RadarBanyuwangi.id-Belum banyak orang yang tahu, di Banyuwangi telah ada candi yang cukup megah. Candi milik umat Buddha itu, diberi nama Candi Manggala yang dibangun di Dusun Sidorejo Wetan, Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran.
Candi ini lokasinya berada di belakang Vihara Dhamma Harja di Dusun Sidorejo, Desa Yosomulyo. Saat ini, pembangunan candi yang berukuran cukup besar itu belum sampai tahap peresmian. Sejak mulai dibangun pada Januari 2022 lalu, pembangunan candi pertama di Kabupaten Banyuwangi di era modern belm selesai.
Meski belum rampung semua, lokasi utama candi yang digunakan sembahyang untuk Umat Buddha itu sudah selesai sepenuhnya. Bahkan, lokasi ini sudah digunakan untuk peringatan Hari Raya Asada pada Agustus 2023 lalu. Dalam perayaan itu, Umat Buddha yang datang bukan hanya dari Kecamatan Gambiran saja, tapi juga dihadiri umat Buddha dari daerah lain, mulai Provinsi Bali hingga Kabupaten lain di Jawa Timur. “Pada 2023 lalu pernah dipakai sembahyang yang diikuti sekitar 1500 orang. Waktu itu memang dipusatkan di sini,” kata Kepala Vihara Dhamma Harha, Agus Suyanto, 44.
Bukan hanya itu, terang dia, pada Senin (28/10) malam juga digelar gebyar konser kebangsaan yang bertajuk Konser Pancasila Lintas Iman dengan menghadirkan budayawan asal Jogjakarta Ngatawi el Zastrouw. “Para generasi muda lintas agama hadir,” terangnya.
Agus mengisahkan awal mula pembangunan candi yang tampak indah ketika dikunjungi sore hari itu, karena banyak orang bertanya-tanya terkait keputusan Vihara Dhamma Harja yang sudah berusia 53 tahun untuk membuat candi. “Alasannya simpel, ini berkaitan dengan kampung sini (Dusun Sidorejo Wetan yang dulunya dikenal Kampung Candi),” katanya.
Agus yang asli warga Dusun Sidorejo, Desa Yosomulyo itu menyampaikan, Dusun Sidorejo itu dulunya kerap disebut Kampung Candi. Bukan karena di lokasi itu banyak candi, tapi karena kampung tersebut dulunya dibabat oleh nenek moyang bernama Mbah Candi. “Dulunya disebut Dusun Candi karena banyak orang ngguyoni kampung candi kok ga ada candinya,” ucapnya.
Atas dasar itulah, keluarga besar Vihara Dhamma Harja memutuskan membangun Candi Manggala ini pada 2022 lalu. “Hitung-hitung juga untuk pengenalan pada anak-anak sekolah, atau masyarakat umum yang berasal dari agama lain,” jelasnya.
Candi Manggala yang berukuran 15 meter persegi dengan tinggi candi utama tujuh meter itu, konsepnya dari Bhante Vihara Dhamma Harja, Bhikkhu Teja Punno asal Blitar. “Beliau bhikkhu di sini, beliau yang membuat konsep bangunan ini,” terangnya.
Di candi itu ada empat patung Budhha yang ikonik. Tiga patung berukuran besar dengan tinggi dua meter, sedangkan satu patung dengan tinggi satu meter terletak di dalam inti candi. “Bentuk patung itu berbeda-beda, menggambarkan setiap fase dari Buddha yang sedang meditasi,” ungkapnya.
Baca Juga: Mobil Honda Brio Tabrak Pikap Ayam dan Daihatsu Xenia, Di Singojuruh Tiga Motor Tabrakan, 4 Orang Luka-Luka
Agus menyebut di tiap pintu candi terdapat patung naga yang setiap pasangnya memiliki konsep yang berbeda. “Yang hadap ke selatan ini konsep dari Thailand, yang ke barat konsep Jawa, ke utara konsep Bali, dan yang ke arah timur konsep Tiongkok,” sebutnya.
Di bagian bawah candi, juga terdapat relief yang punya makna mendalam. Relief yang mengelilingi bagian bawah patung tersebut menceritakan kisah Pangeran Siddharta, sang penyebar keyakinan Buddha. “Relief ini menceritakan kelahiran Pangeran Siddharta, kemudian perjalanannya sampai mencapai penerangan sempurna, hingga wafatnya,” jelasnya.
Untuk ornamen-ornamen candi tersebut, Agus mengungkapkan dipesan dari beberapa daerah, seperti dari Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dan dari Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. “Untuk patung ini dibuatkan oleh seniman asal Bali,” tandasnya.
Kehadiran Candi ini rupanya cukup berdampak terhadap Umat Buddha yang ada di Banyuwangi. “Bagi Umat Budhha, ada empat hari raya, Hari Raya Waisak, Asada, Katina, dan Magapuja. Semuanya bisa digelar secara bersama-sama di sini sekarang,” cetusnya.
Page 2
Kampung Candi ini termasuk daerah yang jumlah penganut Buddha paling banyak di Banyuwangi, yakni 150 kepala keluarga (KK), sedang di Dusun Sidomukti, Desa Yosomulyo ada 200 KK. “Ada beberapa vihara, dulu upacara keagamaan dilakukan di vihara masing-masing,” katanya.
Dengan adanya Candi Manggala, Agus mengungkap upacara hari raya besar bisa dilakukan dengan terpusat di tempat tersebut. “Mulai tahun depan, lokasi ini bisa dijadikan pusat sembahyang (Umat Budhha) se Jawa Timur, ini program yang dicanangkan Kementerian Agama (Kemenag) Jatim,” terangnya.
