Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Webinar Bersama Wamen PDTT, Bupati Banyuwangi Nyatakan Desa Jadi Lokus Berbagai Program Pemkab

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Foto: banyuwangikab.go.id

BANYUWANGI – Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengungkapkan bahwa desa menjadi lokus berbagai program yang dirancang Pemkab Banyuwangi.

Hal itu diungkapkan Anas saat menjadi narasumber bersama Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT), Jumat (17/7/2020) kemarin.

Dilansir dari banyuwangikab.go.id, Webinar Gesah Desa yang digelar Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Banyuwangi tersebut bertajuk Bersama Membangun Desa untuk Indonesia Maju.

Webinar tersebut membahas tinjauan kedudukan dan fungsi strategis Badan Permusyawaratan Desa. Dan Banyuwangi didhapuk untuk sharing best practice-nya dalam membangun desa.

“Di Banyuwangi, kami menjadikan desa sebagai lokus bagi berbagai program yang kami rancang. Ini kami jalankan, menyusul policy Presiden Jokowi yang mewajibkan bahwa pemerintah harus memberikan ruang dan perhatian yang besar bagi desa,” kata Anas.

Anas mengungkapkan, peran kepala desa sangat penting, terutama untuk memajukan desanya.

“Peran kades ini sangat penting. Mereka harus dibantu dana yang optimal agar bisa menjalankan program desanya. Beberapa waktu lalu, kami telah mengucurkan dana sebesar Rp 14,5 miliar untuk membantu desa-desa di Banyuwangi, sehingga teman-teman di desa bisa all out dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, tanpa mengganggu anggaran desanya yang telah ada,” tutur Anas.

Optimalisasi pelayanan yang disebut Anas di antaranya berupa kemudahan dalam mengeluarkan surat-menyurat.

“Sudah 4 tahun ini kami menyiapkan infrastruktur teknologi berbasis desa. Semua desa juga sudah terhubung dengan fiber optic. Kades tidak harus berada di tempat ketika masyarakat membutuhkan tanda tangannya dalam pengurusan surat-surat. Kades cukup tanda tangan elektronik saja dari handphone-nya, dokumen sudah bisa diperoleh masyarakat. Termasuk juga kami punya program smart kampung yang memberikan layanan secara online,” urai Anas.

Pasca covid 19, lanjut Anas, pihaknya akan mengoptimalkan peran dasawisma.

“Kami akan optimalkan peran dasawisma pasca covid, sebab peran perempuan sangatlah dibutuhkan. Saya sampaikan ke kades, kita harus bisa jadi garda yang tangguh untuk mengatasi new normal atau kebiasaan baru. Dasawisma-lah solusinya. Ke depan semuanya harus bagus, baik itu ketahanan keluarga, ketahanan gizi, ketahanan ekonomi. Kalau dasawisma ini jalan di tiap desa, desa akan kami beri insentif,” tandas Anas.

Selain itu, Anas juga menceritakan, sebagian besar desa di Banyuwangi bersinergi dengan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), utamanya desa-desa wisata.

“Mengintegrasikan desa wisata dengan bumdes itu sangat penting. Desa akan tumbuh kalau ada orang datang. Sehebat apa pun kreativitas yang dibangun di desa, kalau tidak ada orang yang datang, akan percuma. Ekonomi akan sulit tumbuh. Karena itu kami integrasikan desa-desa ini dengan bumdes. Kalau desa punya homestay-homestay dan street food, maka bumdes turut berperan serta membantu pengelolaannya,” urai Anas.

Sementara itu, Wakil Menteri PDTT, Budie Arie Setiadi mengapresiasi Banyuwangi yang telah mengkoneksikan seluruh desanya dengan fiber optic.

“Ke depan sudah ada lagi tawar menawar, kita harus siap menghadapi hempasan kemajuan teknologi. Dan Banyuwangi telah memfasilitasi desanya,” ujar Wamen.

Wamen membeberkan, menurut data di tahun 2019, transaksi e-commerce Indonesia mencapai Rp 300 triliun. Menurut prediksi google di 2025 nilai itu akan meningkat 4 kali lipat 5 tahun ke depan.

“Sekarang pertanyaannya, siapa yg menikmati peningkatan e-commerce itu. Menurut data, e-commerce kita  90 persennya masih barang import. Sangat ironis kemajuan e-commerce ini hanya menjadikan negara kita sebagai negara konsumen bukan produsen,” cetus Wamen.

“Digitalisasi ekonomi Indonesia adalah kemampuan dan kesanggupan kita terhadap desa, karena ekosistem desa digital itu harus menghasilkan arus balance dari desa ke kota. Barang dari desa harus bisa dipasarkan, bukan hanya ke kota tapi juga ke luar negeri. Kami akan lakukan percepatan dan terobosan-terobosan. Jangan sampai kita cuma jadi penonton. Kita harus jadi produsen, karena Indonesia ini kaya dan akses akan semakin mudah lewat teknologi,” tegasnya.

Wamen menambahkan, potensi ekonomi Indonesia  ke depan sangat besar, karena Indonesia punya kekuatan kompetitif di 3 sektor yakni pertanian, pariwisata, dan perikanan. “Dan Banyuwangi layak berbangga karena Banyuwangi punya 3 potensi itu,” pungkas Wamen.

Webinar ini selain menghadirkan Wamen PDTT dan Bupati Banyuwangi, hadir pula narasumber lainnya, yakni Analis Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan pada Subdit Fasilitasi BPD dan Musdes Kementerian Dalam Negeri, Nyak Yasir Muammar dan Dosen Hukum Tata Negara Untag  Banyuwangi, Demas Brian Wicaksono. Bertindak selaku peserta adalah para mahasiswa Untag Banyuwangi dan beberapa mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia, seperti Merauke dan Gorontalo.