RadarBanyuwangi.id – Penyakit mulut dan kuku (PMK) yang kembali menyerang hewan ternak di beberapa daerah di Jawa Timur, termasuk di Banyuwangi, ternyata belum berdampak serius pada pedagang domba di Bumi Blambangan.
Para pedagang ternak yang juga berpotensi terserang PMK itu masih berjualan seperti hari normal.
Termasuk di Pasar Hewan Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng, Selasa (28/1). ”Khawatir ada, tapi sedikit. Soalnya sampai sekarang belum ada ternak kami yang terjangkit itu (PMK),” ujar Sunari, 54, pedagang ternak asal Desa Cantuk, Kecamatan Singojuruh.
Baca Juga: Sebaran Penyakit PMK Meluas, Harga Sapi di Banyuwangi Anjlok
Menurut Sunari, sejak merebaknya PMK belum ada domba milik pedagang di pasar yang memiliki tanda-tanda terjangkit penyakit tersebut.
”Kalau ada yang kena, pasti ada kasak-kusuknya. Pedagang itu juga tidak mungkin bawa ke pasar karena tidak akan laku,” ucapnya pada Jawa Pos Radar Genteng.
Meski belum berdampak, jumlah pedagang domba dan kambing di pasar hewan tetap mengalami penurunan. Sejumlah pedagang yang biasa datang dari luar kota, seperti Jember, absen sejak melonjaknya kasus PMK.
”Mungkin sudah banyak yang takut datang. Apalagi, di (pasar hewan) Glenmore ada penyekatan,” kata Koordinator Pasar Hewan Genteng Wetan Agus Cahyono.
Baca Juga: Kasus PMK Merebak di Wilayah Banyuwangi, Harga Daging Sapi Bertahan
Menurut Agus, rata-rata ada 150 ekor kambing atau domba yang dijual di Pasar Hewan Genteng Wetan setiap pasaran. Saat ini jumlahnya turun hingga 40 persen.
”Sekarang hanya pedagang dan pembeli dari wilayah Banyuwangi saja yang muncul,” kata dia.
Agus menyebut, selama ini belum ada agenda penyemprotan disinfektan yang dilakukan Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertapan) Banyuwangi.
”Selama ini belum ada agenda penyemprotan, tapi kalau ada, pedagang tentu akan senang, karena pencegahan,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Jatim IV Banyuwangi drh Risa Isna Fahziar membenarkan kambing atau domba justru memiliki kepekaan yang lebih rendah terhadap virus PMK dibanding sapi dan kerbau.
Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.
Page 2
Baca Juga: Cegah Penyakit Mulut dan Kuku alias PMK, Disinfeksi Kandang Bisa Pakai Sitrun
”Maka dari itu, selama ini yang paling banyak kasusnya kan sapi, sedangkan kambing atau domba, secara pribadi saya belum pernah lihat,” katanya.
Meski tidak sepeka pada sapi dan kerbau, Risa meminta peternak tetap waspada dan melakukan tindakan-tindakan pencegahan, seperti menjaga kebersihan kandang atau penyemprotan disinfektan. Menurutnya dengan kondisi itu justru bisa menjadi silent killer, yakni mati mendadak tanpa gejala dan ciri yang jelas.
”Infeksi pada kambing dan domba jarang menunjukkan gejala yang jelas seperti pada sapi, tetapi pada kondisi pasien yang lemah, tetap dapat menyebabkan kematian” tandasnya.
Baca Juga: Virus PMK Masih Merebak di Banyuwangi, Pasar Hewan Glenmore Sepi Hewan Ternak
Secara teoretis, imbuh Risa, hewan yang peka terhadap infeksi virus PMK itu adalah hewan berkuku genap atau belah, yaitu sapi, kerbau, kambing, domba, rusa. Hewan lain yang dapat terinfeksi babi, unta, dan beberapa jenis hewan liar seperti bison, antelope, menjangan, jerapah, dan gajah.
”Kambing dan domba tentu termasuk, bahkan pada skala penelitian dengan menggunakan hewan laboratorium yang diinfeksi secara buatan dengan virus PMK, penyakit ini dapat menular pada tikus, marmut, kelinci, hamster, hingga ayam,” terangnya. (sas/abi/c1)
Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.
Page 3
RadarBanyuwangi.id – Penyakit mulut dan kuku (PMK) yang kembali menyerang hewan ternak di beberapa daerah di Jawa Timur, termasuk di Banyuwangi, ternyata belum berdampak serius pada pedagang domba di Bumi Blambangan.
Para pedagang ternak yang juga berpotensi terserang PMK itu masih berjualan seperti hari normal.
Termasuk di Pasar Hewan Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng, Selasa (28/1). ”Khawatir ada, tapi sedikit. Soalnya sampai sekarang belum ada ternak kami yang terjangkit itu (PMK),” ujar Sunari, 54, pedagang ternak asal Desa Cantuk, Kecamatan Singojuruh.
Baca Juga: Sebaran Penyakit PMK Meluas, Harga Sapi di Banyuwangi Anjlok
Menurut Sunari, sejak merebaknya PMK belum ada domba milik pedagang di pasar yang memiliki tanda-tanda terjangkit penyakit tersebut.
”Kalau ada yang kena, pasti ada kasak-kusuknya. Pedagang itu juga tidak mungkin bawa ke pasar karena tidak akan laku,” ucapnya pada Jawa Pos Radar Genteng.
Meski belum berdampak, jumlah pedagang domba dan kambing di pasar hewan tetap mengalami penurunan. Sejumlah pedagang yang biasa datang dari luar kota, seperti Jember, absen sejak melonjaknya kasus PMK.
”Mungkin sudah banyak yang takut datang. Apalagi, di (pasar hewan) Glenmore ada penyekatan,” kata Koordinator Pasar Hewan Genteng Wetan Agus Cahyono.
Baca Juga: Kasus PMK Merebak di Wilayah Banyuwangi, Harga Daging Sapi Bertahan
Menurut Agus, rata-rata ada 150 ekor kambing atau domba yang dijual di Pasar Hewan Genteng Wetan setiap pasaran. Saat ini jumlahnya turun hingga 40 persen.
”Sekarang hanya pedagang dan pembeli dari wilayah Banyuwangi saja yang muncul,” kata dia.
Agus menyebut, selama ini belum ada agenda penyemprotan disinfektan yang dilakukan Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertapan) Banyuwangi.
”Selama ini belum ada agenda penyemprotan, tapi kalau ada, pedagang tentu akan senang, karena pencegahan,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Jatim IV Banyuwangi drh Risa Isna Fahziar membenarkan kambing atau domba justru memiliki kepekaan yang lebih rendah terhadap virus PMK dibanding sapi dan kerbau.
Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.