Agus berharap dengan adanya candi ini, Umat Buddha semakin mengenal ajaran Buddha dengan lebih mudah dan bisa mempraktekkan di rumah. “Karena di sini kerap diadakan acara dan kajian agama Buddha yang penceramahnya dari luar daerah, setelah mengenal ajaran Buddha dengan mudah, bisa mempraktekkannya,” pungkasnya.(sas/abi)
Page 3
RadarBanyuwangi.id-Belum banyak orang yang tahu, di Banyuwangi telah ada candi yang cukup megah. Candi milik umat Buddha itu, diberi nama Candi Manggala yang dibangun di Dusun Sidorejo Wetan, Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran.
Candi ini lokasinya berada di belakang Vihara Dhamma Harja di Dusun Sidorejo, Desa Yosomulyo. Saat ini, pembangunan candi yang berukuran cukup besar itu belum sampai tahap peresmian. Sejak mulai dibangun pada Januari 2022 lalu, pembangunan candi pertama di Kabupaten Banyuwangi di era modern belm selesai.
Meski belum rampung semua, lokasi utama candi yang digunakan sembahyang untuk Umat Buddha itu sudah selesai sepenuhnya. Bahkan, lokasi ini sudah digunakan untuk peringatan Hari Raya Asada pada Agustus 2023 lalu. Dalam perayaan itu, Umat Buddha yang datang bukan hanya dari Kecamatan Gambiran saja, tapi juga dihadiri umat Buddha dari daerah lain, mulai Provinsi Bali hingga Kabupaten lain di Jawa Timur. “Pada 2023 lalu pernah dipakai sembahyang yang diikuti sekitar 1500 orang. Waktu itu memang dipusatkan di sini,” kata Kepala Vihara Dhamma Harha, Agus Suyanto, 44.
Bukan hanya itu, terang dia, pada Senin (28/10) malam juga digelar gebyar konser kebangsaan yang bertajuk Konser Pancasila Lintas Iman dengan menghadirkan budayawan asal Jogjakarta Ngatawi el Zastrouw. “Para generasi muda lintas agama hadir,” terangnya.
Agus mengisahkan awal mula pembangunan candi yang tampak indah ketika dikunjungi sore hari itu, karena banyak orang bertanya-tanya terkait keputusan Vihara Dhamma Harja yang sudah berusia 53 tahun untuk membuat candi. “Alasannya simpel, ini berkaitan dengan kampung sini (Dusun Sidorejo Wetan yang dulunya dikenal Kampung Candi),” katanya.
Agus yang asli warga Dusun Sidorejo, Desa Yosomulyo itu menyampaikan, Dusun Sidorejo itu dulunya kerap disebut Kampung Candi. Bukan karena di lokasi itu banyak candi, tapi karena kampung tersebut dulunya dibabat oleh nenek moyang bernama Mbah Candi. “Dulunya disebut Dusun Candi karena banyak orang ngguyoni kampung candi kok ga ada candinya,” ucapnya.
Atas dasar itulah, keluarga besar Vihara Dhamma Harja memutuskan membangun Candi Manggala ini pada 2022 lalu. “Hitung-hitung juga untuk pengenalan pada anak-anak sekolah, atau masyarakat umum yang berasal dari agama lain,” jelasnya.
Candi Manggala yang berukuran 15 meter persegi dengan tinggi candi utama tujuh meter itu, konsepnya dari Bhante Vihara Dhamma Harja, Bhikkhu Teja Punno asal Blitar. “Beliau bhikkhu di sini, beliau yang membuat konsep bangunan ini,” terangnya.
Di candi itu ada empat patung Budhha yang ikonik. Tiga patung berukuran besar dengan tinggi dua meter, sedangkan satu patung dengan tinggi satu meter terletak di dalam inti candi. “Bentuk patung itu berbeda-beda, menggambarkan setiap fase dari Buddha yang sedang meditasi,” ungkapnya.
Baca Juga: Mobil Honda Brio Tabrak Pikap Ayam dan Daihatsu Xenia, Di Singojuruh Tiga Motor Tabrakan, 4 Orang Luka-Luka
Agus menyebut di tiap pintu candi terdapat patung naga yang setiap pasangnya memiliki konsep yang berbeda. “Yang hadap ke selatan ini konsep dari Thailand, yang ke barat konsep Jawa, ke utara konsep Bali, dan yang ke arah timur konsep Tiongkok,” sebutnya.
Di bagian bawah candi, juga terdapat relief yang punya makna mendalam. Relief yang mengelilingi bagian bawah patung tersebut menceritakan kisah Pangeran Siddharta, sang penyebar keyakinan Buddha. “Relief ini menceritakan kelahiran Pangeran Siddharta, kemudian perjalanannya sampai mencapai penerangan sempurna, hingga wafatnya,” jelasnya.
Untuk ornamen-ornamen candi tersebut, Agus mengungkapkan dipesan dari beberapa daerah, seperti dari Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dan dari Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. “Untuk patung ini dibuatkan oleh seniman asal Bali,” tandasnya.
Kehadiran Candi ini rupanya cukup berdampak terhadap Umat Buddha yang ada di Banyuwangi. “Bagi Umat Budhha, ada empat hari raya, Hari Raya Waisak, Asada, Katina, dan Magapuja. Semuanya bisa digelar secara bersama-sama di sini sekarang,” cetusnya.