RadarBanyuwangi.id – Bangunan SDN 2 Temuasri, Kecamatan Sempu yang mulai lapuk memicu kekhawatiran para wali murid. Tapi, kualitas guru dan tradisi menyekolahkan anak di sekolah itu masih menjadi daya tarik utama bagi para orang tua.
Salah satu wali murid SDN 2 Temuasri, Parni Widiasari, 38, asal Dusun Karangharjo, Kecamtan Sempu, mengaku awalnya merasa khawatir menyekolahkan anaknya di SDN 2 Temuasri. Itu setelah melihat kondisi gedung yang mulai rapuh. Tapi setelah mengetahui kualitas tenaga pengajar yang bagus, ia mengurungkan niat untuk mencari sekolah lain. “Kualitas gurunya bagus, jadi saya tetap menyekolahkan anak di sana,” ujarnya.
Selain faktor kualitas pengajar, Parmi berusaha mempertahankan tradisi menyekolahkan anak-anaknya di SDN 2 Temuasri. Anak pertamanya, juga alumni dari sekolah tersebut. “Sekolah ini sudah menjadi bagian dari keluarga kami,” katanya.
Wali murid lainnya, Winarti, 41, yang rumahnya tepat di sebelah selatan SDN 2 Temuasri menyadari kondisi bangunan sekolah yang sebagian sudah tua dan lapuk. Namun, ia merasa nyaman dengan guru-guru yang mengajar di sekolah itu, sehingga tetap memilih SDN 2 Temuasri. “Meskipun was-was, saya tahu beberapa kelas sudah direnovasi,” katanya.
Baca Juga: SMAN 2 Taruna Bayangkara Genteng, Banyuwangi, Gelar Parents Day, Tampilkan Moderasi Beragama
Kedekatan rumah dengan sekolah, menjadi pertimbangan tambahan bagi Winarti untuk tetap menyekolahkan anaknya di SDN 2 Temuasri. Ia merasa lebih mudah mengawasi sang anak karena lokasi yang berdekatan. “Faktor jarak sangat membantu, apalagi anak bisa mudah dijaga,” ungkapnya.
Kepala SDN 2 Temuasri, Mispan menyadari kondisi bangunan yang rusak bisa mempengaruhi minat orang tua menyekolahkan anak di sekolahnya. Namun, ia tidak menyerah dan terus melakukan promosi untuk menjaga jumlah siswa tetap stabil. “Saya harus kreatif menarik minat calon siswa dengan door to door,” ujarnya.
Ambruknya atap ruang kepala sekolah dan ruang guru pada Kamis (4/7), menjadi tantangan bagi Mispan. Ia khawatir ini akan memengaruhi pendaftaran siswa baru. Upayanya membuahkan hasil dengan tetap menjaring 13 siswa baru di PPDB 2024. “Meskipun saat ini ada dua rombongan belajar (rombel) kami gabung dalam satu ruang kelas, karena keterbatasan ruang kelas,” katanya seraya menyebut jumlah siswanya ada 92 siswa.(rei/abi)







