Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Muara Boom Menyempit Lagi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

muaraBANYUWANGI – Untuk yang kesekian kali, para nelayan yang mangkal di sekitar Pantai Boom kembali resah oleh tumpukan pasir di muara pelabuhan rakyat tersebut. Kegalauan senada juga dirasakan para nakhoda kapal barang dengan jurusan Banyuwangi – kepulauan Madura. Para nelayan dan nakhoda kapal tidak bisa leluasa untuk masuk dan keluar pelabuhan selama sebulan terakhir. Untuk bisa melintasi muara pintu masuk pelabuhan tersebut, mereka harus menunggu hingga kondisi air laut pasang naik.

“Sudah tertutup dengan tumpukan pasir, pintu masuk yang bisa dilewati kapal hanya sekitar tujuh meter,” terang salah satu nelayan. Muara yang dibuat untuk pintu masuk Pelabuhan Boom, sudah lama menjadi masalah bagi perahu nelayan dan kapal barang. Meski sering dikeruk, tapi pasir yang berasal dari laut itu kembali menutup. “Untuk jalan, kami harus menunggu air laut pasang naik,” cetus seorang nakhoda kapal barang, Bayih, 38, kemarin (27/10).

Bayih yang mengaku sudah sepuluh tahun menjadi nakhoda kapal barang dengan jurusan Banyuwangi-Pulau Pangerungan Besar itu mengaku yang sering menjadi masalah dari perjalanan hanya di Pelabuhan Boom. “Kalau air laut sedang surut, kita tidak bisa masuk atau keluar,” katanya. Untuk saat ini, lanjut dia, air laut di sekitar Pelabuhan Boom ini akan surut mulai pukul 14.00 hingga pukul 22.00. Sehingga, agar kapal bisa melaju harus sudah meninggalkan Banyuwangi  selain waktu tersebut.

“Saya biasanya keluar dari pelabuhan Boom ini pukul 01.00, karena pada jam itu, permukaan air laut sedang tinggi,” jelasnya. Bayih menyebut, perjalanan dari Banyuwangi menuju Pulau Pengerungan Besar atau sebaliknya membutuhkan waktu 20 jam. Dengan perjalanan yang lama, terkadang tidak bisa masuk ke Pelabuhan Boom karena air laut surut. “Saya harus bersandar di luar dulu, setelah air laut pasang baru bisa masuk ke pelabuhan,” cetusnya.

Salah satu anak buah kapal (ABK) Nayih menyebut, tumpukan pasir hingga menutup muara pada Pelabuhan Boom ini cukup mengganggu distribusi barang. “Kami membawa ikan dan kelapa dari pulau Madura untuk dijual ke Banyuwangi, sering kali terlambat membongkar karena kapal tidak bisa masuk pelabuhan,” katanya. Gara-gara memburu waktu, Nayih menyebut para ABK dan nakhoda pernah turun ke laut untuk mengeruk muara di Pelabuhan Boom. Bila ini tidak dilakukan, maka kapal yang telah mengangkut barang tidak bisa keluar dari pelabuhan. “Dari pada tidak bisa jalan,” sebutnya.(radar)