Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

NAPAK TILAS PUPUTAN BAYU

MASIH ALAMI: Hutan Rowo Bayu di Desa Bayu, Kecamatan Songgon.| MONUMEN: Perang prajurit Blambangan dengan tentara VOC ditandai monumen Puputan Bayu.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
MASIH ALAMI: Hutan Rowo Bayu di Desa Bayu, Kecamatan Songgon.| MONUMEN: Perang prajurit Blambangan dengan tentara VOC ditandai monumen Puputan Bayu.

SONGGON – Akhir pekan lalu saya dan teman-teman mengunjungi Desa Bayu, Kecamatan Songgon. Kebetulan teman saya punya saudara orang  sana. Karena kita datang berramai-ramai akhirnya kita sekalian mengunjungi tempat wisata yang bersejarah, yaitu Rowo Bayu.

Rowo Bayu adalah sebuah rawa di kaki Gunung Raung yang dikelilingi hutan pinus. Kawasan ini merupakan hutan dengan berbagai jenis tanaman dan semak belukar, khas hutan tropis yang dihuni berbagai satwa.  Hutan ini masuk bagian KPH Banyuwangi Barat.

Pemandangan di tempat ini sangat alami. Selain kita bisa menikmati rindangnya pepohonan yang masih alami, kita juga bisa mendengar suara hutan yang nyata. Selain itu, di Desa Bayu ini tak lepas dari kisah perang Perang Puputan Bayu. Perlawanan rakyat Blambangan itu merupakan puncak dalam memerangi Belanda.

Namun setahun kemudian, tepatnya pada Oktober 1772, VOC membalas kekalahannya dengan mengirim 1.500 pasukan menumpas prajurit Blambangan. Lumbung-lumbung padi
di Songgon dibakar. Sehingga perlawanan rakyat Blambangan melemah akibat kelaparan.

Menurut orang sana, saat itu alam Rowo Bayu tak seindah sekarang. Tapi sangat menyeramkan. Ribuan prajurit Blambangan dibunuh. Rakyat Blambangan yang semula berjumlah 8.000-an jiwa hanya tersisa sekitar 2.000 ribuan jiwa akibat perang itu. Bekas kerajaan di Rowo Bayu belum ditemukan hingga kini dan membutuhkan penelitian arkeologis lebih lanjut. Situs yang bisa ditemui justru situs Petilasan Prabu  Tawang Alun yang berada di ujung barat Rowo bayu(radar)