Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Suka-Duka Liaison Offi cer Mendampingi Pembalap di Ajang BTD

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

terkesanTerkesan Ngajari Banyuwangi Apik Tenan sampai 8 Kali Hingar-bingar Banyuwangi Tour De Ijen (BTDI) sudah berlalu. Jawara-jawara balap sepeda dari luar negeri dan lokal itu sudah meninggalkan Bumi Blambangan. Namun, suksesnya BTDI itu tak lepas dari peran para Liaison Officer (LO). Seperti apa kerja mereka? berperan dalam suksesnya BTDI. Mereka juga ikut menyemangati para pembalap ketika balapan. Dalam gawe besar BTDI yang berlangsung 2-5 November lalu, ada 23 LO yang diterjunkan.

Dua puluh orang bergabung dengan tim balap, sedangkan tiga orang stand by di sekretariat. LO adalah orang yang bertugas menjadi penghubung dua organisasi untuk berkomunikasi dan berkoordinasi di setiap aktivitas. Dari sisi tugas, LO hampir sama dengan in terpreter dan guide. Bedanya, tugas LO lebih kompleks dan resmi. Dari sekian LO yang diterjunkan di ajang BTDI kemarin, mereka mayoritas kaum perempuan. Para perempuan yang menjadi LO itu diharuskan all out.

Mereka tak hanya di wajibkan berpenampilan menarik, karena mereka juga memiliki tugas cukup penting dalam lomba. Selain menjadi penengah antara tim, promotor, dan panitia, para LO juga harus menjadi suporter demi kesuksesan tim yang mereka dampingi Selain itu, nama baik Banyuwangi dan Indonesia ada di tangan mereka. Kepada merekalah para peserta lomba dari 15 negara itu akan bertanya mengenai segala hal yang berkaitan dengan lomba.

Selain harus mahir berbahasa asing, para LO yang berjumlah 23 orang itu juga harus bisa membawa diri dan beradaptasi dengan kondisi tim. Tidak jarang kesalahpahaman kecil muncul di tengah panasnya atmosfer persaingan antar peserta lomba. Ketika se buah tim mengeluhkan fasilitas yang di berikan panitia, LO yang menjadi orang per tama yang disambati. Tentu, semua itu menuntut mereka harus mengeluarkan energi ekstra besar. Kekuatan fisik dan mental menjadi kunci utama mereka.

Salah seorang LO, Ibanatuz Zuhro menuturkan, sikap disiplin dibutuhkan dalam menjadi LO. Dia harus bangun pagi. Mereka baru bisa tidur saat larut. Selama 5 hari mereka selalu tidur setelah pukul 00.00 WIB. Mereka harus bersiap lebih awal dibanding tim yang mereka dampingi. ”Kami juga harus memastikan apakah tim yang kami dampingi sudah menerima fasilitas yang sesuai,” kata Ibana. Saat ditemui wartawan koran ini di arena balap tiga hari lalu, mahasiswi Jurusan Pen didikan Bahasa Inggris Uniba itu terlihat masih lelah.

Meski lelah, dia sangat antusias menceritakan pengalamannya bersama tim yang dia dampingi. Dalam BTDI kemarin, Ibana menjadi LO Tabriz Petrochemical Team (TPT) asal Iran. Itu merupakan kali kedua dia menjadi LO. Pada BTDI tahun lalu, dia juga menjadi LO peserta dari negara yang sama, tapi berbeda tim. “Tahun lalu saya LO tim Ayandeh dan sekarang Tabriz,” imbuhnya. Meski sudah dua kali menjadi LO untuk peserta dari negara yang sama, tapi dara bertubuh kecil itu tidak mau ambil risiko.

Seluruh kemampuan dia kerahkan agar tim yang dia dampingi merasa nyaman dan lancar. Menurutnya, secara umum seluruh official dan rider dari Negeri Para Mullah itu pembawaannya santai. Meski demikian, mereka tetap fokus pada lomba.”Kelihatannya aja mereka santai sekali, Mas, tapi mobilitas timnya sebenarnya sangat padat. Saya sampai drop pada etape III,” kenang Ibana. Saat mengikuti etape III, Ibana telah merasakan rasa lelah. Komplain dari peserta mengenai fasilitas hotel yang disampaikan ke padanya juga membuatnya kepikiran.

Sepulang dari finish di Alun-alun Maron, Genteng, dia sempat drop bahkan sampai diinfus. Tetapi, kerja keras Ibana berbuah manis. Di luar dugaan, tim Tabriz menyabet general classification untuk kategori tim. Tentu itu membuat Ibana berbangga hati. Tim yang dia dampingi juga bergembira atas capaian itu. Kegembiraan Ibana tak ber henti sampai di situ. Sebelum balik ke negara asal mereka, gadis yang tinggal di Desa Parijatahkulon Kecamatan Srono ini di beri kenang-kenangan berupa kaligrafi bertulisan Allah dan Muhammad oleh mereka.

Bukan hanya itu, medali perolehan juara juga diberikan kepadanya. Tim Tabriz merasa terima kasih karena Ibana telah membantu mereka dalam lomba. Selain itu, mereka juga menilai Ibana so sok yang kuat. “Mereka bilang saya ini LO yang kuat. Mereka memberikan seluruh medali agar saya selalu ingat Tabriz adalah tim terhebat,” ungkap Ibana kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi. Pengalaman berbeda dialami Fabiana Ayu, LO Aisan Racing Team dari Jepang. Gadis asal Jateng yang tinggal di Kelurahan Kebalenan, Banyuwangi, itu merasa s ngat senang menjadi LO.

Sebab, Fukuda Shimpei, pem balap dari tim yang dia dampingi berhasil memenangi etape III. Hal yang paling membuat Fabiana senang adalah bisa mengajari Fukuda Shim pei menyapa dengan Bahasa Jawa. Hal itu terlihat saat penutupan lomba yang berlangsung di Gesibu Blambangan Selasa malam kemarin (5/11). Pembalap yang memenangi stage individual classifi cation di etape III itu diberi kesempatan menyampaikan ucapan terima kasih di atas podium.

Se belum turun dari podium, pembalap dari Negeri Sakura itu mengucapkan, ”Banyuwangi apik tenan”. Sontak seluruh pengunjung memberikan tepuk tangan kepada Fukuda Shimpei. Se belumnya, Fabiana tidak menduga jika Fukuda akan diberi kesempatan berbicara di podium. Awalnya, dia hanya iseng mengajarinya melafalkan kata dalam Bahasa Jawa. Dia mengaku mengajarinya sebanyak delapan kali. “Sulit Mas. Berkali-kali diajari, dia tetap mengucapkan Banyuwangi apik tenan menjadi Banjuwangi apika tenana,” ungkapnya.

LO yang bertugas pada ajang BTDI berasal dari beragam latar belakang. Selain mahasiswa, juga ada LO dari kalangan guru, seperti Naila Kurniasih. Perempuan yang sehari-hari mengajar di Madrasah Aliah (MA) Kebunrejo Genteng itu juga merasakan lelahnya menjadi seorang LO dalam BTDI. Perempuan yang mahir berbahasa Arab itu mendapat kesempatan sebagai LO UAE Cycling Federation. Menurutnya, saat mendengar informasi seleksi menjadi LO BTDI, tanpa pikir panjang dia lang sung mengikuti seleksi tersebut. Dia memutuskan ikut seleksi karena sangat tertarik menjadi LO. ”Apalagi, LO kali ini untuk ajang BTDI yang cukup terkenal,” ujar Naila. (radar)