Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Suasana Lebaran di Lapas Kelas II Banyuwangi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

TEPAT pukul 13.00, gerbang Lapas Kelas II Banyuwangi telah dibuka untuk pembesuk yang akan bersilaturahmi  dengan anggota keluarganya di dalam lapas saat Hari Raya Idul Fitri. Setelah pintu dibuka, para pembesuk berebut masuk ke dalam lapas.

Para pembesuk sepertinya sudah  tidak sabar lagi bertemu anggota keluarga yang menjadi narapidana dan tahanan di dalam lapas. Kondisi yang sama juga dirasakan para narapidana dan tahanan yang menghuni Lapas Kelas II Banyuwangi.

Mereka juga tidak sabar ingin cepat bertemu keluarganya, terlebih ini adalah momen Idul Fitri. ”Ini tahun kedua saya Lebaran dengan suami di dalam lapas,” ujar salah satu pembesuk yang tidak mau disebutkan namanya. Suasana haru pun terlihat saat para pembesuk dan narapidana lapas bertemu.

Bahkan, tidak sedikit narapidana yang menangis tersedusedu saat bersalaman dengan kerabat yang datang. Beribu kata maaf juga terlontar dari mulut para narapidana kepada keluarga yang datang. ”Lahir batin, Mbok,” ujar salah satu narapidana sambil bersalaman dengan keluarganya yang datang kemarin.

Tidak hanya bersalam-salaman, ada juga narapidana yang bertemu istrinya tidak sungkan-sungkan melepas rasa rindu dengan berpelukan mesra. Meskipun  mereka berada di tengah-tengah  kerumunan para narapidana dan pembesuk, tampaknya hal tersebut bukan menjadi halangan  mereka untuk melepas rindu.

Ramainya pengunjung dan narapidana yang berkumpul di lapas itu ternyata dimanfaatkan narapidana yang belum sempat dibesuk keluarganya untuk mengais rezeki. Ada beberapa narapidana yang berkeliling  untuk menjajakan kerajinan tangan yang mereka buat sendiri  selama di dalam lapas.

Ada patung, perahu dari kayu, burung dari lidi, dan lain sebagainya. ”Kebetulan keluarga belum membesuk, jadi ini nyambi jualan kerajinan karya saya,” ujar Dedek, 33, penghuni lapas asal Kecamatan Tegaldlimo. Harga kerajinan yang dijual berkisar antara Rp 100 ribu – Rp  200 ribu.

Harga tersebut tampaknya pantas. Sebab, kerajinan yang dibuat penghuni lapas itu tidak kalah bagusnya dengan kerajinan tangan yang dibuat seniman. ”Bisa ditawar kok,” tambah Dedek sembari berkeliling menjajakan kerajinan tangannya.

Selain itu, suara musik dangdut secara live plus penyanyi layaknya sebuah orkes juga tidak  henti berkumandang mengiringi para narapidana yang sedang bersilaturahmi. Ternyata para pemusik dangdut tersebut adalah warga binaan Lapas Kelas II Banyuwangi yang memiliki keahlian  bermusik.

”Oh, itu yang main anak-anak penghuni Lapas sini. Nama band mereka Kapok Band,”  ujar Komandan Jaga Lapas Kelas II Banyuwangi, Sudarto, kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi. Sudarto mengatakan, pada saat Lebaran jam besuk bagi keluarga memang lebih panjang daripada  hari biasa.

Selain itu, para keluarga  juga lebih leluasa bertemu di dalam  lapas dengan anggota keluarga yang  menjadi penghuni lapas. ”Ada sekitar 300 narapidana dan tahanan yang dibesuk hari ini. Kita bagi menjadi tiga kelompok. Kelompok narapidana narkoba sendiri, wanita sendiri, dan pidana umum sendiri,“ katanya.

Pada saat musim Lebaran, jam besuk oleh keluarga mulai dibuka hari H Lebaran sampai tujuh hari ke depan. Namun, jam besuk itu terbagi menjadi  dua sesi. Sesi pertama dibuka pukul 08.00 sampai pukul 12.00. Kemudian, dilanjutkan pukul 13.00 sampai pukul 15.00.

”Pembesuk harus menyerahkan KTP  dan kita periksa badannya sebelum masuk lapas,” tambah komandan jaga lapas yang tinggal di Desa Sumbersari, Kecamatan Srono, itu. Lantaran saat Lebaran ini pembesuk membeludak, pihak lapas menambah personel jaga saat  jam besuk.

Yang biasanya hanya  dijaga 9 personel, saat Lebaran  ini ada 20 petugas jaga yang  siaga. ”Selain petugas lapas, ada juga 35 narapidana yang ikut menjaga lapas saat pembesuk membeludak,” jelas Sudarto. Kemarin ada sekitar 300 pembesuk yang datang ke Lapas Kelas II Banyuwangi untuk bersilaturahmi dengan keluarga yang ada di dalam lapas.

Menurut Sudarto, setiap tahun pembesuk di Lapas Kelas II Banyuwangi selalu meningkat. ”Kalau narapidana dan tahanan yang masuk setiap tahun bertambah, otomatis pembesuk juga bertambah,” pungkas Sudarto.(radar)