Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Santri Mandiri tanpa Ganggu Belajar

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

santriAsparagus Jawa-Madura Seminar di Blokagung

TEGALSARI – Menanamkan jiwa mandiri secara ekonomi tanpa harus mengganggu belajar agama di pesantren adalah sesuatu yang harus terus ditanamkan pada santri. Melalui cara itulah, nantinya diharapkan para santri ketika lulus dari pesantren diharapkan mampu menjadi pribadi yang unggul sekaligus sukses secara ekonomi.

Hal ini disampaikan Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) H. Arum Sabil ketika menjadi pembicara dalam seminar ”Menggagas Pesantren Sebagai Basis Ekonomi Bangsa” yang diselenggarakan oleh Aspirasi Para Gus (Asparagus) se- Jawa dan Mudura di Pondok Pesantren Darussalam, Blokagung, Kecamatan Gambiran, kemarin. Arum menuturkan, menjadikan pesantren sebagai basis ekonomi bangsa bukanlah sesuatu yang mustahil.

Hal ini bisa dimulai dari sesuatu yang kecil, ketika para santri tersebut belajar di pesantren. Misalkan ketika masih di pesantren, santri bisa dilatih mencari ekonomi tanpa harus mengganggu jam belajar. “Misalkan ketika di luar jam belajar, mereka bisa berjualan es jeruk atau es tebu dengan peralatan yang sederhana dan murah harganya,” tuturnya.

Hal ini, lanjut pengusaha sukses tersebut, bisa dilihat sebagaimana yang dilakukan para santri di lingkungan Masjid Al-Akbar Surabaya. Para santri di Kota Pahlawan, itu diberi modal alat peras jeruk yang cukup murah.Namun, dengan paralatan yang cukup murah tersebut, para santri dalam sehari bisa meraih hasil rata-rata Rp 500 ribu. “Dan ini dilakukan tanpa harus mengganggu jam belajar,” ujarnya.

Berangkat dari hal kecil inilah, Arum, yang merintis usaha dari nol tersebut meyakinkan, bahwa kelak para santri ketika lulus dari pesantren akan menjadi pribadi yang mandiri secara ekonomi. “Saya dulu juga banyak yang mengatakan imposibel bisa seperti ini, tapi nyatanya bisa,” tandasnya memberi semangat. Sementara itu, nara sumber lain, yaitu pakar ekonomi syari’ah dari Pondok Pesantren Sidogiri, H. Mahmud Ali Zein menjelaskan, bahwa sudah saatnya pesantren terus mengembangkan ekonomi berbasis syari’ah secara sempurna.

Bahkan dia mengajak para peserta untuk menyimak bagaimana pesantren Sidogiri, bisa mengelola sejumlah lembaga ekononomi, hingga akhirnya memiliki kekayaan ratusan miliar. Bukan hanya itu, sejumlah usaha seperti pendirian rumah sakit bertaraf internasional serta mendirikan televisi lokal saat juga sedang digagas. “Karena apa, tahun 2030 nanti, Indonesia diprediksi menjadi negara terkaya ke tujuh di dunia, dan kita harus kritis, di mana saat itu posisi pesantren?,” ujarnya dengan nada tanya.

Sekadar tahu, kegiatan seminar dan silaturahmi asparagus di Blokagung, kemarin diiikuti oleh ratusan peserta. “Setelah ini kita juga akan menggelar kegiatan silaturahmi nasional, namun tempatnya belum ditentukan,” kata Gus Rozi, panitia seminar. (radar)