menjaga mimpi anak-anak pelosok. Pemerintah Banyuwangi pun berkomitmen memperluas program pendidikan untuk anak putus sekolah, seperti Garda Ampuh (Gerakan Daerah Angkat Anak Muda Putus Sekolah).

“Kami sangat mengapresiasi dedikasi Mas Agus. Ceritanya menjadi bahan bakar semangat kami untuk lebih giat menjalankan program pengentasan anak putus sekolah,” tambahnya.

Menjadi Guru, Motivator, dan Penggerak dari Desa

Agus menyadari bahwa menjadi guru di pelosok bukan sekadar soal akademik. Ia menjadi motivator, pembimbing, dan penggerak semangat anak-anak desa.

“Pagi-pagi sebelum mengajar, saya ajak dialog dulu. Tanya kabar mereka, semangatnya, dan apa ada kendala. Baru kemudian saya mulai pelajaran,” ungkap Agus.

Tak jarang, saat siswa tidak hadir saat ujian, Agus menyusul ke rumah, membangunkan, menunggu mereka mandi, dan membonceng ke sekolah. Semua dilakukan dengan satu tujuan: anak-anak tidak putus sekolah hanya karena alasan sederhana.

Dari Pelosok Banyuwangi, Asa Pendidikan Tak Pernah Padam

Meski bekerja di wilayah yang jauh dari pusat kota, Agus tak pernah lelah memotivasi anak-anak agar percaya diri dan tidak merasa tertinggal oleh dunia luar.

“Ngajar di pelosok itu capek. Tapi begitu lihat semangat anak-anak belajar, hati ini rasanya hangat. Capeknya hilang,” kisahnya.

Agus pun selalu menanamkan nilai bahwa asal dari desa bukan alasan untuk menyerah pada mimpi. Dari tempat terpencil sekalipun, harapan untuk masa depan yang lebih baik tetap bisa menyala.

Like