RadarBanyuwangi.id – Pada pilkada 27 November lalu, sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) bersolek untuk menarik simpati pemilih.
Ada TPS bernuansa gandrung di TPS Kelurahan Kertosari, ada juga seorang pemilih berdandan ala nenek-nenek di TPS 03 Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi.
Suara riuh terdengar di sekitar bilik suara TPS 03 Desa Alasmalang siang itu. Penyebab kericuhan adalah sosok ”nenek-nenek” berbaju kebaya hijau yang mendadak masuk ke dalam area TPS.
Tampilannya cukup menyeramkan. Rambutnya berwarna putih awut-awutan. Satu mata dihias dengan warna putih total.
Satu mata lagi menyisakan bulir kornea yang tampak hanya setitik. Mulutnya tak berhenti mengunyah sirih yang memerah.
Nenek-nenek itu kemudian terlihat berjalan terseok dengan menahan tongkat sambil menuju bilik suara.
Meski seram, banyak warga yang justru senang dengan kedatangannya. Beberapa orang bahkan langsung meminta berswafoto dengannya.
Sosok di balik tampilan nenek itu adalah seorang pria bernama Slamet Suwito, 47. Masyarakat Banyuwangi tentunya sudah tak asing dengan sosok ini, terutama mereka yang tinggal di sekitar Kecamatan Singojuruh.
Slamet atau Mamet adalah seorang cosplayer yang kerap tampil dengan dandanan seram.
Setiap hari Minggu, Mamet berubah menjadi sosok Mak Lampir yang siap melayani para wisatawan yang ingin berbelanja.
Pada musim pilkada ini, Mamet memilih memerankan sosok ”Mbah Dok, yaitu sosok fiksi nenek-nenek lelembut yang muncul dalam film KKN Desa Penari yang sempat ramai beberapa tahun lalu.
”Saya cari yang ada muatan lokal Banyuwangi. Waktu pilpres kemarin saya pakai Mak Lampir, karena lebih menasional. Kalau Pilkada Banyuwangi saya pilih Mbah Dok,” ungkap Mamet.
Sosok yang ditampilkannya juga bukan asal seram saja. Mamet menceritakan, dirinya sebenarnya ingin membawa pesan setiap ikut dalam pemilihan.
Pada Pilpres 2024, Mamet berdandan ala Mak Lampir dengan maksud mengajak orang-orang agar tidak golput.
Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.
Page 2
Selain menarik perhatian di lokasi TPS, Mamet juga ingin membuat orang-orang yang sebelumnya enggan memberikan hak suara untuk tetap mencoblos.
”Saya ingin memberi contoh, Mak Lampir saja rela turun gunung untuk nyoblos, kalau waktu pilkada juga sama. Nenek-nenek saja mau nyoblos, masa yang muda nggak mau,” ungkapnya.
Kecintaan Mamet pada dunia cosplay mulai tumbuh sejak 2016 lalu. Mamet kerap berdandan dengan berbagai model.
Termasuk gandrung dan ibu-ibu cerewet yang dinamai ”Mbok Gemi”. Mamet juga kerap tampil cosplay kebo-keboan.
Pada 2021, Mamet melihat para cosplayer yang tampil di Braga Asia Afrika, Bandung. Di sana, Mamet mulai belajar untuk semakin mendalami dunia cosplay.
Dia lalu memoles dirinya menjadi salah satu tokoh seram khas Indonesia. Sosok yang dipilihnya adalah ”Mak Lampir”, yaitu manusia setengah siluman yang selama ini menjadi legenda urban yang cukup terkenal di Indonesia.
”Saya belajar membuat modifikasi untuk cosplay, seperti rambut dan pakaian. Hasilnya waktu saya ke Bandung lagi, teman-teman cosplayer banyak memuji. Katanya terlihat lebih seram dari mereka,” ucap Mamet sembari tersenyum.
Menjadi cosplayer bagi Mamet kini tak sekadar untuk menyalurkan hobi. Banyak kegiatan positif yang dilakukan sembari tampil dengan berbagai model.
