GENTENG – Penutupan objek wisata Wedi Ireng di Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, oleh Perhutani ternyata berdampak terhadap kegiatan wisata. Sebab, pantai itu sering menjadi jujugan wisata alternatif.
Salah satu pengelola paket wisata, Yuda Setyawan, 29, asal Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng, mengaku merasakan dampak langsung ditutupnya pantai Wedi Ireng. “Saya akan menuju Wedi Ireng dengan rombongan wisatawan, karena ditutup ya batal,” katanya.
Yuda mengaku sudah mulai mempromosikan pantai Wedi Ireng. Salah satu daya saing pantai Wedi Ireng dibandingkan objek wisata lain, seperti Teluk Ijo, adalah akses dan jarak yang lebih dekat. “Selain ke Teluk Ijo, saya arahkan ke Wedi Ireng,” cetus pengelola Jejak Banyuwangi itu.
Penggiat Yukngetrip, Arif Host, 27, mengatakan bagi wisatawan domestik, Wedi Ireng sebenarnya belum terkenal. Kebanyakan para wisatawan ingin ke Teluk Ijo. “Wedi Ireng kalau tidak kita kenalkan juga tidak ada yang tahu. Yang dikenal wisatawan itu Green Bay (Teluk Ijo),” jelasnya.
Hanya saja, jelas dia, keberadaan pantai Wedi Ireng menjadi penting ketika kunjungan ke Teluk Ijo terhambat, baik karena waktu atau anggaran. “Inginnya ke Teluk Ijo, tapi waktu dan uangnya tipis, ya kita bawa ke Wedi Ireng,” jelasnya.
Secara umum, terang dia, penutupan pantai Wedi Ireng jelas berdampak kurang baik terhadap pariwisata. Tetapi, jika dihitung secara bisnis, dengan penutupan Wedi Ireng otomatis wisatawan yang akan ke Teluk Ijo tidak lagi berpikiran mengunjungi Wedi Ireng.
“Kalau mau ditutup silakan, kita juga lebih untung, dari Pulau Merah ke Teluk Ijo, sekalian bisa shuttle (antar-jemput),” cetusnya.
Arif berharap masalah pantai Wedi Ireng segera ada titik temu, apalagi objek wisata itu merupakan objek yang menjadi andalan pemerintah daerah, dan namanya sudah tersebar di berbagai media. “Intinya, ambil keuntungan ataukah tidak. Kalau tidak jelas, hasil yang kami dapat juga tidak jelas. Semoga cepat selesai,” pungkasnya. (radar)