ngopibareng.id
Pemkab Banyuwangi menegaskan komitmennya memajukan sektor pariwisata dan kebudayaan. Melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, telah diluncurkan delapan inovasi unggulan sebagai langkah strategis untuk menghadirkan pelayanan publik yang lebih modern, inklusif, dan berpihak pada masyarakat lokal.
Plt. Kepala Disbudpar Banyuwangi, Taufik Rohman, mengatakan, inovasi-inovasi ini menyasar berbagai aspek. Mulai dari digitalisasi layanan wisata, promosi kreatif, pelestarian budaya, hingga pemberdayaan pelaku ekonomi kreatif.
Peningkatan kualitas akomodasi lokal menjadi fokus utama dengan program Homestay Naik Kelas. Program ini membekali pemilik homestay dengan pelatihan manajemen, branding, dan peningkatan fasilitas, memastikan homestay lokal mampu bersaing dan memberikan layanan profesional.
Untuk mempermudah akses informasi dan transaksi wisata, Disbudpar Banyuwangi menghadirkan Banyuwangi Tourism App. Aplikasi terpadu ini menyediakan informasi lengkap tentang destinasi, kuliner, kalender event, rute wisata, hingga pemesanan tiket.
“Aplikasi ini diharapkan menjadi panduan pintar bagi wisatawan saat menjelajah Banyuwangi,” terangnya, Kamis, 17 Juli 2025.
Melengkapi digitalisasi, E-Ticketing Wisata kini diterapkan di berbagai destinasi unggulan. Sistem pemesanan tiket elektronik ini bertujuan menyederhanakan proses kunjungan, mempercepat layanan, sekaligus meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan wisata.
Sektor budaya pun tak luput dari sentuhan inovasi. Sijamuwangi (Sistem Informasi Sejarah dan Museum Banyuwangi) merupakan sistem booking online kunjungan museum yang mendukung keteraturan dan efektivitas kunjungan, khususnya bagi rombongan sekolah dan pengunjung umum.
Pendataan pelaku seni dan budaya Banyuwangi juga ditingkatkan melalui Kartu Induk Kesenian (KIK). KIK menjadi basis data yang krusial untuk pembinaan, distribusi insentif, hingga pelibatan seniman dalam berbagai event dan program pelestarian budaya daerah.
Banyuwangi juga memperkenalkan Geotrip, sebuah wisata edukatif berbasis geowisata yang mengajak wisatawan menjelajahi keunikan lanskap geologi seperti Gunung Ijen dan Kawah Wurung.
“Geotrip menawarkan perpaduan antara petualangan alam dan pengetahuan ilmiah yang mendalam,” ungkapnya.
Baca Juga
Di bidang promosi, Anti Mainstream Tourism Marketing (AMTOMA) menjadi strategi kekinian yang menjangkau wisatawan melalui kolaborasi dengan influencer, eksplorasi destinasi tersembunyi, dan storytelling yang kuat untuk menciptakan konten viral. Pendekatan ini diharapkan mampu menarik minat generasi muda dan wisatawan yang mencari pengalaman berbeda.
Ada juga program kelas kreatif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor ekonomi kreatif. Pelaku UMKM, seniman, desainer, pemandu wisata, hingga content creator dibekali dengan pelatihan meliputi branding, fotografi, manajemen event, hingga pemasaran digital.
seluruh inovasi ini merupakan bagian dari transformasi layanan publik yang mendukung pembangunan daerah berbasis potensi lokal.
“Inovasi-inovasi ini hadir untuk menjawab kebutuhan zaman. Kami ingin menghadirkan pariwisata yang bukan hanya menarik secara destinasi, tetapi juga berdampak langsung pada ekonomi masyarakat serta pelestarian budaya daerah,” ujarnya.
Dengan deretan inovasi tersebut, Banyuwangi terus memperkuat posisinya sebagai pelopor pengembangan pariwisata dan kebudayaan yang berbasis teknologi, kolaborasi, dan pemberdayaan masyarakat.
“Ini sekaligus menegaskan komitmen Banyuwangi untuk menghadirkan pengalaman wisata yang tak hanya berkesan, tetapi juga berkelanjutan dan bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat,” pungkasnya.