Salah satu yang paling bermanfaat yakni bisa menjadi bagian dari promosi. Mulai dari promosi wisata, program-program pemerintah, sampai produk UMKM.
Tak heran, Mamet kemudian kerap muncul di berbagai tempat berbeda. Seperti pameran, bazar UMKM, Banyuwangi Festival, bahkan di warung-warung yang baru dibuka.
Mamet mengatakan, setidaknya ada lima cosplay yang sering dia perankan. Mulai kebo-keboan hitam, kebo-keboan putih, Mak Lampir, Mbok Gemi, hingga Mbah Dok. Melihat tampilan Mamet yang nyentrik, banyak wisatawan dari luar kota ingin bertemu.
Wisatawan bisa menjumpai Mamet di Pasar Wit-witan Alasmalang, Singojuruh. Sudah lima tahun ini Mamet berada di pasar tersebut.
Di sana dia menjadi maskot sekaligus daya tarik bagi para wisatawan yang datang.
Mamet mengaku senang ketika akhirnya hobi yang dilakukan bisa bermanfaat bagi masyarakat. Mamet berharap pada pemilu berikutnya, dia masih bisa tampil lagi memberikan suara sekaligus mengajak masyarakat agar tidak golput.
”Kalau pemilu harus hati-hati. Mau nyelupkan jari ke tinta saja nggak bisa kalau cuma satu atau dua jari saja. Takutnya dikira mengarahkan pilihan. Jadi, lima jari saya celupkan semua,” ucap Mamet sembari menunjukkan kelima jarinya yang berlepot tinta. (aif/c1)
Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.
Page 3
RadarBanyuwangi.id – Pada pilkada 27 November lalu, sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) bersolek untuk menarik simpati pemilih.
Ada TPS bernuansa gandrung di TPS Kelurahan Kertosari, ada juga seorang pemilih berdandan ala nenek-nenek di TPS 03 Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi.
Suara riuh terdengar di sekitar bilik suara TPS 03 Desa Alasmalang siang itu. Penyebab kericuhan adalah sosok ”nenek-nenek” berbaju kebaya hijau yang mendadak masuk ke dalam area TPS.
Tampilannya cukup menyeramkan. Rambutnya berwarna putih awut-awutan. Satu mata dihias dengan warna putih total.
Satu mata lagi menyisakan bulir kornea yang tampak hanya setitik. Mulutnya tak berhenti mengunyah sirih yang memerah.
Nenek-nenek itu kemudian terlihat berjalan terseok dengan menahan tongkat sambil menuju bilik suara.
Meski seram, banyak warga yang justru senang dengan kedatangannya. Beberapa orang bahkan langsung meminta berswafoto dengannya.
Sosok di balik tampilan nenek itu adalah seorang pria bernama Slamet Suwito, 47. Masyarakat Banyuwangi tentunya sudah tak asing dengan sosok ini, terutama mereka yang tinggal di sekitar Kecamatan Singojuruh.
Slamet atau Mamet adalah seorang cosplayer yang kerap tampil dengan dandanan seram.
Setiap hari Minggu, Mamet berubah menjadi sosok Mak Lampir yang siap melayani para wisatawan yang ingin berbelanja.
Pada musim pilkada ini, Mamet memilih memerankan sosok ”Mbah Dok, yaitu sosok fiksi nenek-nenek lelembut yang muncul dalam film KKN Desa Penari yang sempat ramai beberapa tahun lalu.
”Saya cari yang ada muatan lokal Banyuwangi. Waktu pilpres kemarin saya pakai Mak Lampir, karena lebih menasional. Kalau Pilkada Banyuwangi saya pilih Mbah Dok,” ungkap Mamet.
Sosok yang ditampilkannya juga bukan asal seram saja. Mamet menceritakan, dirinya sebenarnya ingin membawa pesan setiap ikut dalam pemilihan.
Pada Pilpres 2024, Mamet berdandan ala Mak Lampir dengan maksud mengajak orang-orang agar tidak golput.
Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.