Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Menelusuri Kembali Fasilitas Hydrant

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

SANGAT wajar apabila kalangan wakil rakyat yang duduk  di DPRD Banyuwangi bereaksi cukup keras, atas kejadian kebakaran toko Sahabat yang ada di ujung barat kompleks Pasar Banyuwangi. Karena seandainya kejadian itu tidak direaksi dengan cepat dan tepat, bukan mustahil api akan merembet melalap kawasan Pasar Banyuwangi.

Beruntung, kawasan Pasar Banyuwangi masih aman. Meski harus bekerja keras dengan bolak-balik mengambil air sungai, api berhasil dilokalisir di satu toko yang terbakar. Api tak merembet ke mana-mana. Upaya mencegah api melebar itulah yang layak diacungi jempol.

Namun dari peristiwa itu, ada banyak hal harus segera kita perbaiki bersama. Salah satunya adalah fasilitas hydrant, terutama di kawasan penting seperti Pasar Banyuwangi dan sekitarnya. Selain itu, kawasan permukiman padat penduduk juga perlu memiliki sarana hydrant semacam itu.

Hydrant adalah sistem pemadam api yang menggunakan media air. Sistemnya tidak berbeda dengan sistem pompa air yang ada di rumah, dimana terdiri atas tempat penyimpanan air (reservoir), sistem distribusi, dan sistem pompa hydrant.

Kalau kita melihat ke belakang, sarana titik-titik distribusi hydrant sudah ada di beberapa sudut Kota Gandrung. Bahkan tak jauh dari lokasi kebakaran di toko Sahabat, dulu pernah ada pipa hydrant.

Satu pipa tersebut kondisinya kini tertimbun pulau jalan di depan Masjid Agung Baiturrahman (MAB). Setelah dibongkar, ternyata fasilitas hydrant tersebut sudah tidak berfungsi. Satu lagi fasilitas pipa hydrant dulu pernah ada di dekat lampu merah barat toko Sahabat. Tapi kini, pipa yang mungkin peninggalan Belanda tersebut sudah tak terlihat lagi bekasnya.

Berkaca dari kejadian tersebut, sudah sepantasnya kita kembalikan lagi keberadaan pipa hydrant itu di beberapa lokasi strategis yang rawan kebakaran. Tidak ada salahnya kita gali dan telusuri kembali jalur pipa air tersebut.

Memang, untuk menghidupkan kembali sistem air tersebut akan menguras banyak biaya, tenaga, serta pikiran kita semua. Namun mengingat pentingnya fungsi sarana tersebut, tidak ada alasan untuk menunda melakukannya. Ke depan, bila semua sarana itu sudah berfungsi normal, adalah kewajiban kita bersama untuk memeliharanya dari kerusakan. Membangun atau membuat itu memang sulit, tapi memelihara sarana yang sudah ada itu ternyata jauh lebih sulit. (radar)