BANYUWANGI – Penyakit zika sampai saat ini belum ditemukan di Banyuwangi. Namun, tingginya populasi nyamuk aedes aegypti di Banyuwangi, maka virus zika tetap harus diwaspadai. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Banyuwangi menginstruksikan 42 puskesmas di Bumi Blambangan melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, dr. Widji Lestariono, mengatakan meski tak ditemukan di Banyuwangi, virus itu tetap harus diwaspadai. Apalagi, di beberapa negara, virus yang ditemukan pertama kali di Uganda itu telah memakan banyak korban.
“Dari Dinkes Provinsi maupun Kementerian Kesehatan belum ada instruksi, tapi kita tetap menggunakan langkah promotif dan preventif untuk mencegah,” jelasnya. Untuk promotif, Dinkes telah menyebar selebaran ke seluruh puskesmas sambil memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Kemudian, untuk langkah preventif, puskesmas diminta menggalakkan gerakan 3M plus dan PSN.
Karena bagaimana pun juga penyakit itu berasal dari nyamuk yang sama dengan nyamuk penyebab DB.Sehingga, penanganannya tetap sama. “RSUD Blambangan sudah sediakan layanan khusus, seperti ICU, jika nanti memang ada temuan virus itu. Mencegahnya harus dengan gerakan bersama-sama. Jika satu saja warga tidak melakukan bersih-bersih, dan ada nyamuk aedes aegypti di lingkungannya, tetap ada kemungkinan tertular,” ujarnya.
Sementara itu, tidak adanya instruksi pengamanan terkait penularan virus zika membuat tingkat pengamanan di pintu-pintu masuk Banyuwangi berjalan normal. Salah satunya di Bandara Kelas III Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi.
“Untuk airport kita tidak menangani masalah zika. Yang menangani itu airport kelas internasional yang melayani direct flight dari luar negeri. Jadi, pelayanan kita masih sama,” jelas Kepala Bandara Blimbingsari, Dodi Dharma. (radar)