TEGALDLIMO – Sejumlah petani di Desa Kendalrejo dan kedunggerbang, Kecamatan Tegaldlimo, meminta pemerintah menyubsidi harga gabah milik petani dengan mencabut subsidi pupuk. Harga gabah yang mesti turun saat panen membuat para petani terancam bangkrut.
Apalagi, obat-obatan dan pupuk dinilai cukup mahal. “Mencari pupuk yang bersubsidi sulit,” cetus Armuji, 59, salah seorang petani Desa Kendalrejo. Menurut Armuji, pupuk subsidi pemerintah sebenarnya kurang bisa dirasakan secara langsung oleh petani.
Hingga masih sering terjadi keruwetan. Jika subsidi itu dicabut dan dialihkan untuk membeli gabah milik petani, dampaknya bisa langsung petani. “Pemerintah membeli gabah milik petani, itu menguntungkan petani,” katanya.
Caranya, jelas dia, pemerintah bisa membeli gabah kering basah milik petani dengan harga yang baik, yakni di kisaran Rp 5 ribu per kilogram melalui Bulog. Jika harga gabah petani lokal bisa dibeli dengan harga sebesar itu, maka kualitas beras lokal akan terjaga.
Kalau harga gabah bagus, saya yakin Banyuwangi tetap akan menjadi lumbung padi,” ujarnya. Akibat murahnya harga gabah, kini sejumlah petani di Kecamatan Tegaldlimo beralih menanam tanaman budi daya, seperti jeruk dan buah naga.
Pasalnya, untuk harga tanaman budi daya itu hasilnya lebih menjanjikan dibanding menanam padi. “Belum lagi menanam padi dihantui persoalan irigasi dan serangan hama,” ujar Slamet Santoso, 46, salah seorang asal Desa Kedunggebang itu.
Jika harga gabah bagus, Santoso yakin akan banyak masyarakat tani kembali menanam padi. Dirinya tidak bisa menjamin, jika harga gabah masih murah petani akan bertahan menanam tanaman pangan. “Semua bisa menanam jeruk atau buah naga,” katanya.
Jika perhatian pemerintah kepada petani besar, lanjut dia, maka petani akan semakin bergairah menggarap lahannya, dan tidak akan “Hijrah” ke kota untuk mencari pekerjaan lain. “Kalau petani sejahtera, semua masyarakat akan sejahtera, kebutuhan pangan tercukupi tampa impor ke negara lain,” ungkapnya. (radar)