sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Perayaan Natal di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Banyuwangi tahun ini tampil berbeda.
Dalam ibadah malam Natal yang dilaksanakan Rabu lalu (24/12), jemaat menggunakan lilin hias hasil daur ulang minyak jelantah.
Cahaya lilin kembali menyala di gereja dalam menyambut malam Natal di GKI Banyuwangi, Rabu (24/12).
Lilin-lilin yang digenggam para jemaat bukanlah lilin biasa, melainkan lilin hias hasil daur ulang minyak jelantah.
Lilin-lilin unik itu dibuat sendiri oleh jemaat GKI Banyuwangi. Minyak bekas memasak dikumpulkan dari rumah-rumah jemaat, lalu diolah bersama menjadi lilin hias yang layak digunakan dalam prosesi ibadah Natal. Sebuah upaya sederhana, namun sarat pesan.
Pendeta GKI Banyuwangi Petrus Bimo mengatakan, ide tersebut muncul dari keinginan menghadirkan makna Natal yang lebih mendalam.
Natal, menurutnya, tidak hanya soal perayaan meriah, tetapi juga refleksi dan tanggung jawab terhadap sesama serta lingkungan.
“Kami ingin melakukan hal yang berbeda. Biasanya gereja menggunakan lilin biasa, tetapi tahun ini kami memilih lilin dari bahan daur ulang minyak jelantah,” tuturnya.
Bimo menjelaskan, lilin daur ulang itu bukan sekadar hiasan ibadah. Proses pembuatannya melibatkan jemaat, sehingga menjadi bagian dari kebersamaan menjelang Natal.
Minyak jelantah yang dikumpulkan bersama kemudian diolah menjadi lilin yang menyala pada malam penuh makna itu.
“Daripada minyak jelantah dibuang dan mencemari lingkungan, kami kumpulkan dan jadikan lilin hias. Lilin ini digunakan dalam ibadah malam Natal dan juga kami bagikan kepada jemaat untuk dibawa pulang,” ujarnya.
Bagi jemaat, lilin tersebut menjadi pengingat bahwa Natal bukan hanya tentang terang yang menyala di altar gereja, tetapi juga tentang perubahan kecil yang bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain digunakan saat ibadah malam Natal, lilin daur ulang tersebut juga dibagikan kepada jemaat untuk dibawa pulang sebagai simbol pesan Natal.
Bimo berharap, perayaan Natal tidak hanya menjadi perayaan seremonial semata, tetapi juga membawa makna yang lebih dalam bagi jemaat.
Page 2
Page 3
sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Perayaan Natal di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Banyuwangi tahun ini tampil berbeda.
Dalam ibadah malam Natal yang dilaksanakan Rabu lalu (24/12), jemaat menggunakan lilin hias hasil daur ulang minyak jelantah.
Cahaya lilin kembali menyala di gereja dalam menyambut malam Natal di GKI Banyuwangi, Rabu (24/12).
Lilin-lilin yang digenggam para jemaat bukanlah lilin biasa, melainkan lilin hias hasil daur ulang minyak jelantah.
Lilin-lilin unik itu dibuat sendiri oleh jemaat GKI Banyuwangi. Minyak bekas memasak dikumpulkan dari rumah-rumah jemaat, lalu diolah bersama menjadi lilin hias yang layak digunakan dalam prosesi ibadah Natal. Sebuah upaya sederhana, namun sarat pesan.
Pendeta GKI Banyuwangi Petrus Bimo mengatakan, ide tersebut muncul dari keinginan menghadirkan makna Natal yang lebih mendalam.
Natal, menurutnya, tidak hanya soal perayaan meriah, tetapi juga refleksi dan tanggung jawab terhadap sesama serta lingkungan.
“Kami ingin melakukan hal yang berbeda. Biasanya gereja menggunakan lilin biasa, tetapi tahun ini kami memilih lilin dari bahan daur ulang minyak jelantah,” tuturnya.
Bimo menjelaskan, lilin daur ulang itu bukan sekadar hiasan ibadah. Proses pembuatannya melibatkan jemaat, sehingga menjadi bagian dari kebersamaan menjelang Natal.
Minyak jelantah yang dikumpulkan bersama kemudian diolah menjadi lilin yang menyala pada malam penuh makna itu.
“Daripada minyak jelantah dibuang dan mencemari lingkungan, kami kumpulkan dan jadikan lilin hias. Lilin ini digunakan dalam ibadah malam Natal dan juga kami bagikan kepada jemaat untuk dibawa pulang,” ujarnya.
Bagi jemaat, lilin tersebut menjadi pengingat bahwa Natal bukan hanya tentang terang yang menyala di altar gereja, tetapi juga tentang perubahan kecil yang bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain digunakan saat ibadah malam Natal, lilin daur ulang tersebut juga dibagikan kepada jemaat untuk dibawa pulang sebagai simbol pesan Natal.
Bimo berharap, perayaan Natal tidak hanya menjadi perayaan seremonial semata, tetapi juga membawa makna yang lebih dalam bagi jemaat.







