Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Program SAS dan Kendali Belajar Siswa Memikat Perhatian Daerah Lain

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

10Sepuluh Bulan, 10 Rombongan Pejabat Belajar Program SAS Program siswa asuh sebaya (SAS) yang digulirkan Pemkab Banyuwangi mendapat perhatian luas dari masyarakat Indonesia. Beberapa daerah di Indonesia datang ke Banyuwangi untuk belajar penerapan program yang baru dilaksanakan era kepemimpinan Bupati Abdullah Azwar Anas itu.

SEJAK Januari hingga Oktober 2013 ini, Banyuwangi sedikitnya sudah kedatangan sekitar 10 tamu dari beberapa daerah di Indonesia untuk belajar program SAS. Mereka datang dan menyatakan tertarik untuk mengadopsi program SAS di daerah asalnya. Yang terbaru, kunjungan rombongan pejabat datang dari Pemkot Tangerang Selatan, Banten pada akhir September 2013 lalu. Dalam kunjungan itu, ada dua rombongan besar yang datang, yakni dari Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan.

Untuk rombongan Dinas Pendidikan, secara khusus belajar dua program unggulan, yakni program SAS dan program kendali belajar dan kendala ibadah bagi siswa sekolah. Kedatangan pejabat Tangerang Selatan diterima kepala Dinas Pendidikan Sulihtiyono. Pada kesempatan itu, mereka belajar banyak tentang program SAS dan kendalai belajar mulai dari konsep hingga pelaksanaan. Program SAS dinilai akan menjadi solusi cerdas untuk mengatasi persoalan biaya pendidikan siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu.

Karena memiliki potensi besar diterapkan di Kota Tangerang Selatan, maka mereka rela jauh-jauh datang ke Banyuwangi untuk belajar program SAS. Kota Tangerang memiliki APBD senilai Rp 1,7 triliun lebih. Meski memiliki APBD besar, namun pemkot yang saat ini dipimpin Wali Kota Airin Rachmi Diany SH itu masih mempunyai persoalan untuk membiayai pendidikan warga miskin. Program kendali belajar, juga menjadi perhatian khusus dari Dinas Pendidikan Kota Tangeran Selatan.

Mereka juga tertarik untuk memboyong program kendali belajar dan ibadah untuk di uji cobakan di Kota Tangeran. “Mereka juga belajar tentang program Banyuwangi mengajar,” ujar Kepala Dinas Pendidikan, Sulihtiyono. Program SAS dan kendali belajar dan ibadah siswa itu tidak hanya menarik perhatian daerah lain di Jawa. Beberapa daerah di Kalimantan dan Sulawesi juga datang ke Kota Gandrung untuk belajar dua program unggulan itu. “Mereka yang datang, menyatakan tertarik dan ingin mengadopsi program SAS,” ujar Sulihtiyono.

Sedangkan rombongan yang kedua berasal dari Dinas Kesehatan. Mereka belajar pelayanan kesehatan yang telah dilakukan Pemkab Banyuwangi. “Salah yang menjadi daya tarik tamu adalah pola koordinasi dinas kesehatan dan Puskesmas berbasis IT,” ungkap Plt. Kepala Dinas Kesehatan dr. Widji Lestariono. Dalam waktu satu tahun belakang ini, pelayanan kesehatan di Banyuwangi sudah menggunakan layanan berbasis IT.

Ilmu koordinasi layanan berbasis IT antara Dinas Kesehatan dengan Puskesmas dan rumah umum sakit daerah (RSUD) inilah yang mereka timba selama di Banyuwangi. Rata-rata, tamu yang datang merasa heran dan kagum terhadap perubahan yang dilakukan Banyuwangi. Walau belum berjalan sempurna, namun pengalaman Banyuwangi menerapkan pelayanan kesehatan berbasis IT menjadi daya tarik daerah lain. Tidak hanya itu, tamu yang datang juga tertarik dengan program komite yang diterapkan Banyuwangi.

Walau belum semua Puskesmas memiliki komite Puskesmas, namun beberapa Puskesmas sudah memiliki komite. Keberadaan komite Puskesmas ini, cukup membantu untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan pada masyarakat. “Akan kita Dorong agar semua Puskesmas memiliki komite Puskesmas. Kita terinspirasi keberadaan komite sekolah,” ungkap Widji.

Selain itu, rombongan dari pejabat Kota Tangerang juga berguru dan sharing tentang pelaksanaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), khususnya di bidang Sistem Informasi Perencanaan dan Keuangan Daerah (SIPKD). Asisten Administrasi Umum Kota Tangerang Selatan Nur Selamet mengatakan, pihaknya sudah lama ingin mengunjungi Banyuwangi . Namun keinginan itu harus tertunda beberapa kali lantaran kesibukan baru bisa dilaksanakan. “Di Banyuwangi, berapa sistem ini sudah berjalan dengan baik. Saya ingin menerapkan di tempat kami,” kata Nur Slamet. (radar)