Surabaya –
Selawat (sholawat) Badar tentu saja sudah tak asing bagi muslim di Tanah Air. Namun belum semuanya tahu bahwa selawat tersebut diciptakan kiai asal Jatim.
Maka dari itu, kali ini detikJatim mengulas mengenai Selawat Badar. Namun sebelum itu, ada baiknya detikers memahami apa itu selawat.
Selawat Badar:
1. Apa Itu Selawat?
Dalam situs resmi Warisan Budaya Takbenda Indonesia Kemendikbud dijelaskan, selawat merupakan bentuk pujian dan cara umat Islam bersilaturrahim kepada Nabi Muhammad SAW.
Selawat juga mempunyai makna sebagai bentuk kepedulian sosial. Yang mengajarkan untuk tidak egois dan senantiasa memberikan berkah bagi umat.
Selawat juga disebut sebagai ungkapan rasa cinta dan rindu kepada Nabi Muhammad SAW. Berselawat kepada Muhammad SAW merupakan seruan Allah SWT.
2. Apa Itu Selawat Badar?
Berikut ini Selawat Badar yang dilantunkan Haddad Alwi dalam album Akhlaqul Karimah. Mulai dari bacaan arab, bacaan latin dan terjemahannya.
Bacaan Arab:
صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ عَـلَى طـهَ رَسُـوْلِ اللهِ
صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ عَـلَى يـس حَبِيْـبِ اللهِ
تَوَ سَـلْنَا بِـبِـسْـمِ اللّهِ وَبِالْـهَادِى رَسُـوْلِ اللهِ
وَ كُــلِّ مُجَـا هِـدِ لِلّهِ بِاَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى سَـلِّـمِ اْلا ُمـَّة مِـنَ اْلافـَاتِ وَالنِّـقْـمَةَ
وَمِنْ هَـمٍ وَمِنْ غُـمَّـةٍ بِاَ هْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى اغْفِـرِ وَاَ كْرِ مْنَـا بِـنَيـْلِ مـَطَا لِبٍ مِنَّا
وَ دَفْـعِ مَسَـاءَةٍ عَـنَّا بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Bacaan Latin:
Shalaatullaah salaamullaah ‘alaa thaaha rasuulillaah
Shalaatullaah salaamullaah ‘alaa yaa siin habiibillaah
Tawassalnaa bibismillaah wabil haadi rasuulillaah
Wakulli mujaahidin lillaah bi ahlil badri yaa Allaah
Ilaahi sallimil ummah minal aafaati wanniqmah
Wamin hammin wamin ghummah bi ahlil badri yaa allaah
Ilaahighfir wa akrimnaa binaili mathaalibin minnaa
Wadaf i masaa-Atin ‘annaa bi ahlil badri yaa allaah
Terjemahan:
Rahmat dan keselamatan Allah SWT, semoga tetap untuk Nabi utusan Allah SWT
Rahmat dan keselamatan Allah SWT, semoga tetap untuk Nabi kekasih Allah SWT
Kami berwasilah dengan berkah basmalah, dan dengan Nabi yang menunaikan lagi utusan Allah SWT
Dan seluruh orang yang berjuang karena Allah SWT, karena berkahnya ahli badar ya Allah SWT
Ya Allah SWT, semoga Engkau menyelamatkan ummat, dari bencana dan siksa
Dan dari susah dan kesulitan, karena berkahnya ahli badar ya Allah SWT
Ya Allah SWT semoga Engkau mengampuni segala kesalahan kami dan memuliakan kami dengan beberapa permohonan
Dan menolak kesalahan-kesalahan kami, karena berkahnya ahli badar ya Allah SWT
Mengutip situs resmi Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Tuban (IAINU Tuban), Selawat Badar aslinya terdiri dari 24 bait dengan dua baris di setiap baitnya. Saat ini, selawat tersebut menjadi Mars NU?
3. Selawat Badar Diciptakan KH Ali Manshur
Mengutip situs resmi Fakultas Ilmu Budaya Unair, Dosen Program Studi Ilmu Sejarah Ikhsan Rosyid Mujahidul Anwari menjelaskan, sebelum tahun 1989, Selawat Badar sudah populer. Namun masih anonim.
“Bahkan bisa jadi banyak beranggapan bukan diciptakan oleh ulama Indonesia,” kata Ikhsan dikutip detikJatim, Senin (16/1/2023.
Baru pada Muktamar NU ke-28 di Krapyak Yogyakarta tahun 1989, Gus Dur menyampaikan Selawat Badar diciptakan KH Ali Manshur. Sehingga sampai saat ini, KH Ali Manshur dikenal sebagai pencipta selawat tersebut.
KH Ali Manshur menciptakan Selawat Badar pada 1960. Seperti yang diterangkan dalam catatannya di kitab Jaliyatul Kadar, yang ditulis dengan aksara arab pegon.
Saat itu, KH Ali Manshur menjabat sebagai ketua Tanfidhiyah NU dan Kepala Departemen Agama Banyuwangi. Maka dari itu, Selawat Badar kerap disebut sebagai warisan budaya Banyuwangi.
4. Mengenal KH Ali Manshur
Dalam situs resmi IAINU Tuban juga dijelaskan, Selawat Badar dikarang KH Ali Manshur sekitar tahun 1960-an. Ia memiliki garis keturunan berdarah ulama besar.
Dari sang ayah, Ali Manshur tersambung hingga Kiai Shiddiq Jember. Sedangkan dari sang ibu, ia tersambung dengan Kiai Basyar, seorang ulama di Tuban.
“Abah dilahirkan di Jember pada 23 Maret 1921,” kata putra kedua Kiai Ali, Kiai Syakir Ali.
Kiai Ali muda merupakan sosok yang haus ilmu. Ia belajar dari satu pesantren ke pesantren lain. Mulai dari Pesantren Termas Pacitan, Pesantren Lasem, Pesantren Lirboyo Kediri hingga Pesantren Tebuireng Jombang. Waktu kecil Kiai Ali juga pernah belajar di Tuban.
“Kiai Ali suka ilmu Arrudh (Ilmu Syair), dan belajar ilmu ini di Lirboyo. Ia sering diajak diskusi pengasuh masalah Arrudh. Menurut Gus Dur, Kiai Ali juga pernah belajar di Tebuireng,” tambahnya.
Pada 1955, Kiai Ali terpilih sebagai anggota konstituante mewakili Partai NU Cabang Bali. Tujuh tahun berselang, ia memutuskan pindah ke Banyuwangi dan dipercaya menjadi Ketua Cabang NU Banyuwangi.
Ada kisah yang menyita perhatian. Sesaat sebelum menulis Selawat Badar, Kiai Ali bermimpi didatangi orang berjubah putih yang diduga para ahli perang badar.
Kiai Ali wafat pada 24 Maret 1971. Sebelum wafat, ia juga mengarang sebuah kitab akhlak dan mengumpulkan syair-syair indah.
Makam Kiai Ali berada di Desa Maibit, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban. Di sekitar makam ada Monumen Selawat Badar.
Simak Video “Hadiri Seabad NU, Jokowi: Gunakan Seni Budaya Sebagai Dakwah dan Syiar“
[Gambas:Video 20detik]
(sun/iwd)